BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian
masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang mengalami
krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi mengalami
gangguan kesehatan mental psikiatri yang dapat menurunkan produktivitas kerja
dan kualitas hidup.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional, pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk (Depkes RI 1992).
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional
dengan gejala pecahnya unsur-unsur kepribadian yang timbul pada usia kurang
dari 45 tahun.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada perubahan proses pikir
diintegrasikan secara komprehensip pada program asuhan klien diharapkan klien
dan keluarganya secara mungkin dapat berperan serta dalam “Self Care” dan “Family
Support”.
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis merasa tertantang untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan
Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan
Perkutut RSJ.Cisarua – Cimahi”.
B. Tujuan
Adapun tujuan
dari laporan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah :
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk memperoleh pengalaman secara
nyata dalam upaya asuhan keperawatan.
b.
Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung dan komprehensip meliputi aspek biopsikososial.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian pada
klien dengan perubahan prose pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
b.
Mampu mendokumentasikan rencana
asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan proses pikir waham keagamaan
akibat skizofrenia residual.
c.
Mampu melakukan rencana
keperawatan sampai dengan evaluasi.
C. Metode Penulisan
Dalam laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
data sebagai berikut:
1.
Wawancara
Yaitu pengumpulan data
dengan melakukan tanya jawab yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga
yang terkait.
2.
Observasi
Yaitu pengumpulan data
dengan melihat secara langsung pada klien yang dikaji dan untuk mengetahui
perkembangan klien.
3.
Studi Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan
data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan semua dokumentasi serta data yang
ada kaitannya dengan diri klien, status dan kesehatan medis.
4.
Studi literatur
Yaitu penulis mempelajari
semua buku yang membahas permesalahan yang akan dibahas dalam memperkuat teori.
D.
Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun
secara sistematik yang terdiri dari empat bab yaitu:
BAB
I : Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II : Tinjauan teotitis yang mencakup pengertian, rentang respon,
psikodinamika dampak, pengkajian, rencana dan tindakan keperawatan serta
evaluasi.
BAB
III : Tinjauan kasus yang mencakup pengkajian rencana keperawatan,
catatan tindakan dan evaluasi “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di
Ruang Prawatan Perkutut RSJ.Cisarua –
Cimahi”.
BAB
IV : Kesimpulan
dan saran yang merupakan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dari
formulasi saran yang bersifat membangun terhadap kesenjangan pada pelaksanaan “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat
Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut RSJ.Cisarua – Cimahi”.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Proses Terjadinya Masalah
Orientasi realitas adalah ketidakmampuan individu membedakan rangsangan
internal : Fikiran, perasaan, sensasi, somatic, dan rangsangan eksternal
seperti bunyi situasi alam sekitar (tidak
dapat membedakan lamunan dan kenyataan) (Stuart and Sunden, 1995).
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan
halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang
benar-benar salah dan berfikir yang sesuai dengan orang lain dan kontradiksi
dengan realitas sosial (Stuart and Sunden, tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan
kenyataan dan tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlis,
tahun 1991, hal 167).
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pemikiran seseorang yaitu
dengan mencampuri kemampuan pikiran untuk diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith
Herber).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan tidak cocok dengan intelegensia latar belakang biarpun dibuktikan
kemustahialn hal itu (WF Maramis, tahun 1991, hal 147).
Waham somatic dalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak
benar, contohnya ususnya sudah busuk, otak sudah cair dan ada seekor kua dalam
perutnya
Tipe-tipe waham yaitu :
1. Menurut Haber (tahun 1997 hal 723) :
a.
Ideas of referens seseorang merasa
bahwa kejadian situasi atau interaksi secara langsung berhubungan dengan
dirinya.
b.
Delusion of percution : Keyakinan
sesorang bahwa orang lain merusak berbuat kerusakan pada dirinya.
c.
Delusion of grandeus : Keyakinan
seseorang bahwa dia maha kuasa dan mempunyai kekuatan super.
d.
Somatik delusion.
2.
Menurut Doengus (tahun 2000 hal 205) :
a.
Eromati : waham tentang seseorang
yang mencintai orang lain yang statusnya lebih tinggi.
b.
Grandues : waham tentang kekuatan
pengetahuan diidentifikasikan khusus atau hubungan khusus dengan orang yang
terkenal.
c.
Jealous : seseorang merasa bahwa
partner sexnya tidak setia.
d.
Persecutori: keyakinan seseorang
bahwa orang lain merusak atau berbuat jahat pada dirinya.
e.
Somatik : waham karena adanya
beberapa penyakit fisik atau munculnya keabnormalitas fisiknya.
3.
