Tuesday, December 31, 2013

Prespektif Waham Agama





BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan nasional, pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk (Depkes RI 1992).
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional dengan gejala pecahnya unsur-unsur kepribadian yang timbul pada usia kurang dari 45 tahun.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada perubahan proses pikir diintegrasikan secara komprehensip pada program asuhan klien diharapkan klien dan keluarganya secara mungkin dapat berperan serta dalam “Self Care” dan “Family Support”.


Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis merasa tertantang untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah :
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam upaya asuhan keperawatan.
b.      Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensip meliputi aspek biopsikososial.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan prose pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
b.      Mampu mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan proses pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
c.       Mampu melakukan rencana keperawatan sampai dengan evaluasi.

C.    Metode Penulisan

Dalam laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data sebagai berikut:
1.     Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga yang terkait.
2.     Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan melihat secara langsung pada klien yang dikaji dan untuk mengetahui perkembangan klien.
3.     Studi Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan semua dokumentasi serta data yang ada kaitannya dengan diri klien, status dan kesehatan medis.
4.     Studi literatur
Yaitu penulis mempelajari semua buku yang membahas permesalahan yang akan dibahas dalam memperkuat teori.

D.     Sistematika Penulisan
 Laporan ini disusun secara sistematik yang terdiri dari empat bab yaitu:
BAB I      :    Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II    :    Tinjauan teotitis yang mencakup pengertian, rentang respon, psikodinamika dampak, pengkajian, rencana dan tindakan keperawatan serta evaluasi.
BAB III   :    Tinjauan kasus yang mencakup pengkajian rencana keperawatan, catatan tindakan dan evaluasi “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.
BAB IV   :    Kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dari formulasi saran yang bersifat membangun terhadap kesenjangan pada pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Proses Terjadinya Masalah
Orientasi realitas adalah ketidakmampuan individu membedakan rangsangan internal : Fikiran, perasaan, sensasi, somatic, dan rangsangan eksternal seperti bunyi situasi alam sekitar (tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan) (Stuart and Sunden, 1995).
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang benar-benar salah dan berfikir yang sesuai dengan orang lain dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart and Sunden, tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan kenyataan dan tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlis, tahun 1991, hal 167).
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pemikiran seseorang yaitu dengan mencampuri kemampuan pikiran untuk diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Herber).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak cocok dengan intelegensia latar belakang biarpun dibuktikan kemustahialn hal itu (WF Maramis, tahun 1991, hal 147).
Waham somatic dalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak benar, contohnya ususnya sudah busuk, otak sudah cair dan ada seekor kua dalam perutnya
Tipe-tipe waham yaitu :
1.    Menurut Haber (tahun 1997 hal 723) :
a.       Ideas of referens seseorang merasa bahwa kejadian situasi atau interaksi secara langsung berhubungan dengan dirinya.
b.      Delusion of percution : Keyakinan sesorang bahwa orang lain merusak berbuat kerusakan pada dirinya.
c.       Delusion of grandeus : Keyakinan seseorang bahwa dia maha kuasa dan mempunyai kekuatan super.
d.      Somatik delusion.

2.      Menurut Doengus (tahun 2000 hal 205) :
a.       Eromati : waham tentang seseorang yang mencintai orang lain yang statusnya lebih tinggi.
b.      Grandues : waham tentang kekuatan pengetahuan diidentifikasikan khusus atau hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
c.       Jealous : seseorang merasa bahwa partner sexnya tidak setia.
d.      Persecutori: keyakinan seseorang bahwa orang lain merusak atau berbuat jahat pada dirinya.
e.       Somatik : waham karena adanya beberapa penyakit fisik atau munculnya keabnormalitas fisiknya.
3.      Menurut Raulins (tahun 1993, hal 107) :
a.       delusion of persicution : Keyakinan seseorang bahwa orang lain akan berbuat jahat pada dirinya.
b.      Delusion of gerndeoues : Keyakinan seseorang bahwa dirinya mempunyai kekuatan luar biasa.
c.       Delusion of control : Keyakinan seseorang bahwa dirinya tindakan dan pikirannya di kontrol oleh orang lain dan kekuatan eksternal.
d.      Delusion of referens : Keyakinan seseorang bahwa kejadian atau situasi secara langsung yang berhubungan dengan diri dalam berinteraksi.
e.       Somatik delusion : Keyakinan seseorang bahwa tubuhnya berubah dan berespon dengan cara yang tidak disadari dengan realita.
f.       Thought brood costing : Keyakinan seseorang bahwa pikirannya dapat di dengar orang lain walau ia tidak membicarakannya.

