Thursday, February 10, 2022

DUKUNG PTM 100 PERSEN SISWA SD NEGERI CITEUREUP 3 DIVAKSIN COVID-19

 

  Pandeglang, SDN Citeureup3 – Kegiatan Vaksin Covid-19 di SDN Citeureup 3 cukup sukses hampir 31 persen siswa bersedia divaksin, yakni 44 siswa dari jumlah total 143 siswa. Persentase ini cukup baik dari sekolah-sekolah di wilayah Kecamatan  Panimbang, Kabupaten Pandegang, Banten. Selasa (8/2/2022).

 
                             

Vaksinasi dimulai pukul 10.00 WIB, kegiatan ini didampingi masing-masing oleh Orang Tua untuk memberikan suport kepada siswa-siswi untuk kelancaran vaksinasi Covid-19.  Tenaga medis dari Puskesmas berjumlah 3 orang dibantu Dewan Guru SDN Citeureup 3.  " Kegiatan ini sesuai arahan Dindikpora mendorong agar seluruh siswa untuk mendapatkan vaksin. Meskipun dalam surat keputusan bersama (SKB) 4 menteri, cakupan vaksinasi anak masuk persyaratan PTM 100 persen. Dalam SKB tersebut persyaratan untuk menggelar PTM antara lain cakupan vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan minimal 80 persen dan lansia 60 persen. "Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), untuk meningkatkan jumlah vaksinasi usia 6-11 tahun, jadi sangat membantu," ujar Logi.  

                           
Sesuai anjuran Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun, bulan ini kita menargetkan 60%  di beberapa daerah di Pandeglang. Untuk Panimbang sendiri ditargetkan mencapai 40%. Kegiatan vaksin dipusatkan di Ruang Kelas 6  SDN Citeureup 3 "Kami melaksanakan vaksinasi terhadap anak dalam upaya membantu percepatan vaksinasi terhadap anak atau pelajar khususnya mendukung PTM. 

Dengan vaksinasi ini kita bisa akhiri pandemi Covid-19, kerjasama sangat dibutuhkan untuk melawan pandemi ini, dengan vaksin anak sekolah, maka keberlangungsan  pembelajaran secara tatap muka dapat dilakukan dengan berkesinambungan demi kelancaran kegiatan pembelajaran saat pandemi yang melanda hampir 3 tahun. (SW) 



Monday, January 31, 2022

Larangan Penggunaan Dana BOS Menurut Permendikbud Nomor 2 Tahun 2022

 

                                         Juknis BOS

INDSMEDIA.COM - Pelaksanaan verifikasi nomor  rekening Bos tahun 2022 sudah selesai, yang kemudian dilanjut penerbitan nomor rekening baru bagi penerima program Bos tahun 2022, maka penggunaan alokasi juga sudah diatur dalam juknis Penggunaan Bos pasal 42 ayat 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2 Tahun 2022,  disebutkan Dalam pengelolaan Dana BOP PAUD, Dana BOS, dan Dana BOP Kesetaraan kepala Satuan Pendidikan dan tim BOS sekolah dilarang:

_a. melakukan transfer Dana BOP PAUD, Dana BOS dan/atau Dana BOP Kesetaraan ke rekening pribadi atau lainnya untuk kepentingan selain penggunaan dana;_

_b. membungakan untuk kepentingan pribadi;_

_c. meminjamkan kepada pihak lain;_

_d. membeli perangkat lunak untuk pelaporan keuangan Dana BOP PAUD, Dana BOS dan/atau Dana BOP Kesetaraan atau perangkat lunak lainnya yang sejenis;_

_e. menyewa aplikasi pendataan atau aplikasi penerimaan Peserta Didik baru dalam jaringan;_

_f. membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas Satuan Pendidikan;_

_g. membiayai kegiatan dengan mekanisme iuran;_

_h. membeli pakaian, seragam, atau sepatu bagi guru atau Peserta Didik untuk kepentingan pribadi yang bukan inventaris Satuan Pendidikan;_

