Saturday, December 7, 2013

TETANUS



LAPORAN PENDAHULUAN
 TETANUS


Definisi
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan exotoksin.
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani.
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang dapat larut (tetanospasmin) dari Clostridium tetani. Biasanya, toksin tersebut dihasilkan oleh bentuk vegetatif organisme tersebut pada tempat terjadinya perlukaan dan selanjutnya diangkut serta difikasi didalam susunan saraf pusat.

Patofisiologi
-         Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti ; luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat.
-         Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak significance.exsotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskular. Kuman ini menjadi terikat pada sel saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat musah dinetralkan oleh arititoksin.
-         Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin ; adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.
-         Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang
-         Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5 sampai 14 hari.

Komplikasi
-         Spasme otot faring
-         Asfiksia
-         Atelektasis karena obstruksi sekret
-         Fraktur kompresi

Etiologi
-         Clostridium tetani yang hidup anaerob

Manifestasi Klinis
-         Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris
-         Kaku kuduk sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot trunki)
-         Ketegangan pada otot dinding perut
-         Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat dikornu anterior
-         Risus sardonikus karena spasme otot-otot muka (alis tertarik ke atas), sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
-         Kesukaran menelan, gelisah, iritabel, mudah dan sensitif pada rangsangan eksternal, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
-         Laringospasme dan tetani predisposisi untuk respiratory arrest, atelektasis dan penumonia. Demam biasanya tidak ada atau ada tapi ringan. Bila ada demam kemungkinan prognosis buruk.
-         Tenderness pada otot-otot leher dan rahang

Pemeriksaan Diagnostik
-         Pemeriksaan fisik ; adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
-         Pemeriksaan darah (kalsium dan fostat)
Penatalaksanaan Terapeutik
-         Dirawat di ruangan perawatan itensif
-         Pemberian ATS 20.000 U secara IM didahului oleh uji kulit dan mata.
-         Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat, diazepam, largaktil)
-         Antibiotik (PP 50.000 U/kgbb/hari)
-         Diit tinggi kalori dan protein
-         Perawatan isolasi
-         Pemebrian oksigen
-         Pemasangan NGT bila perlu
-         Intubasi dan trakeostomi bila indikasi
-         Pemberian terapi intravena bila indikasi

Penatalaksanaan Perawatan
Pengkajian
-         Kaji riwayat dan faktor pencetus
-         Kaji manifestasi kejang atau aktivitas kejang (kejang yang khas)
-         Pemeriksaan fisik (adanya luka)
-         Pemeriksaan sistem persarafan
-         Kaji status pernafasan
-         Respon keluarga

Diagnosa Keperawatan
1.      Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi atau produksi mukus
2.      Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring
3.      Resiko injury berhubungan dengan aktivitas kejang
4.      Resiko kurangnya volume caran berhubungan dengan intake cairan yang kurang
5.      Nyeri berhubungan dengan toksin dalam sel saraf dan aktivitas kejang
6.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan membuka mulut dan adanya aktivitas kejang
7.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktivitas kejang
8.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan gangguan kejang
9.      Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan injury selama kejang

Perencanaan
1.      memperlihatkan kepatenan nafas dan tidak terjadi aspirasi yang ditandai dengan jalan nafas bersih dan tidak ada sekresi
2.      Terbebas dari injury yang ditandai dengan tidak ada injury selama kejang
3.      Memperlihatkan kekurangan volume cairan yang tidak ditandai dengan membran mukosa lembab, dan turgor kulit baik
4.      Rasa nyeri berkurang yang ditandai dengan sedikit tenang dan tidak menunjukkan muka yang menyeringai dan tidak gelisah
5.      Status nutrisi terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau sesuai usia, dan makanan 90% dapat dikosumsi.
6.      Kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak menunjukkan penurunan karena kebutuhan nutrisi terpenuhi, tempat tidur bersih, tubuh  bersih, tidak ada iritasi pad akulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.
7.      Dapat memahami tentang perawatan dan pengobatan serta penanganan kejang
8.      Menunjukkan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi  yang dialami

