Showing posts with label CGP. Show all posts
Showing posts with label CGP. Show all posts

Monday, August 12, 2024

Lokakarya 2 PGP Angkatan 11 Kab. Pandeglang menuju Visi untuk Perubahan Lingkungan Belajar

 


Pandeglang, Calon Guru Penggerak harap-harap cemas bercampur semangat yang menggebu, Sabtu 10 Agustus 2024, pagi yang dingin menyelimuti semangat CGP dan PP dalam memulai Lokakarya 2 PGP Angkatan 11 Kabupaten Pandeglang yang bertempat di SMKN 3 Pandeglang yang dipandu Oleh Pengajar Praktik Agus Prihanto dan Endi Sutrisna. Pada hakikatnya pendidikan adalah fondasi penting dalam pembangunan suatu negara, dan guru memiliki peran kunci dalam membentuk masa depan generasi muda. Untuk memastikan bahwa guru siap untuk menghadapi tantangan-tantangan pendidikan modern, Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 menghadirkan materi yang mengilhami visi perubahan dalam lingkungan belajar. Inilah ikhtisar dari materi penting yang diajarkan selama lokakarya tersebut:



Pendekatan Pendidikan Inovatif

Guru penggerak perlu memahami pentingnya pendekatan inovatif dalam mengajar. Ini mencakup penggunaan teknologi dalam pembelajaran, metode yang melibatkan siswa secara aktif, dan pendekatan berbasis proyek. Materi ini membantu guru mengintegrasikan inovasi dalam pengajaran sehari-hari mereka.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa peluang untuk mengatasi tantangan nyata. Materi ini menggali cara guru dapat merancang dan mendukung pembelajaran berbasis masalah dalam lingkungan belajar mereka. Ini merangsang pemikiran kritis dan pemecahan masalah siswa.

Pendekatan Multikultural dalam Pembelajaran

Indonesia memiliki beragam budaya dan etnis. Materi ini menekankan pentingnya mengakui dan merayakan keragaman ini dalam lingkungan belajar. Guru diajarkan untuk merancang kurikulum yang mencerminkan budaya dan latar belakang siswa, menciptakan lingkungan inklusif, dan mendorong saling pengertian antar-siswa.

Pengembangan Keterampilan Hidup

Selain akademik, guru juga diajarkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan hidup yang penting. Ini termasuk keterampilan seperti kepemimpinan, keterampilan komunikasi, dan kerja sama. Materi ini memberikan panduan untuk mengintegrasikan pengembangan keterampilan hidup dalam pembelajaran.

Evaluasi yang Holistik

Penting untuk mengukur kemajuan siswa dengan cara yang holistik. Guru penggerak diajarkan tentang beragam metode evaluasi yang mencakup penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian formatif. Ini membantu mereka memahami kualitas pendidikan lebih dari sekadar tes.

Pengelolaan Kelas yang Efektif

Pengelolaan kelas yang efektif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Materi ini membahas strategi pengelolaan kelas yang dapat membantu guru menjaga disiplin, mempromosikan partisipasi siswa, dan menciptakan suasana yang positif.

Visi untuk Perubahan Lingkungan Belajar

Yang paling penting, materi ini mendorong guru untuk mengembangkan visi perubahan dalam lingkungan belajar mereka. Guru diajak untuk merancang rencana aksi yang konkrit untuk mewujudkan visi ini dan menjadi agen perubahan dalam pendidikan.



Materi dalam Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 menekankan pentingnya inovasi, produk yang dihasilkan CGP anatara lain rencana penerapan budaya positif di sekolah, praktik penyusunan keyakinan kelas dan catatan observasi praktik segitiga restitusi,  penghargaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan hidup, dan pengelolaan kelas yang efektif dalam pendidikan. Namun, yang paling penting adalah visi perubahan lingkungan belajar. Dengan visi ini, guru penggerak siap untuk menciptakan perubahan positif dalam sistem pendidikan Indonesia, membantu siswa meraih potensi maksimal mereka, dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang menuju generasi emas 2045.

(SW)

Sunday, September 11, 2022

MERDEKA BELAJAR DALAM REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Tugas Modul 1.1.
Tugas Modul 1.1.    

  

 MERDEKA BELAJAR DALAM REFLEKSI

FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

(Koneksi Antar Materi – Refleksi dan Kesimpulan 1.1)

 

Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.Gr.

