LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh myco bacterium tuberculisis
kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit,
ada beberapa mikroorganisme patogen, tetapi hanya stai bovin dan kuman yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mili.
Ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price, lorraine M. wilson, EGC
hal 753).
Tuberkulosis
adalah penyakit infeksi saluran napas bawah, penyakit ini disebabkan oleh mikro
organisme mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkhiolus atau
alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui
ingesti susu tercemar yang tidak pasteurisasi atau kadang melalui lesi kulit
(Buku saku patofisiologi, Elizabeth J. Corwin).
Apabila
bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme
pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka
penjamu akan melakukan respon imun dan peradangan yang kuat, karena respon yang
hebat ini, yang terutama yang diperantarai oleh sel tinggi, maka hanya sekitar
5% orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif yang
bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi
tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi akut.
Tuberculosis
(TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Kapita Selecta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilis I hal 472)
Tuberculosis paru-paru dapat dibagi atas :
1. Tuberculosis
primer
2. Tuberculosis
sekunders
v
Tuberkulosis Primer
Biasanya
infeksi terjadi pada anak-anak, kuman masuk ke dalam saluran pernafasan dalam
bentuk droplet dan hanya droplet yang berukuran kurang dari 15 mikron dapat
mencapai alveolus.
Makroskopis
Lesi
primer yang disebut lesi GHON merupakan fokus perkijuan kecil, berukuran kurang
dari 1 cm berwarna putih kuning berbatas tegal, letaknya dapat dimana saja pada
pru-paru, biasanya pada batas lobus atas dan lobus bawah, dekat pleura (sub
pleura). Kelenjar limfe membesar yang mengalami perkijuan selain itu dapat
ditemukan tuberkel kecil sepanjang aliran limfe dari lesi primer sampai kelenjar
limfe regional, akibat penjalaran kuman melalui saluran limfe regional akibat
penjalaran kuman melalui saluran limfe seluruh kelainan yang ditemukan dinamai
komplex GHON.
Mikroskopik
Mula-mula
terjadi reaksi serbukan netrofil di tempat kuman melekat pada dinding alveolus,
setelah 24-48 jam histosit menggantikannya.
v
Tuberkulosis Sekunder
Ditemukan
pada usia dewa, kuman dapat berasal dari :
- Luar
(eksogen) biadanya pada usia lebih tua dinamai tuberkulosis reinfeksi.
- Dalam
(endogen) yaitu dari fokus primer yang masih mengandung kuman biasanya pada
usia dewasa muda disebut juga tuberkulosa post primer.
Makroskopik
Lesi
yang pertama hampir selalu ditemukan pada apex paru dan lebih sering pada
paru-paru kanan, lesi merupakan tuberkel berukuran 1-2 cm sub pleura, berbatas
tegas, kenyal berwarna putih, kelabu, kuning.
Mikroskopik
Gambaran
tuberkel biasanya khas, perkijuan biasanya dapat ditemukan.
B. Anatomi dan Fisiologi dan Gambar Anatomi
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel
hidup di dalam tubuh. Proses ini memerlukan suplai O2 yang konstan
bagi setiap selnya dan sekaligus mampu membuang produk metaboliknya : misalnya
CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan pada bernapas tetapi
juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh.
Secara umum fungsi saluran pernapasan adalah sebagai
berikut :
1.
Pertukaran
gas dalam proses respirasi seluler
2. Produksi
suara atau vokalisasi
3. Membantu
dalam kompresi abnormal selama BAK : defeksi dan melahirkan
4.
Batuk dan
bersin merupakan reson refleks
Secara anatomis sistem pernafasan terbagi 2 bagian
yaitu :
1. Area
konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana pada bagian ini tidak
terjadi pertukaran gas
2. Area
respirasi yaitu pada laveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area
ini terjadi pertukaran gas.
Ø
Area konduksi terdiri dari :
-
Hidung
Meliputi
bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga
hidung sebgai alat penyalur udara.
-
Pharynx
Merupakan
saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga
mulut kepada larynx pada dasar tengkorak, pharyx ini terbagi menjadi 3 bagian
yaitu : Nasopharyx, oropharix dan laryngopharynx.
-
Larynx
Larynx
terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil dan 3 kartilago besar). Larynx
terletak pada bagian tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4 sampai
6.
-
Trachea
Merupakan
saluran rigid yang memiliki panjang 11-12 cm dengan diameter 2,5 cm. trakhea
mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan terjadi
obstruksi, kerusakan atau aspirasi benda asing maka diperlukan tindakan
pembedahan (tracheostomy).
