Monday, December 12, 2016

masih percaya , kalo kita dijajah belanda 350 tahun ?

masih percaya , kalo kita dijajah belanda 350 tahun ?
masih percaya kalo itu milik belanda ?

.
.

Sejarawan dan Pakar Islam Nusantara, Agus Sunyoto mengatakan, keilmuan nusantara sama sekali bukan mitos, dongeng, maupun legenda. Ada fakta empiriknya, misalnya teknik metalurgi, ilmu tentang pengecoran besi dan baja. Belakangan, ilmu yang hanya kita kenal di Majapahit ini, hanya sebatas membuat keris, tombak, dan pedang.<>

Ternyata ketika saya baca kisah Vasco da Gama, kata Agus, saya menemukan fakta bahwa teknologi metalurgi di Jawa sudah maju. Kenapa? Pada saat pasukan Portugis yang dipimpin d’Abuquerque menyerang Malaka, dia sudah mendapat informasi dari salah satu anak buahnya, untuk hati-hati mendekati Malaka.

“Dia mengimbau untuk berhati-hati Karena Malaka sudah dilengkapi dengan meriam-meriam ukuran besar yang dibeli dari Jawa,” ujarnya dalam kegiatan Halaqah Islam Nusantara yang digelar Pascasarjana STAINU Jakarta, Jum’at (17/4) lalu di Kampus STAINU Jakarta, Jl Taman Amir Hamzah Jakarta Pusat.

Salah satu Dosen Pakar di Pascasarjana STAINU Jakarta ini menambahkan, ada 20 ribu prajurit bayaran dari Jawa untuk Malaka. Saat itulah salah satu kapal d’Abuquerque hancur dan akhirnya mundur. Akhirnya, dia memerintahkan mata-matanya untuk membeli orang Jawa sebanyak 500 prajurit di sebuah benteng punya Malaka.

“Dari benteng dengan para prajurit yang sudah dibeli itulah Malaka akhirnya jatuh pada tanggal 23 Agustus 1511. Karena pasukan Portugis aman masuk Malaka lewat benteng yang prajuritnya sudah dibeli tersebut,” jelas Wakil Ketua PP Lesbumi NU ini.

Dari catatan itu, imbuhnya, semua benteng Malaka yang dijarah orang-orang Portugis, diperoleh rampasan 2000 meriam besi berukuran besar dan ada 3000 meriam kecil yang terbuat dari bahan kuningan buatan Jepara. “Itu catatan Portugis, kita tidak menemukan catatan itu,” ungkap Pengasuh Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin Malang ini.

Jika yang dirampas puluhan meriam, lanjutnya, mungkin masih bisa dipertanyakan, ini 5000 meriam. Kita tidak punya catatan itu, sampai dulu saya itu punya asumsi yang pertama kali membawa meriam itu orang-orang Portugis, ternyata itu hasil rampasan perang yang merupakan buatan orang-orang nusantara.

Dia juga menerangkan, meriam ini sejak zaman Majaphit sudah ada. Mereka membuatnya sendiri. “Ada salah satu santri saya yang kuliah di New York, dia mengirim foto salah satu koleksi Metropolitan Museum, yakni meriam buatan Majapahit abad ke-13, sebelum era Walisongo. Sedangkan penemu meriam asal Eropa, Alfred Noble membuatnya pada abad ke-15,” paparnya.

Ketika saya baca kidung lama, kidung Panji Wijoyo Kromo, ucap Agus, kidung yang ditulis pada zaman Majapahit akhir, ada istilah yang aneh, bedil besar, ada istilah lagi juru mudining bedil besar. “Ternyata ketika saya cek di kamus Mulder, benar bedil besar artinya meriam. Jadi juru mudining bedil besar itu artinya operator meriam,” terangnya.

Jadi, lanjut Dosen FIB Universitas Brawijaya Malang ini, Majapahit sudah mampu membuat meriam. Namun dikembangkan di Demak menjadi ukuran yang lebih besar dan diperdagangkan, tetapi kalau Majapahit tidak diperdagangkan.

Lebih jauh, Agus menjelaskan, istilah bedil besar itu dari India. Belakangan diketahui Majapahit jika membuat keris, pedang, bedil besar, dan lain-lain, mereka mengimpor besi dari Khurasan, India. Di Majapahit sendiri, tuturnya, menyebutnya Wesi Khurasani, itu baja putih seperti titanium. Pada zaman itu mereka sudah mengimpor karena orang-orang Majapahit itu maritim, mereka kemana-mana.

“Merosotnya pada zaman Mataram, masuk ke pedalaman. Orang pedalaman itu tidak kenal bangsa asing, hanya kenal sawah, hutan dan pegunungan dengan segala ‘hantunya’. Sebab itu, meriam di zaman Mataran dimintai berkah, itu suatu kemerosotan yang luar biasa,” tandasnya. (Fathoni)



Foto: Meriam ukuran besar produksi Jepara yang saat ini bisa dijumpai di depan reruntuhan Benteng Surosowan Banten.
sumber : NUonline