Calon Guru Penggerak Angkatan 6

Tahun 2022

 

PENDAHULUAN 

Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu proses memajukan pemikiran manusia baik itu pola pikir maupun tingkah laku dan budaya, pada perkembangannya pendidikan menjadi hal yang global yang harus dipandang sebagai sesuatu yang serba modernisasi sehingga tidak heran pendidikan saat ini dijadikan ajang komoditas (Saksono, 2010:76). Pendidikan yang seharusnya  proses penanaman karakter siswa tanpa meninggalkan unsur budaya yang sudah melekat dari  jaman terdahulu, dan juga unsur penanaman pengetahuan dan ketrampilan untuk membekali  peserta didik menjadi manusia utuh yang bisa bertahan hidup di lingkungan masyarakat tidak  lagi menjadi sesuatu yang terlihat penting dalam prosesnya. Semua bermuara pada  peningkatan mutu dan kualitas peserta didik yang dilihat dari signifikansi ketercapaian  kompetensi yang diinginkan oleh institusi. Sehingga tidak heran semakin kesini kita  mendapati banyak peserta didik yang kurang bermoral, tidak paham akan budaya nenek  moyangnya, dan cenderung berkiblat pada karakter budaya barat meskipun mereka adalah  manusia yang unggul dalam berbagai bidang.  

Negara kita saat ini sedang mengalami krisis Demoralisasi sebagai akibat dari proses pendidikan yang selama ini kita terapkan kepada mereka. Demoralisasi di dunia pendidikan ini mengakibatkan berbagai sifat seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri,  kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan santun, baik kepada guru mapun kepada orang tua. Jika sudah begini, lalu siapakah yang patut dipersalahkan?  Gurunya, masyarakatnya, kebijakannya atau pemerintahnya? Tidak perlu saling  menyalahkan, namun tidak bisa dipungkiri semua ikut andil dalam kondisi ini.  

Kondisi tersebut dicerminkan oleh interkasi pembelajaran di kelas sangat monoton dan satu arah, yang ditandai; guru sebagai sumber belajar di kelas, guru menganggap siswa yang mendapatkan nilai besarlah yang dianggap pintar,  pemberian hukuman yang sangat tegas dalam menegakan  disiplin, membandingkan murid dengan murid lainnya, lebih terfokus pada hasil belajar siswa dalam mengevaluasi pembelajaran.

Upaya merubah kondisi tersebut perlunya model pendidikan yang tepat untuk diterapkan, hal ini kita terlalu berguru kepada teori dan metode pendidikan barat akan tetapi kita juga telah memilki konsep dan model yang secara filosofi yang menggambarkan pola dan watak Indonesia yang bersahaja sejak dulu yaitu konsep dan filosofis pendidikan Ki Hadjar  Dewantara, pemikiran ini  ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-distorsi pelaksanaan pendidikan di  Indonesia dewasa ini. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan ditempuh  melalui petunjuk trikon, yaitu kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri, konvergen  dengan alam luar, dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang  konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri (Dewantara, 1994: 371). Pada konsep Guru Penggerak diharapkan apat menjawab kodnisi ini dan dapat menguatkan Pemikiran KHD pada pendidikan dan pembelajaran di Indonesia,  karena pemikiran KHD sangat relevan dengan kondisi saat ini dan berpihak pada anak baik dalam melihat kondisi, potensi dan kemampuan anak dalam belajar dan menjadi acuan dalam penerapan proses pendidikan.

 

PEMBAHASAN 

Filosofi yang hendak kita maknai yaitu konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada sistem among mengatakan bahwa sistem among  yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu: pertama, kodrat alam kodrat zaman sebagai syarat  kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya; kedua, kemerdekaan sebagai syarat  menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi  yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka. Sungguh konsep yang mulia jika ke dua  kodrat ini bener-benar bisa tercipta di lingkungan pendidikan, peserta didik akan  merasa  dimaanusiakan oleh pendidiknya secara menyeluruh.

          Potret saat ini terjadi di lingkungan sekolah adalah pendidikan yang  cenderung mengedepankan kodrat zaman dan mengesampingkan kodrat alam, budi pekerti dan karakteristik masing-masing anak. Tidak  heran jika pendidikan hanya berlomba-lomba untuk mencetak peserta didik yang kompeten  dalam segala hal sesuai kompetensi yang diinginkan tanpa diberangi dengan pendewasaan anak serta budi pekerti luhur. Bisa  dibayangkan berapa mata pelajaran yang harus siswa pelajari dan harus kompeten semua  terhadap materi. Pada prinsipnya kemerdekaan belajar yang bener-benar terenggut dalam proses saat ini. Hingga Kodrat  alam anak tidak tersentuh maksimal, apakah mereka memang berbakat dalam kompetensi  tersebut, bisakah potensinya dikembangkan dengan proses pendidikan tersebut.  Tentu hal ini memicu siswa untuk berlomba-lomba mengkompetensikan diri mereka  sendiri dengan berbagai cara meskipun terkadang cara yang mereka tempuh bertentangan  dengan hati nuraninya yang penting nilai komptensi tercapai. 