-
Bronchus
Bronchus
kanan kurang pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang besar pada saat masuk
ke paru, bronchus terbagi jadi 5
percabangan ; lobus atas, tengah dan bawah pada paru kanan dan lobus atas dan
bawah pada paru kiri.
-
Bronchialis
Adalah
cabang dari bronchus, bronchiolus mensuplay segmen-segmen broncho pulmonal,
dimana cabang bronchiaolus terminal membentuk duktus alveolar yang berhubungan
langsung dengan alveolus.
Paru-paru
terhadap di dalam ronga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru
dilapis oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara
dinding thorax dilapisi oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut
terdapat rongga yang berisi cairan surfaktan yang berfungsi untuk mencegah
gesekan kedua lapisan pleura saat proses respirasi.
Adanya
mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang melekat
pada paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang sampai
1-2 cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya dapat
menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan
penderitanya.
Gambar Anatomi Paru - Paru
C. Pathology
Ada 3 hambatan terlibat dalam
patogenesis paru penyakit tuberkulosis :
1. Dasar
virulensi organisme
2. Kepentingan
perkembangan sensitivitas dan imunitas atau kekebalan terhadap organisme.
3. Patogenesis
dari nekrosis kaseosa
Pada
tuberkulosis primer terjadi reaksi granulomatosa kadang-kadang terlihat seperti
adanya nekrosis kaseosa dibagian tengah, jadi untuk menegakan diagnosisnya.
Organisme harus diidetifikasi pada jaringan baik dengan pengecatan yang sesuai
atau dengan cara kultur.
Pada
tuberkulosis sekunder kavitasi selalu didapatkan dengan TB yang diabaikan,
dapat pula mengalami pemberhentian fibra kalsifikasi tergantung dari faktor
tuan rumah bakteri, tuberkulosa ini dapat berkembang dan meluas melalui banyak
cara yaitu :
1.
Tuberkulosis
paru dengan kavitas (erosi ke dalam sebuah bronkhus)
2. Tuberkulosis
endobronkial, endotrakheal dan laringeal
3. Tuberkulosis
organ sistemik
4. Tuberkulosis
organ terpisah
5. Tuberkulosis
intestinal
D. Patofisiologi
Individu
yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi
¤
Bakteri berpindah melalui jalan napas ke aveoli
( Tempat mereka berkumpul dan memperbanyak diri )
¤
Basil juga dipindahkan melalui system limpe danj
aliran darah ke bagian tubuh lain
¤
Sistem imun tubuh berespon dengan inflamasi
¤
Fagosit ( Neutrofil dan makrofag ) menelan banyak
bakteri ; limfosit spesifik tuberculosis tnelisis dan jaringan normal
¤
Reaksi jaringan i9ni mangakibatkan penumpukan exudat
dalam aveoli
¤
Bronkopnomoni
¤
Daya tahan tubuh menurun, vrulensi kuman meningkat
¤
Radang kronis, lesi dikelilingi
oleh jaringan kolagen Fbroblast dan limfosit
¤
Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis caseosa
yang disebut lesi primer
¤
Lesi primer mengalami pengapuran
dan pencairan serta bronkus. Lesi primer mengisi rongga serta jaringan nekrotik
yang sudah mencair keluar bersama dengan batuk
¤
Bila lesi sampai menembus pleura
: Effuse Pleura Tuberculosa
( Brunner and Suddart, 2002 : 585 )
E. Tanda dan Gejala
1. Secara
sistemik tidak terlalu luas tetapi seringkali terlihat pada awal perjalanan
penyakit seperti malaise, anoreksia, turunnya panas badan dan berat badan. Pada
umumnya febris tidak terlalu tinggi, bersifat remiten dan berkeringat malam
hari.
2.
Keadaan paru
progresif gejala-gejala lokal seperti
Batuk yang
makin melepaskan dan menghasilkan dahak yang makin banyak, serta hemopitisis,
selain itu sering timbul nyeri pleura.
3. Pada
tuberkulosa miller terjadi demam akut, sesak nafas, sianosis lebih sering pada
orang dewasa atau orang tua, hal ini tampak sebagai penyakit paru yang baru
diketahui setelah tiba-tiba memburuk.
F.
Manajemen Medik
Pada stadium
dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang
khas. Tuberkulosis hanya dapat dilakukan dengan test tuberkulin, pemeriksaan
radiogram dan pemeriksaan bakteriologik.
