LAPORAN PENDAHULUAN
TETANUS
Definisi
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium
tetani yang menghasilkan exotoksin.
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani.
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh eksotoksin
yang dapat larut (tetanospasmin) dari Clostridium tetani. Biasanya, toksin
tersebut dihasilkan oleh bentuk vegetatif organisme tersebut pada tempat
terjadinya perlukaan dan selanjutnya diangkut serta difikasi didalam susunan
saraf pusat.
Patofisiologi
-
Penyakit tetanus terjadi karena
adanya luka pada tubuh seperti ; luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng,
luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali
pusat.
-
Organisme multipel membentuk dua
toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang
dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf
pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak significance.exsotoksin yang
dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron
atau sistem vaskular. Kuman ini menjadi terikat pada sel saraf atau jaringan
saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin
yang bebas dalam peredaran darah sangat musah dinetralkan oleh arititoksin.
-
Hipotesa cara absorbsi dan
bekerjanya toksin ; adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik
dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua
toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.
-
Toksin bereaksi pada myoneural
junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang
-
Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus
yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5 sampai
14 hari.
Komplikasi
-
Spasme otot faring
-
Asfiksia
-
Atelektasis karena obstruksi
sekret
-
Fraktur kompresi
Etiologi
-
Clostridium tetani yang hidup
anaerob
Manifestasi Klinis
-
Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme
otot-otot mastikatoris
-
Kaku kuduk sampai opistotonus (karena ketegangan
otot-otot trunki)
-
Ketegangan pada otot dinding perut
-
Kejang tonik terutama bila dirangsang karena
toksin yang terdapat dikornu anterior
-
Risus sardonikus karena spasme otot-otot muka
(alis tertarik ke atas), sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir
tertekan kuat pada gigi.
-
Kesukaran menelan, gelisah, iritabel, mudah dan
sensitif pada rangsangan eksternal, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering
merupakan gejala dini.
-
Laringospasme dan tetani predisposisi untuk
respiratory arrest, atelektasis dan penumonia. Demam biasanya tidak ada atau
ada tapi ringan. Bila ada demam kemungkinan prognosis buruk.
-
Tenderness pada otot-otot leher dan rahang
Pemeriksaan Diagnostik
-
Pemeriksaan fisik ; adanya luka dan ketegangan
otot yang khas terutama pada rahang.
-
Pemeriksaan darah (kalsium dan fostat)
Penatalaksanaan Terapeutik
-
Dirawat di ruangan perawatan itensif
-
Pemberian ATS 20.000 U secara IM didahului oleh
uji kulit dan mata.
-
Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang
hebat, diazepam, largaktil)
-
Antibiotik (PP 50.000 U/kgbb/hari)
-
Diit tinggi kalori dan protein
-
Perawatan isolasi
-
Pemebrian oksigen
-
Pemasangan NGT bila perlu
-
Intubasi dan trakeostomi bila indikasi
-
Pemberian terapi intravena bila indikasi
Penatalaksanaan Perawatan
Pengkajian
-
Kaji riwayat dan faktor pencetus
-
Kaji manifestasi kejang atau aktivitas kejang
(kejang yang khas)
-
Pemeriksaan fisik (adanya luka)
-
Pemeriksaan sistem persarafan
-
Kaji status pernafasan
-
Respon keluarga
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi atau produksi
mukus
2. Resiko aspirasi
berhubungan dengan meningkatnya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring
3. Resiko injury
berhubungan dengan aktivitas kejang
4. Resiko kurangnya
volume caran berhubungan dengan intake cairan yang kurang
5. Nyeri berhubungan
dengan toksin dalam sel saraf dan aktivitas kejang
6. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan membuka
mulut dan adanya aktivitas kejang
7. Kurangnya perawatan
diri berhubungan dengan tirah baring dan aktivitas kejang
8. Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan penatalaksanaan gangguan kejang
9. Kecemasan berhubungan
dengan kemungkinan injury selama kejang
Perencanaan
1. memperlihatkan
kepatenan nafas dan tidak terjadi aspirasi yang ditandai dengan jalan nafas
bersih dan tidak ada sekresi
2. Terbebas dari injury
yang ditandai dengan tidak ada injury selama kejang
3. Memperlihatkan kekurangan
volume cairan yang tidak ditandai dengan membran mukosa lembab, dan turgor
kulit baik
4. Rasa nyeri berkurang
yang ditandai dengan sedikit tenang dan tidak menunjukkan muka yang menyeringai
dan tidak gelisah
5. Status nutrisi
terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau sesuai usia, dan makanan
90% dapat dikosumsi.
6. Kebutuhan aktivitas
sehari-hari dapat terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil atau tidak
menunjukkan penurunan karena kebutuhan nutrisi terpenuhi, tempat tidur bersih,
tubuh bersih, tidak ada iritasi pad
akulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.
7. Dapat memahami
tentang perawatan dan pengobatan serta penanganan kejang
8. Menunjukkan rasa
cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi yang dialami
Implementasi
1. Meningkatkan
kepatenan jalan nafas dan mencegah aspirasi
-
Kaji status pernafasan setiap 2-4 jam atau sesuai
protokol
-
Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan
pasti
-
Gunakan sudip saat kejang
-
Miringkan ke samping untuk drainage
-
Pemberian oksigen sesuai program
-
Pemberian sedative sesuai program
-
Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan
mulut
2.