Menurut Raulins (tahun 1993, hal 107) :
a.
delusion of persicution : Keyakinan
seseorang bahwa orang lain akan berbuat jahat pada dirinya.
b.
Delusion of gerndeoues : Keyakinan
seseorang bahwa dirinya mempunyai kekuatan luar biasa.
c.
Delusion of control : Keyakinan
seseorang bahwa dirinya tindakan dan pikirannya di kontrol oleh orang lain dan
kekuatan eksternal.
d.
Delusion of referens : Keyakinan
seseorang bahwa kejadian atau situasi secara langsung yang berhubungan dengan
diri dalam berinteraksi.
e.
Somatik delusion : Keyakinan
seseorang bahwa tubuhnya berubah dan berespon dengan cara yang tidak disadari
dengan realita.
f.
Thought brood costing : Keyakinan
seseorang bahwa pikirannya dapat di dengar orang lain walau ia tidak
membicarakannya.
4.
Menurut W.F Maramis (tahun 1991, hal 117)
a.
Waham kejar : Pasien yakin bahwa
ada komplotan yang sedang menggangu bahwa ia ditipu, dimata-matai atau
kejelekannya dibicarakan banyak orang.
b.
Waham somatic: Keyakinan tentang
(sebagian) tubuhnya yang tidak benar, contohnya usunya sudah membusuk, otak
sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.
c.
Waham kesabaran : Yakin ia
mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau keyakinan yang luar biasa
misalnya bahwa dialah ratu adil, dapat membaca fikiran orang lain, mempunyai
puluhan rumah dan mobil.
d.
Waham keagamaan: Waham dengan tema
keagamaan.
e.
Waham dosa : Keyakinan bahwa ia
telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang tidak dapat diampuni atau
bahwa ia bertanggung jawab dalam suatu kejadian yan tidak baik misalnya
kecelakaan keluarga, karena fikiran yang tidak baik.
f.
Waham pengaruh : Yakni bahwa
fikiran emosi perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain suatu kekuatan
yang aneh.
g.
Waham nilistic : Yakni bahwa dunia
ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan orang lain sudah mati.
h.
Tingkah laku yang dipengaruhi oleh
waham, karena waham maka ia berbuat tingkah laku yang demikian.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon adaptif
Respon maladaptive
- Pikiran logis - Pikiran kadang menyimpang - Kelainan
pikiran/delusi
- Persepsi akurat - Ilusi - Waham
- Emosi konsisten - Reaksi emosional berlebihan - Halusinasi
dengan berlebihan
- Perilaku sesuai - Perilaku ganjil/tidak lazim - Ketidakmampuan
untuk
mengalami
emosi
- Hubungan sosial - Menarik diri - Ketidakteraturan
perilaku
B. Mekanisme Terjadinya
Waham
Waham terbentuk atas dasar faktor emosi, maka waham takkan dapat diubah
oleh alasan-alasan akal fikiran untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut.
Gambaran waham terlihat menurut kesulitan-kesulitan menurut individu sebelum
sakit berupa harapan-harapan yang mengecewakan perasaan inadekuat, perasaan
dibenci orang lain dan sebagainya.
C. Faktor Predisposisi
1.
Faktor perkembangan
Hal ini tidak
terjadi ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.
2.
Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan yang therapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas
berkepanjangan sehingga individu mengisolasi diri dari lingkungan eksternal.
3.
Interaksi
Individu dalam
berinteraksi dengan orang lain mengalami gangguan.
D. Faktor Presipitasi
Merupakan
serangkaian kejadian yang menimpa manusia di dalam menjalani hidupnya dapat
menjadi faktor pencetus timbulnya waham.
Adapun faktor
pencetus meliputi :
1.
Faktor internal.
Karena merasa
gagal kehilangan sesuatu yang bermakna.
2.
Faktor eksternal
Ada trauma
atau serangan fisik, kehilangan hubungan dengan orang lain yang berarti.
E. Pengkajian /
Karakteristik Perilaku
Ø
Menolak makan.
Ø
Tidak ada perhatian
terhadap perawatan diri.
Ø
Ekspresi muka sedih /
gembira, ketakutan.
Ø
Gerakan tidak terkontrol.
Ø
Mudah tersinggung.
Ø
Isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan.
Ø
Tidak membedakan antara yang
nyata dengan yang tidak nyata.
Ø
Menghindar dari orang lain.
Ø
Mendominasi pembicaraan.
Ø
Berbicara kasar.
Ø
Menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak melaksanakan.
F. Diagnosa Keparawatan
1.
Potensial menarik diri dari orang
lain atau lingkungan.
2.
Gangguan hubungan sosial :
bermusuhan, manipulasi, ketakutan.
3.