4.      Menurut W.F Maramis (tahun 1991, hal 117)
a.       Waham kejar : Pasien yakin bahwa ada komplotan yang sedang menggangu bahwa ia ditipu, dimata-matai atau kejelekannya dibicarakan banyak orang.
b.      Waham somatic: Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak benar, contohnya usunya sudah membusuk, otak sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.
c.       Waham kesabaran : Yakin ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau keyakinan yang luar biasa misalnya bahwa dialah ratu adil, dapat membaca fikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah dan mobil.
d.      Waham keagamaan: Waham dengan tema keagamaan.
e.       Waham dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab dalam suatu kejadian yan tidak baik misalnya kecelakaan keluarga, karena fikiran yang tidak baik.
f.       Waham pengaruh : Yakni bahwa fikiran emosi perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain suatu kekuatan yang aneh.
g.      Waham nilistic : Yakni bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan orang lain sudah mati.
h.      Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham, karena waham maka ia berbuat tingkah laku yang demikian.










RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS



 
Respon adaptif                                                                   Respon maladaptive
- Pikiran logis           - Pikiran kadang menyimpang       - Kelainan pikiran/delusi
- Persepsi akurat       - Ilusi                                             - Waham
- Emosi konsisten     - Reaksi emosional berlebihan       - Halusinasi
  dengan berlebihan 
- Perilaku sesuai       - Perilaku ganjil/tidak lazim           - Ketidakmampuan untuk
                                                                                          mengalami emosi
- Hubungan sosial    - Menarik diri                                - Ketidakteraturan
                                                                                          perilaku

B.     Mekanisme Terjadinya Waham
Waham terbentuk atas dasar faktor emosi, maka waham takkan dapat diubah oleh alasan-alasan akal fikiran untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut. Gambaran waham terlihat menurut kesulitan-kesulitan menurut individu sebelum sakit berupa harapan-harapan yang mengecewakan perasaan inadekuat, perasaan dibenci orang lain dan sebagainya.

C.    Faktor Predisposisi
1.      Faktor perkembangan
Hal ini tidak terjadi ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.


2.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang therapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas berkepanjangan sehingga individu mengisolasi diri dari lingkungan eksternal.
3.      Interaksi
Individu dalam berinteraksi dengan orang lain mengalami gangguan.

D.    Faktor Presipitasi
Merupakan serangkaian kejadian yang menimpa manusia di dalam menjalani hidupnya dapat menjadi faktor pencetus timbulnya waham.
Adapun faktor pencetus meliputi :
1.      Faktor internal.
Karena merasa gagal kehilangan sesuatu yang bermakna.
2.      Faktor eksternal
Ada trauma atau serangan fisik, kehilangan hubungan dengan orang lain yang berarti.

E.     Pengkajian / Karakteristik Perilaku
Ø  Menolak makan.
Ø  Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri.
Ø  Ekspresi muka sedih / gembira, ketakutan.
Ø  Gerakan tidak terkontrol.
Ø  Mudah tersinggung.
Ø  Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
Ø  Tidak membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata.
Ø  Menghindar dari orang lain.
Ø  Mendominasi pembicaraan.
Ø  Berbicara kasar.
Ø  Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak melaksanakan.

F.     Diagnosa Keparawatan
1.      Potensial menarik diri dari orang lain atau lingkungan.
2.      Gangguan hubungan sosial : bermusuhan, manipulasi, ketakutan.
3.      Potensial gangguan nutrisi: pemasukan tidak sesuai kebutuhan.
4.      Gangguan perawatan diri.

G.    Tujuan
1.      Pasien tidak melukai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
2.      Pasien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab dengan orang lain tanpa perasaan tertekan atau terancam.
3.      Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi, cairan dan eliminasi.
4.      Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.