Ki Hadjar Dewantara berpandangan bahwa konsep pendidikan harus mengenai tri pusat pendidikan  yaitu pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Dilingkungan  sekolah menjadi ilmu dasar penanaman karakter baik, lingkungan sekolah menjadi tempat  pengembangan pengetahuan dan intelektual sedangkan lingkungan masyarakat menjadi  tempat dan pengendali tumbuh dan berkembangnya peserta didik tersebut. Jika tri pusat  pendidikan bisa bersinergi dengan baik maka akan melahirkan calon-calon pemimpin bangsa  ini yang berkarakter Ing Ngarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri  Handayani.  

            Pemikiran KHD dalam pendidikan menekankan seutuhnya pada kebutuhan dan       potensi anak:

1. Menuntun

“Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraph 4).

2. Petani

Ibarat seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam jagung misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.2, paragraph 1)

3. Budi Pekerti

Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.6, paragraph 3)

4. Bermain

Bermain adalah kodrat anak, Pikiran-Perasaan-Kemauan-Tenaga (Cipta-Karsa-Karya-Pekerti) sudah ada pada diri anak, Permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah.

5. Pendidikan Berpihak Pada Anak

“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak.” (Ki Hajar Dewantara, 1922)” [Asa Taman Siswa ke-7, diparafrasakan Profesor Sardjito, Rektor Universitas Gajah Mada di penganugrahan Doktor Honoris Causa kepada Ki Hajar Dewantara di bidang Ilmu Kebudayaan, Desember 1956.]

              Perlunya penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara  dengan dunia pendidikan saat ini, apabila menilik model pembelajaran yang diterapkan oleh pemerintah saat ini maka ada beberapa bagian yang mengambil inspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara, dalam hal ini metode pembelajaran praktek pada kurikulum pendidikan 2013. Dalam sistem pengajaran mengenai kemandirian belajar anak didik (anak diajak untuk mencari pengetahuan sendiri) serta perilaku bermoral dalam praktek kurikulum pendidikan 2013 dengan mengedepankan perilaku berkarakter serta meningkatkan kontribusi pendidikan dalam lingkungan sosial dengan menekankan perilaku siswa yang beretika dan bermoral.  

              Pada pembelajaran dan interaksi di sekolah, pemikiran KHD sangat penting yaitu menekankan budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

              Dari sini kita maknai bahwa pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat”. Maka pemikiran tersebut jelas bahwa sekolah saya menjadi tempat yang relevan dan sangat baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter seorang anak didik, menuju kemerdekaan belajar dan belajar merdeka yang lebih baik lagi demi kemajuan  bangsa dan negara Indonesia.

 

KESIMPULAN 

           Dari pembahasan, alur pemikiran KHD terhadap pendidikan maka kita harus berusaha merubah cara  pandang dan cara ajar pendidik agar sesuai dengan filososfi pendidikan yang di ajarakan oleh Ki Hadjar Dewantara, melalui aksi  nyata perubahan tersebut.

a.      Perlunya penggalian budaya daerah dan nasional  untuk kemudian memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan  supaya anak menjadi makhluk yang insani. 

b.      Meningkatkan penerapkan sistem among dan kolaborasi dalam proses pembelajaran, dimana  mempercayakan anak didik untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan  memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya. 

c.       Berusaha menerapkan konsep merdeka belajar yakni dengan melakukan  beberapa hal sebelum pembelajaran yaitu:  

§  menentukan tujuan pembelajaran bersama-sama peserta didik, 

§  membebaskan peserta didik memilih cara belajar mereka sesuai minat dan bakatnya  yang penting mencapai tujuan bersama sesuai kesepakatan awal tanpa paksaan dan  tuntutan,  

§  bersama-sama untuk melakukan refleksi dengan menuangkannya menjadi tulisan  setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan serta  langkah terbaik yang bisa diambil untuk proses pembelajaran ke depan.

            Pendidikan yang memanusiakan manusia dan program merdeka belajar tepat untuk memerdekakan segala potensi anak dalam mencapai  kodrat hidupnya sebagai manusia yang mandiri dengan tidak meninggalkan asal usul, budaya dan budi pekerti sebagai bagian yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan negara.

 

REFERENSI 

Kemdikbudristek, 2022, Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dewantara, Ki Hadjar, 1994, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta.  ________, 2011, Bagian Pertama Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan,

Sutiyono, 2010, Pendidikan Seni Sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikulturalis dalam  Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY,  Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia D.I. Yogyakarta.

E-learning

Produk Rekomendasi