Banten - Masyarakat Suku Baduy atau Orang Kanekes, merupakan suku asli Indonesia yang
mendiami salah satu wilayah di Kabupaten Lebak, Banten. Menjadi salah
satu suku asli yang mendiami pulau padat penduduk, suku Baduy menjadi
salah satu daya tarik wisata yang sering dikunjungi wisatawan.
Letak
suku Baduy sendiri ada di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes. Suku
Baduy masih memiliki hubungan dengan orang Sunda. Tidak heran jika
fisik mereka mirip orang Sunda kebanyakan dan bahasa sehari-hari mereka
adalah Bahasa Sunda.
Karena
keunikannya, banyak wisatawan yang kemudian penasaran dan ingin melihat
lebih lanjut kehidupan suku ini. Wisata suku Baduy kemudian diminati,
baik turis lokal maupun luar negeri. Imbas dari banyaknya minat
wisatawan untuk mengenal Suku Baduy secara langsung, banyak peraturan
adat yang dilanggar wisatawan, salah satunya mengambil foto masyarakat
Baduy Dalam dan menyebarkannya.
Hal
ini membuat masyarakat suku Baduy merasa tidak nyaman sehingga meminta
pemerintah untuk mencoret wilayah mereka dari destinasi wisata. Bahkan
mereka berharap agar Google juga menghapus lokasi mereka. Tanpa
berkunjung langsung kesana, Anda bisa mengetahui sejumlah fakta mengenai
suku Baduy.
1. Terbagi menjadi 2 kelompok: Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dilansir dari biroumum.bantenprov.go.id,
suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Baduy Dalam dan
Baduy Luar. Dua kelompok ini memiliki perbedaan terutama dalam hal
berpakaian.
Baduy Dalam merupakan kelompok masyarakat Baduy
yang sangat teguh memegang adat istiadat leluhur. Mereka sangat menolak
teknologi dan modernisasi, sehingga kehidupan mereka masih tradisional.
Masyarakat Baduy Dalam umumnya memakai pakaian berwarna putih yang
ditenun sendiri. Warna putih melambangkan kesucian, dimana orang Baduy
Dalam belum terpengaruh dengan budaya luar.
Suku
Baduy Luar lebih terbuka dengan pendatang, meskipun masih menjunjung
tinggi adat istiadat yang ada. Masyarakat Baduy Luar beberapa sudah
menggunakan barang-barang modern seperti kasur, bantal, dan beberapa
alat elektronik. Pakaian tenun berwarna serba hitam menjadi penanda
masyarakat Baduy Luar.
2. Menjunjung tinggi adat
Masyarakat
suku Baduy sangat berpegang teguh dengan adat istiadat. Mereka
menjalankan peraturan leluhur dan menolak segala pengaruh dari luar suku
mereka. Orang Kanekes menolak saran pemerintah untuk membangun sekolah
dan segala fasilitasnya di wilayahnya. Akibatnya banyak masyarakat
Baduy, terutama Baduy Dalam, yang tidak bisa baca tulis.
Luhurnya
adat yang berlaku di wilayah suku Baduy juga terlihat di kehidupan
sehari-hari. Mereka selalu bergotong-royong, serta hidup sederhana. Di
wilayah Baduy Dalam, semua tempat tinggal dibuat sama. Yang menjadi
pembeda adalah perabotan berbahan tembikar. Status sosial masyarakat
suku Baduy dilihat dari jumlah perabotan tembikar yang mereka punya.
Sangat bergantung dengan alam
Profesi
utama masyarakat suku Baduy adalah bertani, sehingga keadaan alam
sangat menentukan kelangsungan hidup mereka. Banyak aturan yang ada di
suku ini bertujuan untuk tetap menjaga kelestarian alam di wilayah
Baduy. Larangan tersebut berupa tidak boleh menggunakan bahan kimia
seperti sabun dan pasta gigi saat mandi, hingga larangan membuang sampah
plastik sembarangan terutama di sungai.
Transportasi dilarang, jalan kaki menjadi hal yang biasa di wilayah suku Baduy
Karena
ada larangan penggunaan teknologi, transportasi seperti sepeda motor
bahkan sepeda tidak akan terlihat di suku Baduy. Sebagai gantinya,
mereka akan berjalan kaki untuk berkunjung ke ladang, rumah kerabat,
bahkan saat berkunjung ke ibukota provinsi.
Saat
mengunjungi kota besar, mereka biasa berjalan berkelompok 3 hingga 5
orang. Biasanya masyarakat suku Baduy wilayah lain untuk bersilaturahmi
dan menjual hasil bumi mereka.
Sumber : kontan.co.id, potret baduy_banten
Sumber Foto : @BADUYBADJA_IG, @SouvenirBaduy, @ahosakai1996, @baduypisan, @hundsyou,