H.    Tindakan Keperawatan
1.      Psikoterapeutik
a.       Bina hubungan saling percaya
·         Perhatikan pasien saat bicara tanpa meremehkan.
·         Dengar pernyataan pasien tentang wahamnya, tanpa menyetujui atau menentangnya.
·         Bicara saat terbuka dan tidak berbisik-bisik, tidak menggunakan kata-kata sindiran.
b.      Bantu pasien meningkatkan harga dirinya.
·         Libatkan pasien dalam kegiatan individu dan kelompok.
·         Beri pasien kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
·         Beri reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien.
c.       Bantu pasien menemukan koping konstruktif  dalam penyelesaian masalah.
·         Bersama klien mengidentifikasikan masalah yang dihadapi.
·         Tanyakan cara yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya.
·         Bicarakan manfaat dari cara tersebut.
·         Bersama pasien mencari alternatif cara penyelesaian masalah.
·         Beri dorongan kepada pasien untuk memilih cara yang tepat.



2.      Lingkungan terapeutik
a.       Ciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realita.
b.      Ciptakan lingkungan sosial
c.       Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.      Kegiatan hidup sehari-hari.
a.       Bimbing pasien memenuhi mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b.      Bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas istirahat tidur.
c.       Bimbing pasien melakukan perawatan diri.
4.      Somatik
Beri obat sesuai ketentuan.
a.       Memberikan obat dengan mempertahankan lima benar dalam prinsip pemberian obat.
b.      Bujuk pasien bila menolak minum obat.
c.       Ajak pasien berbicara menyakinkan bahwa obatnya sudah dimakan.
d.      Beri pujian atas kerjasama klien.
5.      Pendidikan kesehatan.
a.       Bantu pasien mengenali wahamnya.
b.      Ikutsertakan keluarga mengatasi masalah klien.

I.       Evaluasi
1.      a.    Ekspresi wajah klien tampak tenang
b.        Perilaku dan  emosi pasien terkontrol.
c.        Pasien berespon sesuai stimulus eksternal.
2.      a.    Pasien dapat berespon secara  non verbal.
b.         Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
c.         Pasien dapat berinteraksi dengan pasien lain.
d.        Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
3.      a.    Pasien dapat menghabiskan porsi makan / minum yang diberikan.
b.    Berat badan pasien meningkat sesuai kriteria.
4.      a.    Pasien dapat mandi sendiri dua kali sehari.
b.    Gigi, rambut, mulut.















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM KEAGAMAAN AKIBAT GANGGUAN AFEKTIF EPISODE MANIK DI RUANG PRAWATAN PERKUTUT  RSJ.CISARUA
CIMAHI

A. Identitas.

1.      Identitas klien.
Nama                           : Tn. R
Umur                           : 23 Tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Pendidikan                  : SMU
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Agama                         : Islam
Status perkawinan       : Tidak Menikah
Tgl Masuk                   : 23 – 08 – 2003         
Tgl Dikaji                    : 16 – 12 – 2003         
Dx. Medis                   : Gangguan Afektif
Alamat                        : Jln. Banteng No. 2 Kelurahan Balu Umbung Jaya Kecamatan Darmaga Bogor.
No. Reg                       : 020798

2.      Identitas Penanggung Jawab.
Nama                           : Zulkarnaeni
Umur                           : 51 Tahun
Jenis kelamin               : Laki-laki
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                        : Jln. Banteng No. 2 Kelurahan Balu Umbung Jaya Kecamatan Darmaga Bogor.
Hub. dengan klien       : Bapak
3.        Alasan Masuk Rumah Sakit.
Klien mengatakan waktu di rumah klien sering sering sendiri melamun bercermin sambil berbicara sendiri dan sering sujud dijalan sehingga oleh keluarga dibawa di Rumah Sakit Jiwa Cisarua – Cimahi.
Bila diajak bicara klien suka ngawur, mudah lupa pada hal-hal yang baru saja dibicarakan. Pembicaraan ngawur dan tidak rasional. Klien selalu mengatakan  bahwa dirinya terlalu banyak dosa dan pingin menyelamatkan agama.
Masalah keperawatan :
·      Waham kebesaran
·      Gangguan komunitas verbal.

4.      Faktor Predisposisi.

a.       Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami gangguan jiwa.

b.    Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami pengobatan sebelumnya, karena klien baru pertama kali dirawat di RS. Jiwa.
c.    Klien mengatakan tidak pernah mengalami dianiaya fisik, aniyaya seksual, penolakan, tindakan kriminal. Klien mengatakan sering dimarahi kakaknya dikarenakan tingkah lakunya.
d.   Klien merasa tertekan dengan peraturan yang ada dipasantren.
Masalah keperawatan         : Respon pasca trauma.