Manurut
CDC suatu kasus tuberkulus dapat dipastikan bila organisme M. Tuberkulosis
dapat didentifikasi, jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus
tuberkulosis dianggap benar.
Penatalaksaan
pada penderita TBC antara lain :
1. Obat anti TB
(OAT)
Diberikan
dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa
obat ketiga.
Pengobatan
ada 2 fase yaitu :
a. Fase awal
itensif à dengan kegiatan bakterisid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase
lanjutan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan konvensional.
c. OAT yang
biasa digunakan antara lain : Isoniazid ( INH ), Rifampisin ( R ), Pirazinamid
( Z ) dan Streptomosin ( S ) yang bersifat bakterisid dan Etambutol ( E ) yang
bersifat bakteriostatik.
2. Pembedahan
pada TB paru dilakukan bila tahap pengobatan tidak dapat mengurangi keadaan
penderita
3. Adanya suatu
strategi yang disebut DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) yang
terdiri dari 5 komponen
a. Dukungan
politik wilayah tiap jenjang untuk memprioritaskan program ini.
b. Mikroskop sebagai
komponen utama untuk mendiagnosa TBC
c. Pengawas
minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun
petugas kesehatan.
d. Pencatatan
dengan baik dan benar
e. Paduan obat
anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat
sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Obat yang digunakan untuk kulit
TB dan jangka waktu penggunaan.
G. Data Fokus Pengkajian
1.
Wawancara
Wawancara
memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien sendiri atau yang disebut
auto anamnesa atau orang terdekat pasien seperti keluarga atau teman dekatnya
yang disebut dengan aloanamnesa. Dilakukan melalui percakapan dan pengamatan
data dapat dikumpulkan selama satu periode kontak atau lebih dan harus mencakup
semula data yang relavan. Pengorganisasian dan perbaikan data ini membantu
dalam mengidentifikasi berkelanjutan tentang kebutuhan-kebutuhan perawatan
pasien dan diagnosa keperawatan semua pihak dalam proses wawancara harus
mengetahui bahwa data yang dikumpulkan digunakan dalam repra pasien.
2.
Pmeriksaan Fisik
Riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik ynag lengkap manifestasi klinik seperti demam,
anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, kelithan dan batuk.
Mengharuskan pengkajian fungsi secara lebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu
tubuh atau frekwensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi. Frekuensi dan batuk
parah dan nyeri dada dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi
napas ( menghilang bunyi bronchial dan broncovesikuler, krekles ) fremitus,
egofoni dan hasil pemeriksaan perkusi ( pekak ). Pasien dapat
juga mengalami pembesaran nodus limfe yang terasa sangat nyeri. Kesipan
emosional pasien untuk belajar, juga persepsi dan pengertian tentang
tuberculosis dan pengobatannya juga dikaji. Hasil evaluasi fisik dan laboratorium
yang telah diperiksa.
Pada pemeriksaan fisik pasien tuberkulosa dapat ditemukan
tanda-tanda :
a. Tanda-tanda
infiltrat (redup, bronchial, ronki basah dll)
b.
Tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum
c. Sekret
disaluran nafas dan ronkhi
d. Suara nafas
amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkhus.
3.
Pemeriksaan
diagnostik
Pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik termasuk sebagai bagian dari proses pengumpulan
data perawat harus waspada terhada hasil pemeriksaan signifikan yang membutuhkan
pelaporan pada dokter dan atau melakukan intervensi keperawatan khusus.
Beberapa
pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya sangat
berguna dalam mengikuti perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi pada banyak
kasus hubungan antara pemeriksaan fisik dengan patofisiologi penyakit cukup
jelas, tetapi pada kasus lain tidak jelas, hal ini merupakan interelasi antara
berbagai organ dan sistem tubuh.
Pemeriksaan
dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
1. Kultur sputum
: Positif untuk mycrobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2. Zieehl –
Nelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah ) :
Positif untuk basil asam – cepat.
3. Tes kulit (
PPD, Mantoux, Potongan Vollmer ) : Reaksi positif / area indurasi 10 mm atau
lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen )
Menunjukan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti
menunjukan penyakit aktif. Reaksi pada pasien yang secara klinis sakit berarti.
Bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycrobacterium yang berbeda.
4. ELISA/
Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
5. Foto Torax :
Dapat menunjukan inflamasi lesi awal pada area paru atas, simpan kalsium lesi
sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat
termasuk rongga, area fibrosa.
