Dalam prasasti nusantara yang ditemukan di Alaspurwo Banyuwangi memiliki bunyi sebagai berikut:
"Sekarang kita berpisah,nanti setelah 500 tahun yang akan datang, tiap Purnama Ke- Tiga (3) kita kumpul disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Saya akan datang menunggu Sabda Palon dan anak didiknya. Tempat ini saya akan tengger dengan tongkat dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng, lambang kembalinya saya ketanah jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara.
Kutitipkan negri ini sekarang, jagalah baik-baik dan berhati-hatilah karena negeri ini banyak yang akan menginginkan, jangan sampai dijajah bangsa lain. Ingatlah kita sebagai orang Nusantara berpusat di Jawa, jangan kamu melupakan Agama Jawa,Adat, Budaya Jawa. Jangan kamu melupakan Dhang Hyang Tanah Jawa, adanya kita karena Beliau yang menurunkan orang-orang di nusantara ini, kalau tidak ada beliau menurunkan anak atau keturunan, kita tidak mungkin ada di Nusantara ini. Negeri ini sangat kaya alam, apa yang dicari untuk keperluan hidup disini sudah disediakan karena itu banyak orang luar yang akan datang dengan cara licik menjajah, menghasut, mengadudomba demi keuntungannya.
Ingatlah baik-baik sabdaku ini. Kalau kamu melupakan asalmu dari jawa, kamu samadengan kena kutuk, negeri ini akan hancur, manusia saling berebut, saling merasa benar, saling berkuasa, ingin menjadi yang paling dihormati, menyebarkan ajaran baru yang akan nantinya merusak tatanan agama jawa, adat jawa, budaya jawa yang asli, melupakan sejarah asal dari jawa, akhirnya bencana akan datang menelan kamu dan seisi dari keserakahanmu, negerimu hancur kesengsaraan dimana-mana sampai kamu musnah semuanya, itulah kutukan Betara Guru yang saya sabdakan untuk kebaikan rakyat saya dinegeri ini. Hormatilah Catur Guru janganlah percaya dengan ajaran orang luar, jangan mengangkat Hulubalang (Pemerintahan) dari negeri lain (luar negeri).
Seandainya kamu
percaya dan tunduk kepada orang luar negeri, negeri ini akan dijajah,
hasil kekayaan negeri ini akan dihabiskan, rakyat akan dibodohi,
ditindas demi kepentingan orang luar, lama-lama orang jawa akan habis,
Tanah dikuasai orang luar, kita mau kemana? Begitulah sifat-sifat orang
luar, serakah, sering berkedok sebagai orang baik dan suci tetapi
dihatinya busuk, sejarah jawa dan nusantara dilupakan, cerita yang
direkayasa orang luar untuk menjajah negeri ini disembah-sembah,
dihormati dan ditaati.Itulah yang akan terjadi kalau kamu melupakan
asalmu dari jawa.
Sekarang saya akan pergi, kamu yang masih setia
akan negeri ini pergilah, jangan kamu bertengkar atau berperang, siapa
yang mendahului itu akan kukutuk dan hancur. Bencana, mala petaka, wabah
penyakit akan melanda daerahnya.
Pergilah keselatan, disana ada
seorang petapa ditimur kali asta( Kalilaci) mintalah restu dan petunjuk
disana, menyebarlah kehutan, kegunung bagian timur dan barat.
Ki Ageng ! Kamu saya tugaskan mengasuh ketiga putriku ini yang sempat saya bawa sampai disini, jagalah dia baik-baik.
Sang putri paling besar bernama Agung Pradnyawati
Yang ke dua bernama Ayu Styowati
Yang ke tiga bernama Dewi Acintyawati
Sekarang masuklah kamu kehutan purwo, didalam ada sebuah Candi
Peryangan Empu Bajra Satwa (Gunung Tugu) bergabunglah bersama petapa
disana dan minta petunjuk.