5.      Pemeriksaan Fisik.
a.       Tanda-tanda Vital
TD  = 110/80 mmHg                      R  = 20 x/mnt
N    = 80 x/mnt                               S  = 370 C
b.      Ukuran
TB : 160 cm
BB : 56 Kg

c.       Keluhan Fisik
Klien tidak pernah mempunyai keluhan dalam hal fisik

6.       Psikososial
a.       Genogram


 









Keterangan :
            : Laki-laki
            : Perempuan
            : Klien
            : Tinggal serumah
           
Klien merupakan anak ke lima dari delapan bersaudara. klien tinggal serumah dengan kakanya. Didalam keluarga tidak ada yang mengalami sakit jiwa selain klien. Hubungan klien dengan tetangganya terjalin dengan baik.

b.      Konsep Diri
1)      Gambaran diri
      Pada saat dikaji klien mengatakan ia menyukai seluruh bagian tubuhnya, dan menyukai dan tidak ada kekurangan dalam dirinya.
2)      Identitas diri
Pada saat klien dikaji klien mengatakan ia sebagai laki-laki dan klin juga mengatakan ia adalah seorang muslim yang beragama islam.

3)   Peran
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa diri klien sebagai pribadi berusaha menegakan ajaran dalam agama islam.
     4) Ideal Diri
          Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa ia ingin menjadi Ustad dan mengajarkan agama Islam.
5) Harga diri
          Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa ia dapat bergubungan baik dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
          Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

c.       Hubungan sosial
1)      Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam dirinya untuk kakak klien.
2)      Klien pernah mengikuti di pasantren sebagai anggota osis.
3)      Hambatan dalam perkembangan dengan orang lain. Tidaka ada masalah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4)       

d.      Spritual.
1)      Nilai dan keyakinan
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan tata beribadah : klien juga mengatakan bahwa dirinya tunduk pada kekuasaan Allah.
2)      Kegiatan /ibadah
Pada saat dikaji klien mengatakan selalu melaksanakan sholat5 waktu.




7. Status Mental

1.      Penampilan
Pada saat dikaji klien tampak rapi, klien selalu menyisir rambutnya. Klien menggunakan pakaian sesuai dengan tempatnya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2.      Pembicaraan
Pada saat dikaji klien berbicara cepat dan kadang tidak nyambung.
Masalah keperawatan : Kerusakan : Komunikasi verbal.
3.      Aktivitas motorik.
Pada saat dikaji klien tampak segar dan tampak akrab dengan teman-temannya satu ruangan, dan klien tampak gaul dengan petugas ruangan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4.      Alam perasaan
Pada saat dikaji klien tidak tampak : sedih, putus asa bila mengingat Desa.
Masalah keperawatan : ansietas
5.      Efek : Labil
Pada saat dikaji labil ada penampakan, rangsangan, tutup muka pada saat stimulus yang menyerangkan atau yang menyedihkan.
Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
6.      Interaksi selama wawancara : Defensif
Pada saat dikaji klien mempertahankan pendapatnya dan mudah tersinggung
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
7.      Persepsi
Pada saat dikaji klien mendengarkan suara-suara yang mengatakan untuk menegakan kebenaran.
Masalah keperawatan : Halusinasi dengar.
8.      Proses pikir
Pada saat dikaji pembicaraan klien dalam menyampaikan masalahnya : sampai ketujuan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
9.      Isi pikir
Pada saat dikaji klien punya keyakinan besar untuk menyelamatkan agama dengan  benar-benar dan dirinya merasa kotor/berdosa.
Masalah keperawatan : Waham agama
10.  Tingkat kesadaran
Selama wawancara klien mampu mengenal orang lain tempat dan waktu
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
11.  Memori
Pada saat dikaji gangguan memori tidak ada dikatakan saat ditanya klien mampu menjawab apa yang yang ditanya, dan dapat mengingat masa lalunya. Kejadian dan akitivitas sehari-harinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
12.  Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat dikaji klien menjawab sesuai dengan topik pembicaraan dan dapat menghitung hari, waktu, datang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
13.  Kemampuan penilaian
Pada saat dikaji klien mampu mengambil keputusan tentang masalah yang sederhana.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
14.  Daya tarik diri
Pada saat dikaji klien tidak ada masalah. Pada daya tilik dirinya, klien dapat mengemukakan  penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