Potensial gangguan nutrisi:
pemasukan tidak sesuai kebutuhan.
4.
Gangguan perawatan diri.
G. Tujuan
1.
Pasien tidak melukai diri sendiri,
orang lain atau lingkungan.
2.
Pasien mampu membina dan
mempertahankan hubungan akrab dengan orang lain tanpa perasaan tertekan atau
terancam.
3.
Pasien dapat mempertahankan
keseimbangan nutrisi, cairan dan eliminasi.
4.
Pasien dapat melaksanakan
perawatan diri secara mandiri.
H. Tindakan Keperawatan
1.
Psikoterapeutik
a.
Bina hubungan saling percaya
·
Perhatikan pasien saat
bicara tanpa meremehkan.
·
Dengar pernyataan pasien
tentang wahamnya, tanpa menyetujui atau menentangnya.
·
Bicara saat terbuka dan
tidak berbisik-bisik, tidak menggunakan kata-kata sindiran.
b.
Bantu pasien meningkatkan harga
dirinya.
·
Libatkan pasien dalam
kegiatan individu dan kelompok.
·
Beri pasien kegiatan sesuai
dengan minat dan kemampuannya.
·
Beri reinforcement atas
keberhasilan yang dicapai klien.
c.
Bantu pasien menemukan koping
konstruktif dalam penyelesaian masalah.
·
Bersama klien
mengidentifikasikan masalah yang dihadapi.
·
Tanyakan cara yang
dilakukan untuk mengatasi masalahnya.
·
Bicarakan manfaat dari cara
tersebut.
·
Bersama pasien mencari
alternatif cara penyelesaian masalah.
·
Beri dorongan kepada pasien
untuk memilih cara yang tepat.
2.
Lingkungan terapeutik
a.
Ciptakan lingkungan fisik yang
dapat menguatkan realita.
b.
Ciptakan lingkungan sosial
c.
Beri pujian atas keberhasilan
klien.
3.
Kegiatan hidup sehari-hari.
a.
Bimbing pasien memenuhi
mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b.
Bimbing pasien mempertahankan
keseimbangan aktivitas istirahat tidur.
c.
Bimbing pasien melakukan perawatan
diri.
4.
Somatik
Beri obat
sesuai ketentuan.
a.
Memberikan obat dengan
mempertahankan lima benar dalam prinsip pemberian obat.
b.
Bujuk pasien bila menolak minum
obat.
c.
Ajak pasien berbicara menyakinkan
bahwa obatnya sudah dimakan.
d.
Beri pujian atas kerjasama klien.
5.
Pendidikan kesehatan.
a.
Bantu pasien mengenali wahamnya.
b.
Ikutsertakan keluarga mengatasi
masalah klien.
I. Evaluasi
1.
a. Ekspresi wajah klien tampak tenang
b.
Perilaku dan emosi pasien terkontrol.
c.
Pasien berespon sesuai stimulus
eksternal.
2.
a. Pasien dapat berespon secara
non verbal.
b.
Pasien dapat berinteraksi dengan
perawat.
c.
Pasien dapat berinteraksi dengan
pasien lain.
d.
Pasien dapat berinteraksi dengan
perawat.
3.
a. Pasien
dapat menghabiskan porsi makan / minum yang diberikan.
b.
Berat badan pasien meningkat sesuai
kriteria.
4.
a. Pasien
dapat mandi sendiri dua kali sehari.
b. Gigi, rambut, mulut.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM KEAGAMAAN AKIBAT
GANGGUAN AFEKTIF EPISODE MANIK DI RUANG PRAWATAN PERKUTUT RSJ.CISARUA
CIMAHI
A. Identitas.
1. Identitas klien.
Nama :
Tn. R
Umur :
23 Tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Wiraswasta
Agama :
Islam
Status perkawinan :
Tidak Menikah
Tgl Masuk :
23 – 08 – 2003
Tgl Dikaji :
16 – 12 – 2003
Dx. Medis :
Gangguan Afektif
Alamat : Jln.
Banteng No. 2 Kelurahan Balu Umbung Jaya Kecamatan Darmaga Bogor.
No. Reg : 020798
2. Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Zulkarnaeni
Umur :
51 Tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Jln. Banteng No. 2 Kelurahan Balu Umbung
Jaya Kecamatan Darmaga Bogor.
Hub. dengan klien :
Bapak
3.
Alasan Masuk Rumah Sakit.
Klien mengatakan waktu di rumah klien sering
sering sendiri melamun bercermin sambil berbicara sendiri dan sering sujud
dijalan sehingga oleh keluarga dibawa di Rumah Sakit Jiwa Cisarua – Cimahi.