6. Histologi
atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urine dan cairan
serebospinal, biopsy kulit ) : positif untuk Mycrobacterium tuberculosis.
7. Biopsi jarum
pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB ; adanya sel raksasa menunjukan
nekrosis.
8. Elektrosit :
Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi : Contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB
paru kronis luas.
9.
GDA : Dapat
normal tergantung lokasi berat dan kerusakan sisa pada paru
10. Pemeriksaan
fungsi paru : Penurunan kapasitas vital ; peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total dan penburunan saturasi oksigen
sekunder terahadap infiltrasi parenkim \ fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural ) TB paru kronis luas .
( Marilyn E. Doenges, 2000 : 241
– 242 )
H. Analisa Data
Diambil
menurut data yang ditentukan menurut tahap penyakit dan derajat yang tekena diantara
data-data yang diperlukan tersebut dalam menangani penderita TBC dapat diambil
hasil pada umumnya sebagai berikut : yaitu kebutuhan sehari-hari terdiri dari :
Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Kelelahan umum dan kelemahan
-
Nafas pendek karena kerja
-
Kesulitan tidur pada amlam atau demam malam hari
-
Mengigil atau berkeringat
-
Mimpi buruk
Tanda
: - Takikardi, takipnea/dispnea pada
kerja
-
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
Integritas EGO
Gejala :
- Adanya/faktor stress lama
-
Masalah keuangan, rumah
-
Perasaan tak berdaya/tak ada harapan
-
Populasi budaya/etnik : Amerika asli atau imigran
dari Amerika Tengah, Asia Tenggara, Indian anak benua
Tanda
: - Menyangkal
-
Ansietas, ketakutan mudah terangsang
Makanan /cairan
Gejala :
- Kehilangan nafsu makan
-
Tidak dapat mencerna
-
Penurunan berat badan
Tanda : - Turgor
kulit nuruk, kering/kulit bersisik
-
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
- Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang
Tanda :
- Berhati-hati pada area yang sakit
-
Perilaku distraksi, gelisah
Pernafasan
Gejala :
- Batuk produktif atau tak produktif
-
Nafas pendek
-
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu
terinfeksi
Tanda
: - Peningkatan frekuensi pernafasan
-
Pengembangan
pernafasan tak simetris (effusi pleura)
-
Perkusi
pekak dan penurunan fremitur, bunyi nafas tabuler, krekels tercatat diatas apek
paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
-
Karakteristik
sputum : hijau/purulen, mikoid kuning atau bercak darah.
-
Deviasi trakeal
-
Tak perhatian, mudah terangsang, perubahan mental
Keamanan
Gejala :
- Adanya kondisi penekanan imun, AIDS,
kanker tes HIV positif
Tanda
: - Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi Sosial
Gejala : - Perasaan
isolasi/penolakan karena penyakit menular
-
Perubahan
pola biasa dalam tawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
- Riwayat keluarga TB
-
Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
-
Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
-
Tidak berpartisipasi dalam terapi
I.
Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Diagnosa
Keperawatan : Resiko tinggi terjadinya
infeksi
Faktor
resiko meliputi :
-
Pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja
silia/statis sekret
-
Kerusakan jaringan/tambahan infeksi
-
Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi
-
Malnutrisi
-
Terpajan lingkungan
-
Kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patigen
Kemungkinan
dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual.
2.
Diagnosa keperawatan
“Bersihkan jalan nafas, tak efektf”
Dapat
dihubungkan dengan :
-
Sekret kental, atau sekred darah
-
Kelamahan, uapaya batuk buruk
-
Edema trakheal/faringeal
Kemungkinan
dibuktikan oleh : frekuensi pernafasan tak normal (ronki, mengi), stridor
dispnea.
3.
Diagmsa keperawatan
“ Resiko tinggi terjadinya kerusakan terhadap ….”
Faktor
resiko meliputi :
-
Penurunanpermukaan efektif paru, atelektasis
-
Kerusakan membran alveolar kapiler
-
Sekret kental, tebal
-
Edema bronkial
Kemungkinan
dibutuhkan oleh à
(tidak dapat diterapkan ; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa aktual)
4.
Diagnosa
keperawatan : “ Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan anoreksia “
Sehubungan
dengan :
-
Kelemahan
-
Sering batuk/produksi sputum, dispnea
-
Anoreksia
-
Ketidakcukupan sumber keuangan
Kemungkinan
dibuktikan oleh : Berat badan di bawah 10%-29% ideal untuk bentuk tubuh dan
berat; melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi, pengecap,
tonus otot buruk.