8.    Kebutuhan Persiapan Pulang

1.Makan
Pada saat pengkajian frekuensi makan 3x/hari dengan porsi habis, klien dapat melakukan secara mandiri.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
2.BAB/ BAK
Pada saat pengkajian klien mampu untuk BAK/BAB secara mandiri tanpa bantuan perawat. Klien mampu mengguankan WC dan membersihkan diri dan merapikan pakaian. Setelah BAB/BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
3.Mandi
Pada saat pengkajian, frekuensi 2x/hari, cara mandi memakai gayung, gosok gigi 2x/hari. Cuci rambut 1hari sekali.
Klien mampu mandi secara mandiri tanpa bantuan perawat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4.Berpakaian
Klien mampu berpakaian secara mandiri, tanpa bantuan perawat.
Penampilan dan dandanan rapi dan sesuai.
Frekuensi ganti : 2 hari sekali
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
5.Istrahat tidur
Pada saat dikaji klien mengatakan setiap mau tidur tidak mengalami masalah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
6.Penggunaan obat
Selama dirawat klien mendapatkan pengobatan secara teratur dan obat diberikan setelah klien makan.
7.Pemeliharaan kesehatan
Dalam memelihara kesehatannya klien dapat melakukan pemeliharaan kesehatan dengan baik.
8.Aktivitas di rumah
Klien mengatakan di dalam rumah klien melakukan aktivitas seperti biasa.
9.Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan pada saat sekolah pernah mengikuti kegiatan Osis

9.        Masalah Keperawatan           

1.    Respon pasca trauma
2.    Kerusakan komunikasi verbal
3.    Gangguan konsep diri : ideal diri yang tidak realistis
4.    Kerusakan interaksi sosial
5.    Distress spritual
6.    Perubahan proses pikir
7.    Waham kebesaran
8.    Resiko tinggi cedera
9.    Resiko tinggi perubahan sensori persepsi halusinasi dengar.

10.         Mekanisme Koping

Pada mekanisme koping klien dapat berbicara atau berhubungan dengan orang lain. Klien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

11.     Masalah Psikososial Lingkungan
Dukungan teman-temanya terhadap lingkungan sangat baik

12.    Aspek Medis
Diagnosa Medis :
Tarapi Medis  :

13.   Daftar Masalah Keperawatan
Ø  Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham agama
Ø  Ansietas
Ø  Halusinasi dengar
Ø  Waham agama

14.   Daftar Diagnosa Keperawatan

 -   Gangguan waham agama sehubungan dengan halusinasi dengar
-    Gangguan alam perasaan ansietas sehubungan dengan waham agama
-    gangguan kerusakan komunikasi verbal sehubungan dengan waham agama

15.  Pohon Masalah


Akibat                                                 Kerusakan Komunikasi Verbal

­

Ansietas 

Core Problem
 
Perubahan proses pikir : Waham Agama
 
­

­
Halusinasi dengar



















16.  Analisa Data

Tanggal
Data Senjang
Masalah
17-12-03





DS





DO



DS




DO


DS




DO


DS




DO



:




:


:



:

:



:

:



:


Klien mengatakan bahwa dirinya menganggap dirinya sebagai seorang yang harus menyelamatkan agama.


Klien mendominasikan pembicaraan, klien bicara tidak sesuai dengan realita..

Klien mengatakan bahwa dirinya selalu cemas, karena menganggap dirinya terlalu banyak dosa.

Klien tampak cemas.

Klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya harus menyelamatkan agama.

Klien tampak gelisah tidak tenang.

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ustad, dan sering sujud di tengah jalan.

Klien kelihatan menggunakan nada laras dan cepat dalam membicarakan soal agama dan terlalu membesar-besarkan .
Kerusakan komunikasi verbal sehubungan dengan waham agama.



Ansietas





Halusinasi dengar





Waham agama









1




Kerusakan kemunikasi verbal b/d. Wham kebesaran yang ditandai dengan :
DS :
-    Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang hebat.
-    Klien mengatakan bahwa dirinya mampu melakukan apa saja diantaranya mampu menyembuhkan penyakit tanpa obat.
DO :
-    Pembicaraan klien ngawur.
-    Kalau diajak bicara klien sering mendominasi pembicaraan.
-    Ungkapan klien tidak sesuai dengan realita.