Bila diajak bicara klien suka ngawur, mudah lupa pada
hal-hal yang baru saja dibicarakan. Pembicaraan ngawur dan tidak rasional.
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya terlalu
banyak dosa dan pingin menyelamatkan agama.
Masalah
keperawatan :
·
Waham kebesaran
·
Gangguan komunitas verbal.
4. Faktor Predisposisi.
a. Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
b.
Klien mengatakan bahwa klien
tidak pernah mengalami pengobatan sebelumnya, karena klien baru pertama kali
dirawat di RS. Jiwa.
c.
Klien mengatakan tidak
pernah mengalami dianiaya fisik, aniyaya seksual, penolakan, tindakan kriminal.
Klien mengatakan sering dimarahi kakaknya dikarenakan tingkah lakunya.
d.
Klien merasa tertekan dengan
peraturan yang ada dipasantren.
Masalah keperawatan : Respon
pasca trauma.
5. Pemeriksaan Fisik.
a.
Tanda-tanda Vital
TD = 110/80 mmHg R = 20 x/mnt
N = 80 x/mnt S
= 370 C
b.
Ukuran
TB
: 160 cm
BB
: 56 Kg
c.
Keluhan Fisik
Klien tidak pernah mempunyai keluhan dalam hal fisik
6. Psikososial
a.
Genogram
Keterangan :
:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Klien
:
Tinggal serumah
Klien merupakan anak ke lima dari delapan
bersaudara. klien tinggal serumah dengan kakanya. Didalam keluarga tidak ada
yang mengalami sakit jiwa selain klien. Hubungan klien dengan tetangganya
terjalin dengan baik.
b.
Konsep Diri
1)
Gambaran diri
Pada saat
dikaji klien mengatakan ia menyukai seluruh bagian tubuhnya, dan menyukai dan
tidak ada kekurangan dalam dirinya.
2)
Identitas diri
Pada
saat klien dikaji klien mengatakan ia sebagai laki-laki dan klin juga
mengatakan ia adalah seorang muslim yang beragama islam.
3)
Peran
Pada
saat dikaji klien mengatakan bahwa diri klien sebagai pribadi berusaha
menegakan ajaran dalam agama islam.
4) Ideal Diri
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa ia ingin menjadi
Ustad dan mengajarkan agama Islam.
5) Harga diri
Pada
saat dikaji klien mengatakan bahwa ia dapat bergubungan baik dengan orang lain
dan lingkungan sekitarnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
c.
Hubungan sosial
1)
Klien mengatakan orang yang
paling berarti dalam dirinya untuk kakak klien.
2)
Klien pernah mengikuti di
pasantren sebagai anggota osis.
3)
Hambatan dalam perkembangan
dengan orang lain. Tidaka ada masalah.
Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah
4)
d.
Spritual.
1)
Nilai dan keyakinan
Pada
saat dikaji klien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan tata beribadah :
klien juga mengatakan bahwa dirinya tunduk pada kekuasaan Allah.
2)
Kegiatan /ibadah
Pada
saat dikaji klien mengatakan selalu melaksanakan sholat5 waktu.
7. Status Mental
1.
Penampilan
Pada
saat dikaji klien tampak rapi, klien selalu menyisir rambutnya. Klien menggunakan
pakaian sesuai dengan tempatnya.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah
2.
Pembicaraan
Pada
saat dikaji klien berbicara cepat dan kadang tidak nyambung.
Masalah
keperawatan : Kerusakan : Komunikasi verbal.
3.
Aktivitas motorik.
Pada
saat dikaji klien tampak segar dan tampak akrab dengan teman-temannya satu
ruangan, dan klien tampak gaul dengan petugas ruangan.
Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah
4.
Alam perasaan
Pada
saat dikaji klien tidak tampak : sedih, putus asa bila mengingat Desa.
Masalah
keperawatan : ansietas
5.
Efek : Labil
Pada
saat dikaji labil ada penampakan, rangsangan, tutup muka pada saat stimulus
yang menyerangkan atau yang menyedihkan.
Masalah
keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
6.
Interaksi selama wawancara :
Defensif
Pada
saat dikaji klien mempertahankan pendapatnya dan mudah tersinggung
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
7.
Persepsi
Pada
saat dikaji klien mendengarkan suara-suara yang mengatakan untuk menegakan
kebenaran.
Masalah
keperawatan : Halusinasi dengar.
8.
Proses pikir
Pada
saat dikaji pembicaraan klien dalam menyampaikan masalahnya : sampai ketujuan.
Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah
9.
Isi pikir
Pada
saat dikaji klien punya keyakinan besar untuk menyelamatkan agama dengan benar-benar dan dirinya merasa kotor/berdosa.