_i. memelihara prasarana Satuan Pendidikan dengan kategori kerusakan sedang dan berat;_

_j. membangun gedung atau ruangan baru;_

_k. membeli instrumen investasi;_

_l. membiayai kegiatan untuk mengikuti pelatihan, sosialisasi, dan pendampingan terkait program Dana BOP PAUD, Dana BOS dan/atau Dana BOP Kesetaraan yang diselenggarakan oleh pihak lain selain Dinas dan/atau Kementerian;_

_m. membiayai kegiatan yang telah dibiayai secara penuh oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau sumber lain yang sah;_

_n. menggunakan Dana BOP PAUD, Dana BOS dan/atau Dana BOP Kesetaraan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu; dan/atau_

_o. menjadi distributor atau pengecer bahan pembelajaran, buku, alat permainan edukatif, dan/atau peralatan lainnya kepada Satuan Pendidikan dan/atau Peserta Didik.

Download Lampiran Permen Nomor 2 Tahun 2022 tentang Juknis Bos. Klik disini.

Saturday, January 29, 2022

Kurikulum Prototipe Sebagai Kurikulum Baru di Masa Pandemi

 

 

Belajar di kelas
Indsmedia.com - Masa pandemi yang melanda negeri ini hampir 2 tahun lebih menjadikan pendidikan sedikit kesulitan manjalankan pembelajarannya, hambatan tatap muka yang menjadikan sebagian besar kurikulum tidak dapat dilakukan. Berbagai upaya yang  telah dilakukan salah satunya dengan penerapan alternatif pembelajaran daring yang saat ini telah dilakukan, masih kurang efektif dalam mendongkrak efektifitas belajar, maka perlunya dilakukan penyusuain kurikulum yang saat ini tengah digodog yaitu kurikulum pilihan yang dinamai  kurikulum prototipe.    

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya (kurtilas).

Jika melihat dari kebijakan yang akan di ambil para pemangku kebijakan, nantinya sebelum kurikulum nasional dievaluasi tahun 2024, satuan pendidikan diberikan beberapa pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolah. Kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

Kurikulum Paradigma Baru ini akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak dan pada akhirnya akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Sebelum diterapkan pada setiap satuan pendidikan, mari kita mengenal 7 (tujuh) hal baru yang ada dalam Kurikulum Paradigma Baru.

Pertama, Struktur Kurikulum, Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi acuan dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian, atau Struktur Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP), Prinsip Pembelajaran, dan Asesmen Pembelajaran. Secara umum Struktur Kurikulum Paradigma Baru terdiri dari kegiatan intrakurikuler berupa pembelajaran tatap muka bersama guru dan kegiatan proyek.

Selain itu, setiap sekolah juga diberikan keleluasaan untuk mengembangkan program kerja tambahan yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didiknya dan program tersebut dapat disesuaikan dengan visi misi dan sumber daya yang tersedia di sekolah tersebut.

Kedua, Hal yang menarik dari Kurikulum Paradigma Baru yaitu jika pada KTSP 2013 kita mengenal istilah KI dan KD yaitu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran, maka pada Kurikulum Paradigma Baru kita akan berkenalan dengan istilah baru yaitu Capaian Pembelajaran (CP) yang merupakan rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang utuh. Oleh karena itu, setiap asesmen pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru haruslah mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ketiga, Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan tematik yang selama ini hanya dilakukan pada jenjang SD saja, pada kurikulum baru diperbolehkan untuk dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya.

Dengan demikian pada jenjang SD kelas IV, V, dan VI tidak harus menggunakan pendekatan tematik dalam pembelajaran, atau dengan kata lain sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran berbasis mata pelajaran.

Keempat, Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran, Kurikulum Paradigma Baru tidak menetapkan jumlah jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku pada KTSP 2013, akan tetapi jumlah jam pelajaran pada Kurikulum Paradigma Baru ditetapkan pertahun.