TUM : Klien dapat melakukan komunikasi verbal dengan baik.
TUK
1.   Klien dapat membina hubungan saling percaya.










































TUK  II
2.   Klien dapat mengenali/ mengidentifikasi waham kebesarannya.











































Tuk III
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.










































Tuk IV
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas





























Tuk V
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.







Dalam 2 x pertemuan klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat seperti membalas salam, berjabat tangan menyebutkan namanya.





































Dalam 3 x pertemuan klien dapat mengenali waham kebesarannya.




























































































Dalam 5 x pertemuan klien dapat melakukan hubungan dengan realitas




























Dalam 2 x pertemuan dapat mengerti manfaat obat dan mematuhi pemberian obat.







1. Bina hubungan saling percaya.
a.  Salam terapeutik.
b.  Perkenalkan diri
c.  Buat kontrak yang pertama.
d.  Bicara dengan klien secara jujur, singkat, mudah dimengerti, jelas.
e.  Perhatikan klien saat bicara tanpa meremehkan.
f.   Dengar perhatian klien tentang wahamnya tanpa menentangnya.
g.  Ciptakan lingkungan yang tenang.













2.   Lakukan kontak secara singkat dan sering.










1. Bersama klien memecahkan masalah yang dihadapinya.










2. Tanyakan kepada klien cara  yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.


3. Bersama klien memecahkan masalah untuk mencari alternatif cara lain untuk mengatasi masalah yang dihadapi.




4. Anjurkan klien sering mengikuti TAK.


5. Tidak memberikan dukungan dan tidak membantah akan wahamnya.








1 – Observasi kebutuhan klien sehari-hari






-   Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik di rumah maupun rumah sakit.
-   Membungkam kebutuhan yang belum terpenuhi dengan timbulnya waham.













2.   Tingkatkan   aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien











1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (jati diri klien)




2. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok




3. Berikan pujian pada setiap kegiatan yang dilakukan klien














1.      Jelaskan pentingnya minum obat dengan benar.


2.      Berikan obat sesuai dengan advis dokter


















3.      Periksa apakah obat yang diberikan diminum/ tidak



4.      Perhatikan efek samping dari obat yang diberikan .












Kejelasan tujuan dan kontak menentukan rasa percaya dan merupakan dasar hubungan selanjutnya.


























Dengan kontak yang singkat dansering akan memberikan stimulus dan klien merasa diperhatikan sehingga klien percaya.




-    Memecahkan masalah secara bersama-sama merupakan cara untuk menemukan koping konstruktif dalam menyelesaikan masalah yangdihadapi
-    Untuk menggali sejauh mana klien dapat memecahkan masalahnya.

-    Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan dan kerjasama agar mudah dilaksanakan.

-    Mengalihkan perhatian klien dari wahamnya.

-    Mengalihkan perhatian klien dari wahamnya








-    Dengan mengobservasi kebutuhan klien sehari-hari dapat diketahui perkembangan kesehatan klien.
-    Dengan mendiskusikan kebutuhan klien diharapkan klien mampu memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.














-    Dengan aktivitas klien dapat mengalihkan wahamnya dengan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan.




Berbicara dalam konteks realitas dapat mengendalikan harga diri yang positif pada klien.


























Minum obat dengan benar dapat membantu proses penyembuhan
Obat yang sesuai dapat memperkecil efek samping yang timbul.











1.   Membina hubungan saling percaya dengan cara :
a.    Salam terapeutik, “Selamat pagi bapak, nama bapak siapa ?”
b.    Perkenalkan diri, “nama saya Agnes, biasa dipanggil Ines”.
c.     Membuat kontak yang jelas, “Saya di sini samapi jam 2 siang, kebetulan saya bertugas merawat bapak. Hari ini saya menemani bapak selama 10 menit”.
d.    Mendengarkan ungkapan klien.


2.   Melakukan kontak sering dan singkat, “Bertemu klien setiap hari 2 kali”







1.   Mengidentifikasi masalah klien dengan bertanya:
“ Apa yang terjadi sehingga bapak dibawa kemari”
“masih ingat siapa yang membawa bapak kemari ?”
menanyakan cara klien mengatasi masalah.
“Apa telah bapak lakukan untuk mengatasi cara tersebut ?
“Kalau menurut saya sebaiknya bapak .... Bagaimana apakah bapak setuju ?











