Tuesday, January 31, 2017
Cerita saya tentang "Sungai Purba dari Dunia yang Hilang", terbit di National Geographic Indonesia edisi Februari 2017.
Cerita saya tentang "Sungai Purba dari Dunia yang Hilang", terbit di National Geographic Indonesia edisi Februari 2017.
Seperti apakah wajah sisi barat Nusantara sekitar 20.000 tahun silam? Cerita ini berdasar hasil penelitian tugas akhir Ajeng Salma Yarista dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Ajeng dan timnya melayari Laut Jawa. Mereka memerum untuk menyajikan model sungai purba berdasar data batimetri General Bathymetric Chart of the Ocean (GEBCO). Penelitian ini telah menyajikan bukti-bukti baru dari kajian geofisika Laut Jawa. Hasilnya, citra akustik yang merujuk “indikasi adanya jalur sungai purba, bahkan pada dua kala geologi yang berbeda.”
Beberapa temuan yang menarik, Ajeng berhasil mengungkapkan muara Bengawan Solo purba dan dugaan enam danau purba yang pernah ada di Daerah Aliran Sungai Sunda Timur, yang kini tertimbun sedimen dan bersemayam di dasar Laut Jawa. Kendati perlu penelitian multidisiplin lanjutan, Ajeng mengungkapkan adanya indikasi bahwa kawasan daerah aliran sungai purba itu kemungkinan menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia.
Terima kasih kepada Profesor Riset Harry Truman Simanjuntak, yang bersedia memberikan komentar tentang Paparan Sunda dari sisi arkeologi. Saya yakin, kendati kini beliau telah purnabhakti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, kita masih sangat membutuhkan pemikirannya terkait masa prasejarah Indonesia.
Infografis oleh Lambok E. Hutabarat; kartografi oleh Warsono.
Terima kasih ya, Jeng