Implementasi
1.      Meningkatkan kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi
-         Kaji status pernafasan setiap 2-4 jam atau sesuai protokol
-         Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan pasti
-         Gunakan sudip saat kejang
-         Miringkan ke samping untuk drainage
-         Pemberian oksigen sesuai program
-         Pemberian sedative sesuai program
-         Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
2.      Menghindari terjadinya injury
-         Pasang pengaman tempat tidur
-         Tempatkan pada tempat tidur atau pengalas yang lembut
-         Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan rangsangan kejang ; suara, sinar yang terang, sentuhan-sentuhan
-         Harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan khusus
-         Antisipasi prosedur-prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya kejang
-         Hindari benda-benda yang membahayakan
-         Pasang sudip lidah pada mulut bila kejang
-         Tempatkan dengan posisi miring ke samping saat kejang untuk mencegah lidah jatuh kebelakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
-         Jangan gunakan restrain
-         Catat aktivitas kejang ; frekuensi, lamanya dan faktor pencetusnya
-         Pantau pernafasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu saat kejang
-         Berikan anti kejang dan antibiotik sesuai program
3.      Meningkatkan status hidrasi
-         Kaji intake dan output
-         Kaji tanda-tanda dehidrasi ; ubun-ubun, membran mukosa, dan turgor kulit
-         Berikan dan pertahankan intake cairan oral atau perparenteral sesuai indikasi
-         Monitor berat jenis urine
-         Pertahankan kepatenan NGT
4.      Mengurangi rasa nyeri
-         Kaji tingkat nyeri
-         Pemberian anti kejang, dan penenang
-         Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan rangsang
-         Berikan suasana lingkungan yang tenang
-         Tempatkan pada tempat tidur yang nyaman
5.      Meningkatkan status nutrisi pada
-         Pertahankan NGT untuk intake makanan
-         Kaji bising usus bila perlu dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang
-         Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
-         Berikan nutrisi perparentrel sesuai program
-         Timbang berat badan sesuai protokol
6.      Pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
-         Bantu dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan
-         Berikan makanan perparenteral bila indikasi
-         Libatkan dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan dan sebaginya
7.      Meningkatkan pengetahuan
-         Jelaskan tentang hal-hal yang dapat merangsang kejang ; suara, sentuhan-sentuhan, sinar atau lampu yang sangat terang
-         Jelaskan tentang penanganan kejang untuk menghindari injury seperti pasang sudip lidah, miringkan kepala ke smaping untuk drainage
-         Jelaskan agar lingkungan tetap tenang
-         Jelaskan perawatan yang perlu dilakukan, memenuhi kebutuhan sehari-hari
8.      Mengurangi rasa cemas
-         Jelaskan tentang aktivitas kejang yang terjadi untuk mengekspresikannya tentang kondisi
-         Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
-         Gunakan komunikasi dan sentuhan terapeutik

Perencanaan Pemulangan
-         Jelaskan perawatan yang diperlukan ; pemenuhan kebutuhan sehari-hari
-         Jelaskan pentingnya kosumsi makanan tinggi kalori dan protein
-         Bila ada gangguan mobilitas fisik ajarkan ROM di rumah
-         Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang seperti ; kebutuhan bermain
-         Jelaskan obat-obat yang diberikan ; efek samping, tujuan dan reaksinya
-         Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tetanus ; adanya luka
-         Jelaskan pentingnya imnunisasi tetanus

Penatalaksanaan
1.      Pencegahan
-         Bersihkan port d’entree (luka, caries, otitit) dengan larutan H2O2 3%
-         Anti Tetanus Serum (ATS) 1.500 U im
-         Toksoid Tetanus (TT) dengan memperhatikan status imunisasi
-         Penisilin Prokain (PP) 2-3 hari, 50.000 U/kg BB/hari
2.      Pengobatan
-         Anti Tetanus Serum (ATS) 50.000U/hari selama 2 hari berturut-turut, hari I diberikan dalam infus glukosa 5% 100 ml, hari II diberikan im. Lakukan uji kulit/mata sebelum pemberian. Bila hasil positif, ATS diberikan secara besredka.
-         Fenobarbital, dosis insial 50 mg (umur < 1 tahun) dan 75 mg (umur > 1 tahun). Dilanjutkan dosis 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
-         Diazepam, dosis 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
-         Largaktil, dosis 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
-         Kloralhidrat 5% (bila kejang sukar diatasi), per rektal, dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
-         PP 50.000 U/kgBB/hari, im sampai 3 hari demam turun, satu tempat suntikan tidak lebih dari 600.000 U
-         Diet tinggi kalori tinggi protein. Bila trsimus, makan cair diberikan melalui pipa nasogastrik atau parenteral
-         Isolasi
-         Oksigen 2 L/m
-         Bersihkan port d’entrĂ©e dengan larutan H2O2 3%
-         Toksoid Tetanus (TT) diberikan sesuai status imunisasi




DAFTAR PUSTAKA


Nelson, Ilmu Kesehatan  Bagian 2, EGC : Jakarta

Nelson dkk, (2000) Ilmu Kesehatan , Edisi 15 EGC : Jakarta

Setiawan, SKp. (197) Perawatan  Sakit. EGC

Suriadi, SKp. Rita Yuliani SKp. (2001) Asuhan Keperawatan Pada  Edisi I EGC : Jakarta CV Sagung Seto

Kapita Selekta Kedokteran (2000) Jilid 2 Edisi Ke-3