Sehingga setiap sekolah memiliki kemudahan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Suatu mata pelajaran bisa saja tidak diajarkan pada semester ganjil namun akan diajarkan pada semester genap atau dapat juga sebaliknya, misalnya mata pelajaran IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester ganjil saja.  Sepanjang jam pelajaran pertahunnya terpenuhi maka tidak menjadi persoalan dan dapat dibenarkan.

Kelima, Sekolah juga diberikan keleluasaan untuk menerapakan model pembelajaran kolaboratif antar mata pelajaran serta membuat asesmen lintas mata pelajaran, misalnya berupa asesmen sumatif dalam bentuk proyek atau penilaian berbasis proyek.

Pada Kurikulum Paradigma Baru siswa SD paling sedikit dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Hal ini bertujuan sebagai penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Keenam, Untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pada KTSP 2013 dihilangkan maka pada Kurikulum Paradigma Baru mata pelajaran ini akan dikembalikan dengan nama baru yaitu Informatika dan akan diajarkan mulai dari jenjang SMP. Bagi sekolah yang belum memiliki sumber daya/guru Informatika maka tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata pelajaran ini karena mata pelajaran ini tidak harus diajarkan oleh guru yang berlatar belakang TIK/Informatika, namun dapat diajarkan oleh guru umum.

Hal ini disebabkan karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah mempersiapkan buku pembelajaran Informatika yang sangat mudah digunakan dan dipahami oleh pendidik dan peserta didik. 

 

Adapun Keunggulan kurikulum Prototipe sebagai berikut:

1. Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) 

Keterampilan non-teknis adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa. Pada kurikulum prototipe, tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa saja, tetapi bisa lintas minat. 

Dalam hal ini, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas, yang dikutip dari Koran Tempo Edisi 25 Desember 2021, bahwa guru diminta untuk memberikan sejumlah tugas atau proyek kepada para murid yang sifatnya bisa lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan. 

Pada kurikulum prototipe, siswa Sekolah Dasar (SD) paling tidak dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek. Namun demikian, sekolah tetap diberikan keleluasaan untuk pengembangan program kerja tambahan.

2. Berfokus pada materi esensial 

Dengan pembelajaran yang difokuskan pada materi-materi esensial, maka ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Dengan begitu, para siswa atau murid tidak tertinggal dalam kemampuan dasar tersebut. 

Selain itu, sudah tidak ada lagi jurusan ilmu sosial (IPS), alam (IPA), dan bahasa di jenjang pendidikan SMA. Siswa juga bebas dalam memilih mata pelajaran sesuai dengan yang diminatinya. Hal ini didasarkan pada kurikulum prototipe yang mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa. 

Berbeda dengan kurikulum 2013 yang mengenal istilah KI dan KD, pada kurikulum prototipe terdapat istilah Capaian Pembelajaran (CP). CP merupakan satu kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkelanjutan, sehingga membangun kompetensi yang utuh

3. Memberikan fleksibilitas bagi guru 

Guru, dalam hal ini, dapat mengajar suatu hal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si murid. “Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal," jelas Anindito. 

Selain itu, perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam kurikulum prototipe, lanjut Anindito, tujuan belajar ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah. 

Hingga saat ini, ada 343 Taman Kanak-Kanak, 1.116 Sekolah Dasar, 547 Sekolah Menengah Pertama, 382 Sekolah Menengah Atas, dan 85 Sekolah Luar Biasa yang telah mengikuti proyek uji coba kurikulum prototipe. Ketika sudah diterapkan, nantinya kurikulum ini bakal dilakukan evaluasi kembali di tahun 2024.