Lewatlah jalan bagian selatan kamu akan
menemukan Taman Sari (teratai yang sangat banyak) lalu ketimur disana
ada pintu gerbang menuju Peryangan Empu Bajra Satwa. Seandainya di
Gunung Tugu (Peryangan Hyang Tugu) tidak aman larilah ketimur
menyebranglah ke-Bali selatan didaerah Karang Taked/Tunggak Pring desa
Peduwungan titiplah putriku ini kepada Dalem Peduwungan
(PEDUNGAN-BADUNG) dan Keturunan Rare Angon(titisan Ciwa)sebagai guru
suci(Brahmana) dan penguasa disana dulunya dipercaya sebagai sekretaris
dan bendahara pembangunan pura di Bali.
Dan ini pusaka Keraton Majapahit berupa:
1. Seperangkat Busana dan Perhiasan
2. Baju Lemana Kerajaan ( Baju Perang)
3. Tombak Padma Yoni (bermata dua)
4. Cakra dari Bhatara Dalem
5. Taring Naga Basukih
6. Tameng
7. Tulup/supit
8. 7 Keris dan yang satunya merupakan pusaka pejenengan leluhur
singosari sampai Majapahit yaitu : Keris berlambang Matsya Awatara
bertahtah 7 dengan permata dan mirah dilapisi emas. Didalam pamor keris
bergambar peta Tulembang (Sumatra), Mayura (Madura), Jawi (Jawa),
Werangka (sarung Keris) dengan kayu hitam dan yang satu dengan gading
gajah.
9. Bendera Pusaka Majapahit (Merah Putih)
10. Dan Peti berisi kayu dan obat-obatan
11. Peti yang lain berisi catatan sejarah (Prasasti)
Nah Prasasti ini saya akan titipkan kepada seorang petapa supaya disabdakan dan dititipkan kembali kepada Dewa Baruna agar aman. Nanti kalau sudah saatnya Prasasti tersebut akan ditemukan oleh seorang yang diberi mandat dan perintah dari Dewa Hyang Agung Toh Langkir (Dewa Penguasa Gunung Agung Bali).
Kutuklah prasasti itu supaya jangan jatuh ketangan yang salah, didalam prasasti sudah tertulis semua keturunan Majapahit yang tinggal di Bali yang nantinya akan membangun kembali Nusantara ini supaya Kerta Rahajeng.
Sekarang disini ditimur kalitiga ini merupakan hutan larangan, jangan sekali-kali masuk atau merusak,”Jalmo moro jalmo mati” kalau belum waktunya akan kena malapetaka dan tempat ini akan saya sabda setelah 500 tahun dari sekarang, bangunlah “Candi Purwo” (asal mula seluruh Nusantara). Bersatulah disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Ini pesanku
terakhir, jangan dilupakan, kalau sudah waktunya belum kamu bangun
tempat ini, seluruh dunia akan mengalami bencana, wabah penyakit dan
negerimu akan hancur. Setelah Candi di bangun, haturkanlah pakelem
di Campuhan Agung, tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa (timur laut Gunung
Sembulungan Purwo). Jangan sampai ini diabaikan : Eling Lan Waspodo.
Itulah Sabda Sang Prabu sebelum Beliau meninggalkan Hutan Larangan Kali Tiga Teluk Pampang Alas Purwo Utara.
Prasasti/Catatan Sejarah Nusantara Sirno Hilang Kertaning Bumi Nusantara Majapahit Atau (1400 Candra/1478 M), Lontar/ Prasasti yang ditemukan kembali oleh I.Wayan Sucita, 9 tahun berkelana di dalam hutan Purwo melalui 1999 Rintangan dan Cobaan dari tahun 1990, Setelah Lontar/Prasasti di temukan baru Candi Purwo didirikan tahun 2000 Purnama ke 3, Bacalah Buku perjalanan, dan Prasasti berikutnya yang akan diterbitkan oleh Unud Univ Press dan Majalah Taksu, Liberty atau buku dgn Judul “CANDI PURWO CIKAL BAKAL NUSANTARA” /‘’CANDI PURWO JEJAK NUSANTARA’/’SPIRIT MAJAPAHIT DI CANDI PURWO,Bs di dpt di toko buku selh Nusantara,atau di Toko Buku Togamas, jln Sudirman Denpasar Bali.