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :
1.
Bersihkan
jalan napas tak efektif sehubungan dengan produksi secret yang berlebihan,
secret darah
2.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan anoreksia
3.
Resiko
tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan antigen kurang pengetahuan untuk
menghindari pembentukan antigen.
J.
Perencanaan
1.
Tujuan
a.
Dx : Bersihkan jalan nafas tak efektif
Tujuan :
- Mempertahankan
jalan nafas pasien
- Mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
- Menunjukan
perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan kebersihan jalan nafas
- Berpartisipasi
dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi
-
Mengidentifikasi
potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Tindakan :
- Mandiri:
1) Kaji fungsi
pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman dan penggunaan
otot aksesori
2) Catat
kemampuan untuk mengeluarkan mukosa atau batuk efektf : Catata karakter, jumlah
sputum adanya hemoptisis
3) Berikan
pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan
nafas dalam
4) Bersihkan
sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan
5) Pertahankan
masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
- Kolaborasi :
1) Lembabkan
udara/oksigen inspirasi
2) Beri
obat-obatan sesuai indikasi, agen mukolitik cth (mucomyst), bronhodilator dll
3) Bersiap
untuk membantu intubasi darurat
Rasionalisasi
Tindakan :
- Mandiri :
1) Penurunan
bunyi nafas menunjukan adelektasis ronki, mengi, menunjukan akumulasi
sekret/ketidak mampuan untuk membersihkan jalan nafas.
2)
Pengeluaran
sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental dll.
3)
Posisi
membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
4) Mencegah
obstruksi/aspirasi
- Kolaborasi :
1) Mencegah
pengeringan membran mukosa
2) Agen
mukolitik menurunkan kekentalan
3) Intubasi
diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring/perdarahan paru
akut.
b.
Diagnosa : Infeksi
Resiko Tinggi
Tujuan
:
- Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebarab infeksi.
- Menunjukan
teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang
aman
Tindakan
:
- Mandiri
1) Kji patologi
penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk,
bersin , meludah, bicara, tertawa, menyanyi.
2) Identifikasi
orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman
3) Anjurkan
pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah,
kaji pembuangan tisu.
4)
Kaji
tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
5) Awasi suhu
sesuai indikasi
6)
Identifikasi
faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulan TBC.
7) Tekankan
pentingnya tidak menghentikan therapi obat
8) Kaji
pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk
lamanya therapi
9) Dorong
memilih atau mencerna makanan seimbang berikan makanan kecil sering dan makanan
besar yang lezat.
- Kolaborasi
1) Berikan agen
anti infeksi cth isoniazid, estambuthal
2) ASI/ALT
3) Laporkan ke
departemen kesehatan lokal
c.
Diagnosa
Keperawatan : “Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh”
Tujuan :
- Menunjukan
berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai normal dan bebas tanda
malnutrisi.
- Melakukan
perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat yang tepat.
Tindakan :
- Mandiri
1) Catat status
nutrisi, turgor kulit, BB dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa
oral kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah/diare.
2) Pastikan
pola diet biasa pasien
3) Awasi
masukan/pengeluaran dan BB secara periodik selidiki anoreksia mual dan muntah
4)
Dorong dan
berikan periode istirahat sering
5)
Berikan
perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
6)
Dorong makan
sedikit dan sering dengan makanan tinggi karbohidrat dan protein
- Kolaborasi :
1)
Rujuk ke
ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
2)
Konsul
dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
3)
Awasi
pemeriksaan laboratotium, contoh BUN protein serum dan albumin.
4) Berikan
antipiretik tepat
Rasionalisasi:
Mandiri
- Membantu
dalam mebfidentifikasi kebutuhan atau kekuatan khusus
-
Berguna
dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
- Dapat
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasikan area pemecahan masalah
- Membantu
menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam
- Menurunkan
rasa tak enak, karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.
- Memaksimalkan
masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu atau kebutuhan energi dari
makan-makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta,
EGC, 2001.
-
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, 1992
-
Masjoer,
Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta, FKUI Media Aesculapius, 2000.
-
Price, Sylvia A. dkk; Patofisiologi Edisi 4. jakarta,
EGC, 1995
-
Swearingen; Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 2, Jakarta
EGC, 2001.