Masalah
keperawatan : Waham agama
10. Tingkat kesadaran
Selama
wawancara klien mampu mengenal orang lain tempat dan waktu
Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah
11. Memori
Pada
saat dikaji gangguan memori tidak ada dikatakan saat ditanya klien mampu menjawab
apa yang yang ditanya, dan dapat mengingat masa lalunya. Kejadian dan
akitivitas sehari-harinya.
Masalah
Keperawatan : tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada
saat dikaji klien menjawab sesuai dengan topik pembicaraan dan dapat menghitung
hari, waktu, datang.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
13. Kemampuan penilaian
Pada
saat dikaji klien mampu mengambil keputusan tentang masalah yang sederhana.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
14. Daya tarik diri
Pada
saat dikaji klien tidak ada masalah. Pada daya tilik dirinya, klien dapat
mengemukakan penyakit yang dideritanya
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
1.Makan
Pada
saat pengkajian frekuensi makan 3x/hari dengan porsi habis, klien dapat
melakukan secara mandiri.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
2.BAB/ BAK
Pada
saat pengkajian klien mampu untuk BAK/BAB secara mandiri tanpa bantuan perawat.
Klien mampu mengguankan WC dan membersihkan diri dan merapikan pakaian. Setelah
BAB/BAK.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
3.Mandi
Pada
saat pengkajian, frekuensi 2x/hari, cara mandi memakai gayung, gosok gigi
2x/hari. Cuci rambut 1hari sekali.
Klien
mampu mandi secara mandiri tanpa bantuan perawat.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
4.Berpakaian
Klien
mampu berpakaian secara mandiri, tanpa bantuan perawat.
Penampilan
dan dandanan rapi dan sesuai.
Frekuensi
ganti : 2 hari sekali
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
5.Istrahat
tidur
Pada saat dikaji klien mengatakan setiap mau tidur tidak
mengalami masalah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
6.Penggunaan
obat
Selama dirawat klien mendapatkan pengobatan secara
teratur dan obat diberikan setelah klien makan.
7.Pemeliharaan
kesehatan
Dalam
memelihara kesehatannya klien dapat melakukan pemeliharaan kesehatan dengan
baik.
8.Aktivitas
di rumah
Klien mengatakan di dalam rumah klien melakukan
aktivitas seperti biasa.
9.Aktivitas
di luar rumah
Klien
mengatakan pada saat sekolah pernah mengikuti kegiatan Osis
9. Masalah Keperawatan
1.
Respon pasca trauma
2.
Kerusakan komunikasi verbal
3.
Gangguan konsep diri : ideal
diri yang tidak realistis
4.
Kerusakan interaksi sosial
5.
Distress spritual
6.
Perubahan proses pikir
7.
Waham kebesaran
8.
Resiko tinggi cedera
9.
Resiko tinggi perubahan
sensori persepsi halusinasi dengar.
10. Mekanisme Koping
Pada
mekanisme koping klien dapat berbicara atau berhubungan dengan orang lain.
Klien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
11. Masalah Psikososial Lingkungan
Dukungan
teman-temanya terhadap lingkungan sangat baik
12. Aspek Medis
Diagnosa
Medis :
Tarapi
Medis :
13. Daftar Masalah Keperawatan
Ø Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham agama
Ø Ansietas
Ø Halusinasi dengar
Ø Waham agama
14. Daftar Diagnosa Keperawatan
-
Gangguan waham agama
sehubungan dengan halusinasi dengar
- Gangguan alam perasaan ansietas sehubungan
dengan waham agama
- gangguan kerusakan komunikasi verbal
sehubungan dengan waham agama
15. Pohon Masalah
Akibat Kerusakan Komunikasi Verbal
Ansietas
|
|
Halusinasi
dengar
16. Analisa Data
Tanggal
|
Data Senjang
|
Masalah
|
||
17-12-03
|
DSDODSDODSDODSDO |
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Klien mengatakan bahwa dirinya
menganggap dirinya sebagai seorang yang harus menyelamatkan agama.
Klien mendominasikan
pembicaraan, klien bicara tidak sesuai dengan realita..
Klien
mengatakan bahwa dirinya selalu cemas, karena menganggap dirinya terlalu
banyak dosa.
Klien tampak
cemas.
Klien
mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya harus menyelamatkan agama.
Klien
tampak gelisah tidak tenang.
Klien
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ustad, dan sering sujud di tengah
jalan.
Klien kelihatan
menggunakan nada laras dan cepat dalam membicarakan soal agama dan terlalu
membesar-besarkan .
|
Kerusakan
komunikasi verbal sehubungan dengan waham agama.
Ansietas
Halusinasi
dengar
Waham
agama
|
1
|
Kerusakan kemunikasi
verbal b/d. Wham kebesaran yang ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengatakan bahwa dirinya
adalah orang yang hebat.