Menganjurkan klien untuk sering mengikuti t.a.k.
“Berapa kali bapak pernah mengikuti t.a.k.”
“Bagaimana kalau mulai sekarang bapak sering mengikuti kegiatan t.a.k.






Mengobservasi kebutuhan klien sehari-hari






Berdiskusi dengan klien dengan menanyakan
“Bapak kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi selama dirawat di sini”
menayakan kepada klien pikiran yang sering muncul jika kebutuhannya tidak terpenuhi.
“pikiran apa yang muncul jika kebutuhan bapak tidak terpenuhi.







Mengikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas direhabilitasi
Menayakan kegiatan yang disukai sesuai hoby :hoby bapak apa ? “







1. Menanyakan jati diri klien
“Bapak alamatnya dimana ?”
“apa pekerjaan bapak ? “
“ Bapak kerja dimana ?”
2. Terapi aktivitas kelompok tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu.
3. Memberikan pujian positif setiap klien dapat melakukan kegiatan positif : olah raga, bantu cuci piring.
“Bagus bapak dapat melakukan”
Mengajak klien berolah raga direhabilitasi.
:Bagaimana kalau main bulu tangkis?




1.   Menjelasakan tentang pentingnya minum obat.
2. Memberikan obat sesuai advis dokter.
-    Pagi jam 07.00
Obat :
·  Naloperidoi 5 mg
·  Triheryphenical 2 mg
·  Persidal
·  Chlorproma 21 nekomg
-    Siang 12.00
·  Halloperidal 5 mg
·  Trihexyphenidil 3 mg
-    Sore 17.00
·  Hallopheridol 5 mg
·  Trihexyphenidil 2 mg

3. Memastikan obat yang diberikan diminum/ tidak.
“Memperhatikan klien saat minum obat”

4. Memperhatikan efek samping obat yang diberikan.
“Bapak bila merasa tidak enak setelah minum obat, bapak segera lapor perawat”.







S :  Klien mengatakan sangat senang sekali berkenalan dengan perawat.
O : Klien menjawab pertanyaan perawat.
-    Represi wajah gembira
-    Klien berbicara terbuka terhadap perawat
-    Klien merasa tenang
A : Masalah teratasi
P  : Tujuan khusus  1 pertahankan lanjutankan ke tujuan khusus 2.


















S : Klien mengatakan tidak apa-apa
-    Klien mengatakan bersedia kontak tiap hari.
-    Klien mengatakan bisa mengatasi masalahnya sendiri.


O : Kalau ditanya klien defensif.
-    Klien belum dapat mengenali wahamnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
-    Pertahankan tuk. 2, lanjutkan tuk 3
-    Buat catatan perkembangan





















S :  Klien menyebutkan beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi.
O : Kebutuhan fisik klien sudah terpenuhi kebutuhan spiritual belum terpenuhi.
A : Masalah teratasi sebagian
P :  Pertahankan tuk 2 lanjutkan tuk 3
-   Buat catatan perkembangan


























S : Klien mengatakan bahwa itulah realitas.
-    Klien mengatakan mau diajak bulutangkis.
O : Pembicaraan klien masih belum sesuai realita.
-    Klien belum ikut serta dalam t.a.k
-    Klien bersedia bulu tangkis

A : Masalah belum teratasi
P :  Intervensi dilanjutkan
-    Pertahankan tujuan khusus 4, lanjutkan tjuan 5
-    Buat catatan perkembangan.



S :     Klien mengatakan penjelasan perawat.
-    Klien mengatakan tidak ada efek samping setelah minum obat.
-    Klien mengatakan selalu minum obat setiap habis makan pagi siang sore.
O : Klien minum obat dengan benar dan teratur.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Tuk 5.
-     









No
Tgl
No. Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan
Paraf
1





























2





























3

DP I
Tuk II




























DP II
Tuk III




























DP I
Tuk Iv
S



O

P










I


E





R


S



O


A

P




I






 E




R


S


O



P






I



E



R
:




:

:










:


:





:


:



:


:

:




:







:




:


:


:



:






:



:



:
-    Klien mengatakan tidak apa-apa
-    Klien mengatakan bersedia kontak setiap hari
-    Klien mengatakan bisa mengatsi  masalahnya aendiri
-     
Masalah belum teratasi

-    Bersama klien memecahkan masalah yang dihadapi
-    Bertanya kepada klien cara yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah
-    Bersama klien memecahkan msalah unutk mencari alternatif cara lain untuk mengatasi masalah
-    Menganjurkan klien mengikuti t.a.k.
-    Tidak memberikan dukungan dan tidak membantah wahamnya.

