Naskah Drama Bawang Merah dan Bawang Putih
Pemainnya
1. Bawang Putih,
2. Ibu Bawang Putih,
3. Ayah Bawang Putih,
4. Ibu Bawang Merah,
5. Bawang Merah, dan
6. Sang Pangeran.
Naskah
Drama ini terbagi dalam 5 Babak masing - masing babak pemainnya juga saling
berganti
BABAK
1:
[Ibu Bawang Putih dalam keadaan sekarat. Ia berpesan kepada putri semata
wayangnya itu ]
Bawang Putih: "Ya, Bu."
Ibu Bawang Putih: "Setelah ibu
tiada, tetaplah menjadi anak yang bersahaja."
Bawang Putih: [Menitikkan air mata.] "Iya, bu..."
Ayah Bawang Putih: [Menangis, menyaksikan hal tersebut.]
[Setelah berpesan seperti itu, Ibu Bawang Putih meninggal dunia diiringi isak
tangis Bawang Putih dan Ayah Bawang Putih.]
***
BABAK
2:
[Setelah Ibu Bawang Putih meninggal, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu
Bawang Merah. Hal ini menjadikan hidup Bawang Putih tidak bahagia. Bersama
anaknya yang bernama Bawang Merah, wanita tua itu memperlakukan Bawang Putih
seenak hatinya.]
Ibu Bawang Merah: "Bawang Putihhhhh!!!"
Bawang Putih: [Datang dengan tergopoh-gopoh] "Iya, Mah."
Ibu Bawang
Merah: "Dari mana aja sih kamu. Dipanggil dari tadi, lama banget! Ini
tumpah!
Bawang Merah: [Tiba-tiba datang dan menoyor Bawang Putih. Lalu menjatuhkan
makanannya.] "Ini bersihin sekalian ya."
Bawang Putih: [Menghela napas. Tapi, mau tak mau dilakukan juga.]
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah
tertawa kecil melihat hal tersebut.]
***
[Karena kelakuan ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih merasa sedih hatinya.
Ia sekarang sebatang kara. Tak ada yang bisa dijadikannya tempat bersandar
sejak ayahnya meninggal.]
Bawang Putih : [Menatap bintang di langit dengan sedih.] "Oh, Tuhan,
kenapa hidupku seperti ini? Orang-orang terdekatku kini sudah tiada semuanya.
Tak ada orang yang mengasihiku kini."
[Bawang Putih berdoa, semoga ada seseorang laki-laki baik hati yang datang dan
menjadi kekasihnya. Doa tersebut dicatat oleh malaikat dan diperdengarkan
kepada Tuhan.]
***
BABAK
3:
[Bawang Putih hendak pulang setelah mencuci baju di sungai, saat ia bertemu
dengan Pangeran tampan.]
Pangeran: [Duduk di atas kudanya.] "Wahai, gadis cantik, bolehkah saya
bertanya kepadamu?"
Bawang
Putih: [Menoleh ke asal suara. Dan mundur beberapa langkah karena tatapan tajam
Pangeran. Kemudian, ia menunduk.] "Silakan, Tuan. Apa yang hendak Tuan
tanyakan kepada hamba?"
Pangeran: "Saya sedang berburu bersama para pengawalku. Tapi, saking
semangatnya, saya pergi terlampau cepat daripada mereka. Ketika saya ingin
kembali, saya kehilangan jejak mereka. Jika tidak keberatan maukah kamu memberi
saya petunjuk jalan manakah yang baik untuk pulang ke istana saya?"
Bawang Putih: [Menunjuk ke jalan yang dimaui oleh Pangeran.]
Pangeran: "Oiya, sebelum saya pergi, bolehkah saya bertanya siapakah nama
kamu?"
Bawang Putih: "Nama hamba, Bawang Putih, Pangeran."
[Begitulah pertemuan pertama antara Pangeran dan Bawang Putih. Pertemuan
tersebut membekas di hati Pangeran. Sehingga,
diam-diam, Pangeran memperhatikan Bawang Putih. Karena ia sudah jatuh cinta.]
***
BABAK
4:
[Bawang Putih berlari ketakutan. Ia dikejar ibu tiri dan kakak tirinya, karena
telah menghilangkan pakaiannya. Pangeran menolong Bawang Putih.]
Pangeran: "Hei, Bawang Putih, kesinilah."
Bawang Putih: [Segera mengikuti kata-kata Pangeran.]
[Akhirnya, selamatlah Bawang Putih dari kejaran ibu tiri dan kakak tirinya.
Pangeran membawa Bawang Putih ke tempat yang aman. Lalu, bercerita-cerita.
Pangeran simpati dengan kisah hidup Bawang Putih langsung melamarnya. Ia ingin
menyelamatkan hidup Bawang Putih.]
Pangeran: "Kisah hidupmu sungguh dramatis. Tapi, terlepas dari semua itu,
sejak saya melihatmu, saya telah jatuh cinta. Bawang
Putih maukah menikah denganku?"
Bawang Putih: "Bila itu keinginan Pangeran..."
[Maka, menikahlah mereka. Setelah menikah, Pangeran membereskan masalah antara
Bawang Putih dengan ibu tiri dan kakak tirinya.]
***
BABAK
5:
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersimpuh di hadapan Bawang Putih dan
Pangeran. Ibu anak itu menghadapi sidang atas perbuatan mereka sebelumnya.]
Pangeran: "Pengawal, bawa kedua orang itu ke sini!"
Ibu Bawang Merah: "Ampuni kami, Pangeran. Kami berjanji mengubah sifat
buruk yang ada pada diri kami."
Pangeran: [Menatap Bawang Putih, istrinya. Meminta keputusannya.]
Bawang Putih: [Membalas tatapan Pangeran, suaminya. Lalu, ia bangkit
menghampiri ibu tiri dan saudara tirinya.] "Saya bisa saja melupakan semua
yang ibu dan kakak lakukan. Tapi... Satu syarat yang harus kalian
lakukan..."
Ibu Bawang Merah: "Apa itu? Katakan saja. Kami akan melakukannya dengan
senang hati..."
Bawang Putih: "Kalian harus pergi dari sini, dan jangan sampai saya
melihat kalian lagi. Jika saya sampai melihat kalian lagi, maka saya akan
memerintah para pengawal untuk menangkap dan menjebloskan kalian ke dalam
bui."
Pangeran: "Sekarang, enyahlah kalian dari hadapan kami!"
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sujud mengucapkan terima kasih atas
kemurahan hati yang Bawang Putih dan Pangeran berikan.]
Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah: "Terima kasih atas kebaikan hati kalian
berdua." [Keduanya segera berlalu.]
[Setelah kepergian ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih hidup bahagia
bersama Pangeran.]