-
Klien mengatakan bahwa dirinya
mampu melakukan apa saja diantaranya mampu menyembuhkan penyakit tanpa obat.
DO :
-
Pembicaraan klien ngawur.
-
Kalau diajak bicara klien sering
mendominasi pembicaraan.
-
Ungkapan klien tidak sesuai
dengan realita.
|
TUM : Klien dapat melakukan
komunikasi verbal dengan baik.
TUK
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK II
2. Klien dapat mengenali/ mengidentifikasi waham kebesarannya.
Tuk III
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Tuk IV
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tuk V
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
|
Dalam 2 x pertemuan klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat seperti membalas salam, berjabat tangan menyebutkan
namanya.
Dalam 3 x pertemuan klien dapat
mengenali waham kebesarannya.
Dalam 5 x pertemuan klien dapat
melakukan hubungan dengan realitas
Dalam 2 x pertemuan dapat
mengerti manfaat obat dan mematuhi pemberian obat.
|
1. Bina hubungan saling percaya.
a. Salam terapeutik.
b. Perkenalkan diri
c. Buat kontrak yang pertama.
d. Bicara dengan klien secara jujur, singkat, mudah dimengerti,
jelas.
e. Perhatikan klien saat bicara tanpa meremehkan.
f.
Dengar perhatian klien tentang
wahamnya tanpa menentangnya.
g. Ciptakan lingkungan yang tenang.
2.
Lakukan kontak secara singkat
dan sering.
1. Bersama klien memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Tanyakan kepada klien cara
yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Bersama klien memecahkan masalah untuk mencari alternatif cara
lain untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
4. Anjurkan klien sering mengikuti TAK.
5. Tidak memberikan dukungan dan tidak membantah akan wahamnya.
1 –
Observasi kebutuhan klien sehari-hari
-
Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi baik di rumah maupun rumah sakit.
-
Membungkam kebutuhan yang belum
terpenuhi dengan timbulnya waham.
2. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
klien
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (jati diri
klien)
2. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok
3. Berikan pujian pada setiap kegiatan yang dilakukan klien
1.
Jelaskan pentingnya minum obat
dengan benar.
2.
Berikan obat sesuai dengan advis
dokter
3.
Periksa apakah obat yang
diberikan diminum/ tidak
4.
Perhatikan efek samping dari
obat yang diberikan .
|
Kejelasan
tujuan dan kontak menentukan rasa percaya dan merupakan dasar hubungan
selanjutnya.
Dengan kontak
yang singkat dansering akan memberikan stimulus dan klien merasa diperhatikan
sehingga klien percaya.
-
Memecahkan masalah secara
bersama-sama merupakan cara untuk menemukan koping konstruktif dalam
menyelesaikan masalah yangdihadapi
-
Untuk menggali sejauh mana klien
dapat memecahkan masalahnya.
-
Pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan dan kerjasama agar mudah dilaksanakan.
-
Mengalihkan perhatian klien dari
wahamnya.
-
Mengalihkan perhatian klien dari
wahamnya
-
Dengan mengobservasi kebutuhan
klien sehari-hari dapat diketahui perkembangan kesehatan klien.
-
Dengan mendiskusikan kebutuhan
klien diharapkan klien mampu memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.
-
Dengan aktivitas klien dapat
mengalihkan wahamnya dengan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan.
Berbicara
dalam konteks realitas dapat mengendalikan harga diri yang positif pada
klien.
Minum obat
dengan benar dapat membantu proses penyembuhan
Obat yang
sesuai dapat memperkecil efek samping yang timbul.
|
1.
Membina hubungan saling percaya
dengan cara :
a.
Salam terapeutik, “Selamat pagi
bapak, nama bapak siapa ?”
b.
Perkenalkan diri, “nama saya
Agnes, biasa dipanggil Ines”.
c.
Membuat kontak yang jelas, “Saya
di sini samapi jam 2 siang, kebetulan saya bertugas merawat bapak. Hari ini
saya menemani bapak selama 10 menit”.
d.
Mendengarkan ungkapan klien.
2.
Melakukan kontak sering dan
singkat, “Bertemu klien setiap hari 2 kali”
1.
Mengidentifikasi masalah klien
dengan bertanya:
“ Apa yang terjadi sehingga
bapak dibawa kemari”
“masih ingat siapa yang membawa
bapak kemari ?”
menanyakan cara klien mengatasi
masalah.
“Apa telah bapak lakukan untuk
mengatasi cara tersebut ?
“Kalau menurut saya sebaiknya
bapak .... Bagaimana apakah bapak setuju ?