Berdiskudi dengan klien mengenai cara pemecahan masalah yang dihadapi klien ke alam realita.

-    Klien mau diajak diskudi
-    Klien mau menerima wahamnya
-    Klien menyadari bahwa dia sakit dan mau dibantu dalam mengatasi masalah.
-    Masalah telah teratasi

Pertahankan t.u.k 2, lanjutkan t.u.k 3


Klien menyebutkan beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi, klien dapat mengidentifikasi kebutuhannya.

Kebutuhan fisik klien belum terpenuhi, kebutuhan spiritual belum terpenuhi

Masalah teratasi sebagian

-    Diskusikan dengan klien mengenai : kebutuhan yang belum terpenuhi.
-    Tingkatkan akivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien.

-    Berdiskusi dengan klien mengenai cara-cara agar kebutuhan klien terpenuhi.
-    Mendampingi klien selama klien mengikuti kegiatan di rehabilitasi.
-    Menjelaskan kepada klien mengenai pentingnya sholat.


-    Klien mau diajak diskusi
-    Klien mengikuti kegiatan di rehabilitasi olah raga
-    Klien sudah mulai menjalankan sholat
-    Masalah teratasi

-    Lanjutkan Tuk 4
-    Pertahankan Tuk 3

-    Klien mengatakan bahwa itulah realitas
-    Klien mengatakan mau diajak bulu tangkis

-    Pembicaraan klien masih belum sesuai realita
-    Klien belum ikut dalam t.a.k
-    Klien bersedia diajak realita

-    Berbicara dengan kien dalam konteks realita/ jati diri klien
-    Libatkan klien dalam t.a.k
-    Bawa klien ke alam realita
-    Beri pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan

-    Mendiskusikan tentang jati diri klien
-    Memberikan pujian positif setiap klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar

-    Klien mulai menyadari realita
-    Klien mengungkapkan jati diri yang sebenanya
-    Masalah teratasi sebagian

-    Pertahankan t.u.k IV
-    Lanjutkan tuk 5





















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



A.    Kesimpulan
Setelah melaksanakan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1.          Dalam pengkajian perlu kemampuan mengumpulkan data dan penganalisaan yang tepat didasari teori yang ada sehingga dapat merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan yang tepat. Dari pengkajian didapatkan masalah utama perubahan proses pikir waham kebesaran.
2.          Diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah klien Tn. R adalah :
a.         Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir : Waham Keagamaan.
b.        Perubahan proses pikir : waham keagamaan berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistis.
3.             Pada tahap perencanaan, peran perawat sangat penting dalam menentukan rencana tindakan sesuai dignosa keperawatan yang sesuai. Adapun perencanaan yang dilakukan pada klien Tn. M meliputi : psikoterapeutik, lingkungan terapeutik, kegiatan hidup sehari-hari, somatik, pendidikan kesehatan.
4.             Pada pelaksanaan perawat dapat melaksanakan rencana yang disusun bila memiliki kemampuan profesional dan interpersonal. Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi diperlukan dukungan fasilitas, partisipasi aktif klien dan keluarga.
5.             Pada evaluasi, perawat dapat melakukan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan perawat pada klien. Evaluasi ini dilakukan secara terus menerus dalam bentuk SOAP.
B.     Saran
Saran yang diajukan penulis berupa saran yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi pengembangan pelayanan keperawatan psikiatri di RSJP Cimahi sebagai berikut :
1.      Untuk mendapatkan data yang akurat, dalam pengkajian perlu kerjasama yang baik antara perawat, klien, keluarga, antara lain membina hubungan saling percaya.
2.      Dalam merumuskan diagnosa keperawatan perlu diperhatikan masalah keperawatan yang muncul.
3.      Dalam menyusun rencana keperawatan, sebaiknya rencana dibuat sesuai kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan yang muncul.
4.      Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, sebaiknya perawat berpedoman pada standar asuhan keperawatan jiwa yang dibakukan.

















DAFTAR PUSTAKA


Keliat, BA, 1998, Proses keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Maramis W.F, 1990, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University, Press Surabaya

Maslim Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Jakarta.

Tim Keperawatan Jiwa, 1999