Menghindari terjadinya injury
-
Pasang pengaman tempat tidur
-
Tempatkan pada tempat tidur atau pengalas yang
lembut
-
Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan rangsangan
kejang ; suara, sinar yang terang, sentuhan-sentuhan
-
Harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan
khusus
-
Antisipasi prosedur-prosedur yang dapat merangsang
untuk terjadinya kejang
-
Hindari benda-benda yang membahayakan
-
Pasang sudip lidah pada mulut bila kejang
-
Tempatkan dengan posisi miring ke samping saat
kejang untuk mencegah lidah jatuh kebelakang yang dapat menyebabkan obstruksi
jalan nafas
-
Jangan gunakan restrain
-
Catat aktivitas kejang ; frekuensi, lamanya dan
faktor pencetusnya
-
Pantau pernafasan selama kejang, buka baju yang
dapat mengganggu saat kejang
-
Berikan anti kejang dan antibiotik sesuai program
3. Meningkatkan status
hidrasi
-
Kaji intake dan output
-
Kaji tanda-tanda dehidrasi ; ubun-ubun, membran
mukosa, dan turgor kulit
-
Berikan dan pertahankan intake cairan oral atau
perparenteral sesuai indikasi
-
Monitor berat jenis urine
-
Pertahankan kepatenan NGT
4. Mengurangi rasa nyeri
-
Kaji tingkat nyeri
-
Pemberian anti kejang, dan penenang
-
Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan rangsang
-
Berikan suasana lingkungan yang tenang
-
Tempatkan pada tempat tidur yang nyaman
5. Meningkatkan status
nutrisi pada
-
Pertahankan NGT untuk intake makanan
-
Kaji bising usus bila perlu dan hati-hati karena
sentuhan dapat merangsang kejang
-
Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
-
Berikan nutrisi perparentrel sesuai program
-
Timbang berat badan sesuai protokol
6. Pemenuhan kebutuhan
aktivitas sehari-hari
-
Bantu dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan
minum, mengenakan pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan
perseorangan
-
Berikan makanan perparenteral bila indikasi
-
Libatkan dalam perawatan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dan demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan dan sebaginya
7. Meningkatkan
pengetahuan
-
Jelaskan tentang hal-hal yang dapat merangsang
kejang ; suara, sentuhan-sentuhan, sinar atau lampu yang sangat terang
-
Jelaskan tentang penanganan kejang untuk
menghindari injury seperti pasang sudip lidah, miringkan kepala ke smaping
untuk drainage
-
Jelaskan agar lingkungan tetap tenang
-
Jelaskan perawatan yang perlu dilakukan, memenuhi
kebutuhan sehari-hari
8. Mengurangi rasa cemas
-
Jelaskan tentang aktivitas kejang yang terjadi untuk
mengekspresikannya tentang kondisi
-
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
-
Gunakan komunikasi dan sentuhan terapeutik
Perencanaan Pemulangan
-
Jelaskan perawatan yang diperlukan ;
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
-
Jelaskan pentingnya kosumsi makanan tinggi kalori
dan protein
-
Bila ada gangguan mobilitas fisik ajarkan ROM di
rumah
-
Jelaskan pentingnya stimulasi tumbuh kembang
seperti ; kebutuhan bermain
-
Jelaskan obat-obat yang diberikan ; efek
samping, tujuan dan reaksinya
-
Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit tetanus ; adanya luka
-
Jelaskan pentingnya imnunisasi tetanus
Penatalaksanaan
1. Pencegahan
-
Bersihkan port d’entree (luka, caries, otitit)
dengan larutan H2O2 3%
-
Anti Tetanus Serum (ATS) 1.500 U im
-
Toksoid Tetanus (TT) dengan memperhatikan status
imunisasi
-
Penisilin Prokain (PP) 2-3 hari,
50.000 U/kg BB/hari
2.
Pengobatan
-
Anti Tetanus Serum (ATS)
50.000U/hari selama 2 hari berturut-turut, hari I diberikan dalam infus glukosa
5% 100 ml, hari II diberikan im. Lakukan uji kulit/mata sebelum pemberian. Bila
hasil positif, ATS diberikan secara besredka.
-
Fenobarbital, dosis insial 50 mg
(umur < 1 tahun) dan 75 mg (umur > 1 tahun). Dilanjutkan dosis 4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis
-
Diazepam, dosis 4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 6 dosis
-
Largaktil, dosis 4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 6 dosis
-
Kloralhidrat 5% (bila kejang sukar
diatasi), per rektal, dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
-
PP 50.000 U/kgBB/hari, im sampai 3
hari demam turun, satu tempat suntikan tidak lebih dari 600.000 U
-
Diet tinggi kalori tinggi protein.
Bila trsimus, makan cair diberikan melalui pipa nasogastrik atau parenteral
-
Isolasi
-
Oksigen 2 L/m
-
Bersihkan port d’entrĂ©e dengan larutan H2O2
3%
-
Toksoid Tetanus (TT) diberikan sesuai status
imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Ilmu Kesehatan Bagian 2, EGC : Jakarta
Nelson dkk, (2000) Ilmu
Kesehatan , Edisi 15 EGC : Jakarta
Setiawan, SKp. (197) Perawatan
Sakit. EGC
Suriadi, SKp. Rita Yuliani SKp. (2001) Asuhan Keperawatan Pada Edisi I EGC : Jakarta CV Sagung Seto
Kapita Selekta Kedokteran
(2000) Jilid 2 Edisi Ke-3