Menganjurkan klien untuk sering
mengikuti t.a.k.
“Berapa kali bapak pernah
mengikuti t.a.k.”
“Bagaimana kalau mulai sekarang
bapak sering mengikuti kegiatan t.a.k.
Mengobservasi kebutuhan klien
sehari-hari
Berdiskusi dengan klien dengan
menanyakan
“Bapak kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi selama dirawat di sini”
menayakan kepada klien pikiran
yang sering muncul jika kebutuhannya tidak terpenuhi.
“pikiran apa yang muncul jika
kebutuhan bapak tidak terpenuhi.
Mengikutsertakan klien dalam
kegiatan aktivitas direhabilitasi
Menayakan kegiatan yang disukai
sesuai hoby :hoby bapak apa ? “
1. Menanyakan jati diri klien
“Bapak alamatnya dimana ?”
“apa pekerjaan bapak ? “
“ Bapak kerja dimana ?”
2. Terapi aktivitas kelompok tidak dapat dilaksanakan karena
keterbatasan waktu.
3. Memberikan pujian positif setiap klien dapat melakukan
kegiatan positif : olah raga, bantu cuci piring.
“Bagus bapak dapat melakukan”
Mengajak klien berolah raga
direhabilitasi.
:Bagaimana kalau main bulu
tangkis?
1.
Menjelasakan tentang pentingnya
minum obat.
2. Memberikan obat sesuai advis dokter.
-
Pagi jam 07.00
Obat :
·
Naloperidoi 5 mg
·
Triheryphenical 2 mg
·
Persidal
·
Chlorproma 21 nekomg
-
Siang 12.00
·
Halloperidal 5 mg
·
Trihexyphenidil 3 mg
-
Sore 17.00
·
Hallopheridol 5 mg
·
Trihexyphenidil 2 mg
3. Memastikan obat yang diberikan diminum/ tidak.
“Memperhatikan klien saat minum
obat”
4. Memperhatikan efek samping obat yang diberikan.
“Bapak bila merasa tidak enak
setelah minum obat, bapak segera lapor perawat”.
|
S :
Klien mengatakan sangat senang sekali berkenalan dengan perawat.
O : Klien
menjawab pertanyaan perawat.
-
Represi wajah gembira
-
Klien berbicara terbuka terhadap
perawat
-
Klien merasa tenang
A : Masalah teratasi
P : Tujuan khusus 1 pertahankan lanjutankan ke tujuan khusus
2.
S : Klien
mengatakan tidak apa-apa
-
Klien mengatakan bersedia kontak
tiap hari.
-
Klien mengatakan bisa mengatasi
masalahnya sendiri.
O : Kalau
ditanya klien defensif.
-
Klien belum dapat mengenali
wahamnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
-
Pertahankan tuk. 2, lanjutkan
tuk 3
-
Buat catatan perkembangan
S : Klien menyebutkan beberapa kebutuhan yang
belum terpenuhi.
O :
Kebutuhan fisik klien sudah terpenuhi kebutuhan spiritual belum terpenuhi.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan tuk 2 lanjutkan tuk 3
-
Buat catatan perkembangan
S : Klien mengatakan bahwa itulah realitas.
- Klien mengatakan mau diajak bulutangkis.
O : Pembicaraan klien masih belum sesuai realita.
- Klien belum ikut serta dalam t.a.k
- Klien bersedia bulu tangkis
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
- Pertahankan tujuan khusus 4, lanjutkan tjuan 5
- Buat catatan perkembangan.
S : Klien mengatakan penjelasan perawat.
- Klien mengatakan tidak ada efek samping setelah minum obat.
- Klien mengatakan selalu minum obat setiap habis makan pagi
siang sore.
O : Klien minum obat dengan
benar dan teratur.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Tuk 5.
-
|
|
No
|
Tgl
|
No. Diagnosa Keperawatan
|
Catatan Perkembangan
|
Paraf
|
||
1
2
3
|
|
DP I
Tuk II
DP II
Tuk III
DP I
Tuk Iv
|
S
O
P
I
E
R
S
O
A
P
I
E
R
S
O
P
I
E
R
|
:
:
:
:
:
:
:
: : : :
:
:
:
:
:
:
:
:
|
- Klien mengatakan tidak
apa-apa
-
Klien mengatakan bersedia kontak
setiap hari
-
Klien mengatakan bisa mengatsi masalahnya aendiri
-
Masalah belum teratasi
-
Bersama klien memecahkan masalah
yang dihadapi
-
Bertanya kepada klien cara yang
telah dilakukan untuk mengatasi masalah
-
Bersama klien memecahkan msalah
unutk mencari alternatif cara lain untuk mengatasi masalah
-
Menganjurkan klien mengikuti
t.a.k.
