Saturday, November 5, 2022

Penguatan Budaya Positif Dengan Keyakinan Kelas

 

PENGUATAN BUDAYA POSITIF MELALUI PENERAPAN KEYAKINAN KELAS

Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.Gr.
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Kabupaten Pandeglang

 

Pendidikan di Finlandia
Budaya sekolah yang dinamis dan menyenangkan bagi semua warganya merupakan dambaan setiap sekolah, dambaan dan contoh ideal terkait keadaan pendidikan saat ini adalah kondisi pendidikan di Negara Finlandia yang merupakan negara terdepan di dunia dalam indeks keberhasilan pendidikan, kondisi kurikulum yang ideal, pengajar yang dominan lulusan S2 dan lulusan terbaik yang mengisi posisi guru di negara tersebut. Dukungan dan kondisi sosial budaya negara yang baik dan konsisten memberikan dampak yang siginifikan di negara tersebut. Kondisi pendidikan tersebut dapat kita wujudkan melalui pendekatan dan penerapan konsep-konsep budaya positif, budaya positif akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik di lingkungan sekolah, budaya ini memiliki urgensi tinggi karena lingkungan sekolah sebagai tempat peserta didik belajar harus dapat menghadirkan suasana yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan agar peserta didik merasa betah untuk belajar berlama-lama di sekolah tanpa rasa tertekan, iklhas dan mendapakan raung yang seluas-luasnya dalam memberikan gagasannya.

Kondsi dambaan tersebut dapat kita lakukan melalui keteladanan kedisiplinan, memulai pembelajaran dengan kesepakatan, memberikan kesempatan yang sama dalam berpendapat, bersikap adil dalam memberikan kebutuhan belajar, selalu berusaha memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar agar peserta didik menikmati setiap materi yang diberikan tanpa ada paksaan. Menciptakan suasana positif berhubungan erat dengan pembelajaran yang berpihak pada murid karena suasana yang positif dapat mendorong motivasi peserta didik untuk belajar secara mandiri secara sadar diri.

Setiap sekolah tentunya sudah memiliki budaya yang baik terkait komunikasi dan disiplin dalam menegakan peraturan, akan tetapi pelaksanannya kurang efektif, perlunya penguatan agar budaya positif dapat ditumbuh kembangkan secara masif di kelas dan lingkungan sekolah. Perlunya penekanan dan kebutuhan akan budaya positif karena budaya ini menekakan pada pencapaian nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang berpihak pada peserta didik agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Siswa Menempelkan Keyakinan Kelas
Budaya positif dilaksanakan dalam upaya menumbuhkan disiplin diri pada peserta didik secara langsung  menanamkan motivasi intrinsik untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Dalam mencapai hal tersebut salah satunya yang  dapat dikembangkan dan diterapkan dengan keyakinan kelas. Budaya ini dipilih karena keyakinan merupakan implementasi nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati bersama oleh warga kelas. Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam yang dapat memotivasi secara instrinsik, peserta didik lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang identik dengan hukuman yang tidak mengenakan.

Ciri-ciri khas keyakinan kelas:
  1. Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret.
  2. Keyakinan kelas berupa pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
  3. Keyakinan kelas sederhana sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  4. Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di kelas tersebut.
  5. Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
  6. Keyakinan kelas ditinjau kembali dari waktu ke waktu sesuai kesepakatan bersama.

Skenario Pelaksanaan

Usaha yang dilakukan dalam mencapai kondisi budaya positif yang mantap, saya melaksakan/ mempraktekan konsepPenguatan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas” ini bertujuan:

  1. Mengenalkan keyakinan kelas kepada peserta didik.
  2. Menyusun dan membimbing keyakinan kelas bersama peserta didik.
  3. Membiasakan penerapan keyakinan kelas untuk menumbuhkan disiplin diri.

Pelaksanaan aksi nyata dimulai dengan memberikan pemahaman dan arahan kepada peserta didik mengenai keyakinan kelas dan pelibatan murid dalam penyusunan keyakinan kelas melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melaksanakan sosialisasi terkait keyakinan kelas kepada teman sejawat dan kepala sekolah.

2. Melaksanakan sosialisasi terkait keyakinan kelas kepada murid.

  1. Menyusun keyakinan kelas bersama peserta didik. 
  2. Peserta didik membuat paper note keyakinan kelas secara mandiri 
  3. Mengelompokan keyakinan yang dibuat sesuai kelompok kebajikan yang serumpun 
  4. Menempatkan keyakinan kelas di tempat yang mudah dilihat. 
  5. Melakukan pendalaman pada setiap keyakinan melalui kegiatan-kegiatan sederhana di awal pembelajaran

Keyakinan Kelas Final
Pada proses penerapan budaya ini terdapat tantangan yang dihadapi terkait keyakinan kelas adalah dalam hal menanamkan keyakinan kelas pada peserta didik untuk menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri peserta didik. Mindset yang sudah tertanam selama ini adalah peraturan (bukan keyakinan) merupakan dasar mereka bertindak. Mematuhi peraturan dengan tujuan untuk menyenangkan dan mendapatkan nilai baik dari guru, serta berlaku sesuai aturan hanya agar tidak mendapatkan hukuman atau menghindari ketidaknyaman. Sehingga untuk mengubah mindset peserta didik dan mengubah orientasi tindakan mereka dari motivasi ekstrinsik ke motivasi intrinsik inilah yang menjadi tantangan utama, perlu banyak waktu untuk berproses dan komitmen bersama untuk mewujudkannya.

Proses penerapan keyakinan kelas agar dapat tertanam dalam diri murid secara sadar, mandiri dan bertanggungjawab adanya tantangan yang dihadapi terkait penerapan keyakinan kelas di atas, perlu adanya rencana tindak lanjut yang dirumuskan sebagai berikut.

  1. Melakukan pembiasaan penerapan keyakinan kelas di awal-awal pertemuan.
  2. Membuka ruang komunikasi dengan peserta didik untuk mengakomodasi kebutuhannya.
  3. Membiasakan diri untuk mengambil posisi kontrol sebagai manager.
  4. Melakukan penanganan permasalahan peserta didik dengan segitiga restitusi.
  5. Melakukan refleksi bersama untuk memantapkan budaya positif kedepannya. 

Budaya positif yang baik dan berhasil setelah dipraktekan di kelas kemudian penulis bagikan kepada teman sejawat di sekolah dan wilayah lebih luas lagi melalui kegiatan beragi pemahaman yang dilaksanakan mandiri melalui webinar daring dengan tema Penguatan Budaya Positif Sekolah, peserta sangat anstusias dan melebihi target,dengan jumlah peserta 32 peserta, hal ini menandakan antusiasme teman-teman sejawat akan budaya positif sangat perlu diterapkan di sekolah masing-masing, dengan berbagai kesan dan pesan yang beragam, yang penulis tampung dalam media padlet, pengenalan konsep budaya positif ini sangat bermanfaat sekali bagi kemajuan pendidikan sehingga kondisi disiplin budaya positif yang diharapkan dapat tercapai. 

Webinar Budaya Positif

 

#Salam Guru Penggerak

#Merdeka Belajar

No comments:
Write komentar

E-learning