 

Sumber :  

Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

https://ditpsd.kemdikbud.go.id 

https://nasional.tempo.co/read/1545454/

Thursday, January 27, 2022

MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

 
  MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.
Pengajar di SDN Citeureup 3 
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang

  

      Pembelajaran merupakan suatu syarat dalam menyampaikan teori dan pembiasaan pengetahuan serta karakter dari guru ke peserta didik, pembelajaran salah satu interaksi dalam menjalankan perintah tujuan pembelajaran, agar dengan belajar tatap muka antara siswa dan guru terjalin suatu kondisi dan hubungan yang humanis. Pada perkembangannya pembelajaran  yang  menarik  adalah pembelajaran yang efisien waktu dan efektif dalam mentransfer informasi belajar pada siswa tanpa mengesampingkan karakter siswa itu sendiri.

      Perkembangan yang pesat saat ini,  adalah sumber pengetahuan siswa terhadap lingkungannya karena perubahan lingkungan dan teknologi yang dinamis menjadikan tantangan manusia untuk menaklukan alam dengan mempelajari lingkungannya, pada jenjang  sekolah dasar untuk menjadikan proses belajar yang baik dan menarik minat siswa diperlukan suatu cara dalam belajar yang hal tersebut sudah dipikirkan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan terdahulu. 

      Berikut beberapa teori belajar yang dapat kita gunakan untuk mencapai kondisi dan hasil belajar yang terbaik di kelas sebagai bentuk pencapaian  profesionalisme guru di masa depan.

 

A.A. TEORI BELAJAR PIAGET

           Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Perkembangan mental atau kognitif anak terdiri dari beberapa tahapan. Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah :

TAHAP

USIA

CIRI KHUSUS

Sensori Motor

0 – 2 tahun

Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal

Pre-Ooperasional

2 – 7 tahun

Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan konsentrasi

Konkret Operasional

7 – 11 atau 12 tahun

Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata

Formal Operasional

7 – 11 atau 12 tahun 14 tahun atau 15 tahun

Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat

 

·     A.1. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

       Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
  1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
  2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
  3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin   perkembangan intelektual anak.

 ·   A.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET

      Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.

      Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

 

2. B. TEORI BELAJAR BRUNER

Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif. Beliau beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan. 

Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :

    1. Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada Piaget

Dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya.

    2. Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget

Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang tetap.

    3. Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada Piaget

Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi. 

Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat menangkap konsep-konsep IPA.

·   B.1. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.

      Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

·   B.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BRUNER

Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
  1. Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
  2. Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

 

3.  C. TEORI BELAJAR GAGNE

Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode, artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih lama, namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori jangka panjang (long term memory). 

Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi menjadi tindakan. Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal dari aliran informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies). Menurt teori ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :

  1. Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
  2. Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
  3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.

 

·   C.1 HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE

     Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi :

a) 1. Informasi verbal (verbal information)

Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.

2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)

Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam  bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai  lambang/simbol (huruf : angka, kata, gambar), Kemahiran intelektual terbagi dalam empat subkemampuan yaitu :
  1. Diskriminasi (descrimination)
  2. Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
  3. Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
  4. Aturan-aturan (rules)

c) 3. Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)

Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi. Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.

d) 4. Sikap-sikap (attitudes)

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa

e)  5. Keterampilan-keterampilan (motor skills)

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

 

·    C.2. MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD

Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi :
  1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
  2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
  3. Mengarahkan perhatian (directing motivation)
  4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
  5. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
  6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
  7. Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
  8. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
  9. Memberi umpan balik (providing feedback)

 

4. D. TEORI BELAJAR AUSUBEL

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

 

D.1 MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut. 

David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.

D.2 PRINSIP-PRINSIP YANG DIKEMUKAKAN OLEH AUSUBEL
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :

a)    1. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)

    Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang   umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.

b)     2. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)

Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Ratna Wilis Dahar, dkk. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta:
Depdikbud UT.

Dra. Isti Rokiyah, M.A, dkk. Teori Belajar dalam Pembalajaran IPA di SD. Jakarta: Depdikbud UT. 

Dalyono, Psokologi pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011. 

 

Catatan : *Setiap menyadur atau mengcopi harap mencatumkan sumbernya.*

E-learning

Produk Rekomendasi