-
Tidak memberikan dukungan dan
tidak membantah wahamnya.
Berdiskudi dengan klien
mengenai cara pemecahan masalah yang dihadapi klien ke alam realita.
-
Klien mau diajak diskudi
-
Klien mau menerima wahamnya
-
Klien menyadari bahwa dia sakit
dan mau dibantu dalam mengatasi masalah.
-
Masalah telah teratasi
Pertahankan t.u.k 2, lanjutkan
t.u.k 3
Klien menyebutkan beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi, klien dapat mengidentifikasi kebutuhannya.
Kebutuhan fisik klien belum terpenuhi,
kebutuhan spiritual belum terpenuhi
Masalah teratasi sebagian
-
Diskusikan dengan klien mengenai
: kebutuhan yang belum terpenuhi.
-
Tingkatkan akivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien.
-
Berdiskusi dengan klien mengenai
cara-cara agar kebutuhan klien terpenuhi.
-
Mendampingi klien selama klien
mengikuti kegiatan di rehabilitasi.
-
Menjelaskan kepada klien
mengenai pentingnya sholat.
-
Klien mau diajak diskusi
-
Klien mengikuti kegiatan di
rehabilitasi olah raga
-
Klien sudah mulai menjalankan
sholat
-
Masalah teratasi
-
Lanjutkan Tuk 4
-
Pertahankan Tuk 3
-
Klien mengatakan bahwa itulah
realitas
-
Klien mengatakan mau diajak bulu
tangkis
-
Pembicaraan klien masih belum
sesuai realita
-
Klien belum ikut dalam t.a.k
-
Klien bersedia diajak realita
-
Berbicara dengan kien dalam
konteks realita/ jati diri klien
-
Libatkan klien dalam t.a.k
-
Bawa klien ke alam realita
-
Beri pujian pada setiap kegiatan
positif yang dilakukan
-
Mendiskusikan tentang jati diri
klien
-
Memberikan pujian positif setiap
klien dapat menjawab pertanyaan dengan benar
-
Klien mulai menyadari realita
-
Klien mengungkapkan jati diri
yang sebenanya
-
Masalah teratasi sebagian
-
Pertahankan t.u.k IV
-
Lanjutkan tuk 5
|
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah melaksanakan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di
Ruang Prawatan Perkutut RSJ.Cisarua –
Cimahi”, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Dalam pengkajian perlu
kemampuan mengumpulkan data dan penganalisaan yang tepat didasari teori yang
ada sehingga dapat merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan yang tepat. Dari
pengkajian didapatkan masalah utama perubahan proses pikir waham kebesaran.
2.
Diagnosa keperawatan yang
terkait dengan masalah klien Tn. R adalah :
a.
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan perubahan proses pikir : Waham Keagamaan.
b.
Perubahan proses pikir :
waham keagamaan berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistis.
3.
Pada tahap perencanaan,
peran perawat sangat penting dalam menentukan rencana tindakan sesuai dignosa
keperawatan yang sesuai. Adapun perencanaan yang dilakukan pada klien Tn. M
meliputi : psikoterapeutik, lingkungan terapeutik, kegiatan hidup sehari-hari,
somatik, pendidikan kesehatan.
4.
Pada pelaksanaan perawat
dapat melaksanakan rencana yang disusun bila memiliki kemampuan profesional dan
interpersonal. Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi diperlukan dukungan
fasilitas, partisipasi aktif klien dan keluarga.
5.
Pada evaluasi, perawat dapat
melakukan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan perawat
pada klien. Evaluasi ini dilakukan secara terus menerus dalam bentuk SOAP.
B. Saran
Saran
yang diajukan penulis berupa saran yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi
pengembangan pelayanan keperawatan psikiatri di RSJP Cimahi sebagai berikut :
1.
Untuk mendapatkan data yang
akurat, dalam pengkajian perlu kerjasama yang baik antara perawat, klien,
keluarga, antara lain membina hubungan saling percaya.
2.
Dalam merumuskan diagnosa
keperawatan perlu diperhatikan masalah keperawatan yang muncul.
3.
Dalam menyusun rencana
keperawatan, sebaiknya rencana dibuat sesuai kebutuhan dan masalah yang sedang
dihadapi dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan yang muncul.
4.
Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, sebaiknya perawat berpedoman pada standar asuhan keperawatan jiwa
yang dibakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA,
1998, Proses keperawatan Kesehatan Jiwa,
EGC, Jakarta.
Maramis
W.F, 1990, Ilmu Kedokteran Jiwa,
Airlangga University, Press Surabaya
Maslim Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
Jakarta.
Tim
Keperawatan Jiwa, 1999