Thursday, January 27, 2022

MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

  MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.
Pengajar di SDN Citeureup 3 
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang

  

      Pembelajaran merupakan suatu syarat dalam menyampaikan teori dan pembiasaan pengetahuan serta karakter dari guru ke peserta didik, pembelajaran salah satu interaksi dalam menjalankan perintah tujuan pembelajaran, agar dengan belajar tatap muka antara siswa dan guru terjalin suatu kondisi dan hubungan yang humanis. Pada perkembangannya pembelajaran  yang  menarik  adalah pembelajaran yang efisien waktu dan efektif dalam mentransfer informasi belajar pada siswa tanpa mengesampingkan karakter siswa itu sendiri.

      Perkembangan yang pesat saat ini,  adalah sumber pengetahuan siswa terhadap lingkungannya karena perubahan lingkungan dan teknologi yang dinamis menjadikan tantangan manusia untuk menaklukan alam dengan mempelajari lingkungannya, pada jenjang  sekolah dasar untuk menjadikan proses belajar yang baik dan menarik minat siswa diperlukan suatu cara dalam belajar yang hal tersebut sudah dipikirkan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan terdahulu. 

      Berikut beberapa teori belajar yang dapat kita gunakan untuk mencapai kondisi dan hasil belajar yang terbaik di kelas sebagai bentuk pencapaian  profesionalisme guru di masa depan.

 

A.A. TEORI BELAJAR PIAGET

           Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Perkembangan mental atau kognitif anak terdiri dari beberapa tahapan. Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah :

TAHAP

USIA

CIRI KHUSUS

Sensori Motor

0 – 2 tahun

Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal

Pre-Ooperasional

2 – 7 tahun

Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan konsentrasi

Konkret Operasional

7 – 11 atau 12 tahun

Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata

Formal Operasional

7 – 11 atau 12 tahun 14 tahun atau 15 tahun

Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat

 

·     A.1. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

       Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
  1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
  2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
  3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin   perkembangan intelektual anak.

 ·   A.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET

      Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.

      Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

 

2. B. TEORI BELAJAR BRUNER

Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif. Beliau beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan. 

Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :

    1. Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada Piaget

Dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya.

    2. Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget

Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang tetap.

    3. Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada Piaget

Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi. 

Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat menangkap konsep-konsep IPA.

·   B.1. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.

      Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

·   B.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BRUNER

Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
  1. Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
  2. Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

 

3.  C. TEORI BELAJAR GAGNE

Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode, artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih lama, namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori jangka panjang (long term memory). 

Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi menjadi tindakan. Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal dari aliran informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies). Menurt teori ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :

  1. Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
  2. Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
  3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.

 

·   C.1 HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE

     Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi :

a) 1. Informasi verbal (verbal information)

Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.

2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)

Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam  bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai  lambang/simbol (huruf : angka, kata, gambar), Kemahiran intelektual terbagi dalam empat subkemampuan yaitu :
  1. Diskriminasi (descrimination)
  2. Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
  3. Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
  4. Aturan-aturan (rules)

c) 3. Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)

Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi. Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.

d) 4. Sikap-sikap (attitudes)

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa

e)  5. Keterampilan-keterampilan (motor skills)

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

 

·    C.2. MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD

Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi :
  1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
  2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
  3. Mengarahkan perhatian (directing motivation)
  4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
  5. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
  6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
  7. Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
  8. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
  9. Memberi umpan balik (providing feedback)

 

4. D. TEORI BELAJAR AUSUBEL

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

 

D.1 MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut. 

David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.

D.2 PRINSIP-PRINSIP YANG DIKEMUKAKAN OLEH AUSUBEL
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :

a)    1. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)

    Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang   umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.

b)     2. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)

Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Ratna Wilis Dahar, dkk. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta:
Depdikbud UT.

Dra. Isti Rokiyah, M.A, dkk. Teori Belajar dalam Pembalajaran IPA di SD. Jakarta: Depdikbud UT. 

Dalyono, Psokologi pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011. 

 

Catatan : *Setiap menyadur atau mengcopi harap mencatumkan sumbernya.*