Saturday, December 7, 2013

Paper Tuberculosis



LAPORAN PENDAHULUAN
 

A.  Pengertian
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh myco bacterium tuberculisis kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit, ada beberapa mikroorganisme patogen, tetapi hanya stai bovin dan kuman yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mili. Ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price, lorraine M. wilson, EGC hal 753).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran napas bawah, penyakit ini disebabkan oleh mikro organisme mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkhiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak pasteurisasi atau kadang melalui lesi kulit (Buku saku patofisiologi, Elizabeth J. Corwin).
Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka penjamu akan melakukan respon imun dan peradangan yang kuat, karena respon yang hebat ini, yang terutama yang diperantarai oleh sel tinggi, maka hanya sekitar 5% orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberkulosis aktif yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi akut.
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Kapita Selecta Kedokteran Edisi Ketiga Jilis I hal 472)
Tuberculosis paru-paru dapat dibagi atas :
1.      Tuberculosis primer
2.      Tuberculosis sekunders


v  Tuberkulosis Primer
Biasanya infeksi terjadi pada anak-anak, kuman masuk ke dalam saluran pernafasan dalam bentuk droplet dan hanya droplet yang berukuran kurang dari 15 mikron dapat mencapai alveolus.
Makroskopis
Lesi primer yang disebut lesi GHON merupakan fokus perkijuan kecil, berukuran kurang dari 1 cm berwarna putih kuning berbatas tegal, letaknya dapat dimana saja pada pru-paru, biasanya pada batas lobus atas dan lobus bawah, dekat pleura (sub pleura). Kelenjar limfe membesar yang mengalami perkijuan selain itu dapat ditemukan tuberkel kecil sepanjang aliran limfe dari lesi primer sampai kelenjar limfe regional, akibat penjalaran kuman melalui saluran limfe regional akibat penjalaran kuman melalui saluran limfe seluruh kelainan yang ditemukan dinamai komplex GHON.
Mikroskopik
Mula-mula terjadi reaksi serbukan netrofil di tempat kuman melekat pada dinding alveolus, setelah 24-48 jam histosit menggantikannya.
v  Tuberkulosis Sekunder
Ditemukan pada usia dewa, kuman dapat berasal dari :
-       Luar (eksogen) biadanya pada usia lebih tua dinamai tuberkulosis reinfeksi.
-       Dalam (endogen) yaitu dari fokus primer yang masih mengandung kuman biasanya pada usia dewasa muda disebut juga tuberkulosa post primer.
Makroskopik
Lesi yang pertama hampir selalu ditemukan pada apex paru dan lebih sering pada paru-paru kanan, lesi merupakan tuberkel berukuran 1-2 cm sub pleura, berbatas tegas, kenyal berwarna putih, kelabu, kuning.
Mikroskopik
Gambaran tuberkel biasanya khas, perkijuan biasanya dapat ditemukan.


B.  Anatomi dan Fisiologi dan Gambar Anatomi
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di dalam tubuh. Proses ini memerlukan suplai O2 yang konstan bagi setiap selnya dan sekaligus mampu membuang produk metaboliknya : misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan pada bernapas tetapi juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh.
Secara umum fungsi saluran pernapasan adalah sebagai berikut :
1.      Pertukaran gas dalam proses respirasi seluler
2.      Produksi suara atau vokalisasi
3.      Membantu dalam kompresi abnormal selama BAK : defeksi dan melahirkan
4.      Batuk dan bersin merupakan reson refleks

Secara anatomis sistem pernafasan terbagi 2 bagian yaitu :
1.      Area konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana pada bagian ini tidak terjadi pertukaran gas
2.      Area respirasi yaitu pada laveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini terjadi pertukaran gas.
Ø  Area konduksi terdiri dari :
-          Hidung
Meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebgai alat penyalur udara.
-          Pharynx
Merupakan saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak, pharyx ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Nasopharyx, oropharix dan laryngopharynx.
-          Larynx
Larynx terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil dan 3 kartilago besar). Larynx terletak pada bagian tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4 sampai 6.

-          Trachea
Merupakan saluran rigid yang memiliki panjang 11-12 cm dengan diameter 2,5 cm. trakhea mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan terjadi obstruksi, kerusakan atau aspirasi benda asing maka diperlukan tindakan pembedahan (tracheostomy).
-          Bronchus
Bronchus kanan kurang pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang besar pada saat masuk ke paru, bronchus terbagi jadi  5 percabangan ; lobus atas, tengah dan bawah pada paru kanan dan lobus atas dan bawah pada paru kiri.
-          Bronchialis
Adalah cabang dari bronchus, bronchiolus mensuplay segmen-segmen broncho pulmonal, dimana cabang bronchiaolus terminal membentuk duktus alveolar yang berhubungan langsung dengan alveolus.

Paru-paru terhadap di dalam ronga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru dilapis oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara dinding thorax dilapisi oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang berisi cairan surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua lapisan pleura saat proses respirasi.
Adanya mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang melekat pada paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang sampai 1-2 cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya dapat menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan penderitanya.




Gambar Anatomi Paru - Paru


 































C.  Pathology
Ada 3 hambatan terlibat dalam patogenesis paru penyakit tuberkulosis :
1.    Dasar virulensi organisme
2.    Kepentingan perkembangan sensitivitas dan imunitas atau kekebalan terhadap organisme.
3.    Patogenesis dari nekrosis kaseosa

Pada tuberkulosis primer terjadi reaksi granulomatosa kadang-kadang terlihat seperti adanya nekrosis kaseosa dibagian tengah, jadi untuk menegakan diagnosisnya. Organisme harus diidetifikasi pada jaringan baik dengan pengecatan yang sesuai atau dengan cara kultur.
Pada tuberkulosis sekunder kavitasi selalu didapatkan dengan TB yang diabaikan, dapat pula mengalami pemberhentian fibra kalsifikasi tergantung dari faktor tuan rumah bakteri, tuberkulosa ini dapat berkembang dan meluas melalui banyak cara yaitu :
1.      Tuberkulosis paru dengan kavitas (erosi ke dalam sebuah bronkhus)
2.      Tuberkulosis endobronkial, endotrakheal dan laringeal
3.      Tuberkulosis organ sistemik
4.      Tuberkulosis organ terpisah
5.      Tuberkulosis intestinal












D.  Patofisiologi
Individu yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi
¤
Bakteri berpindah melalui jalan napas ke aveoli
( Tempat mereka berkumpul dan memperbanyak diri )
¤
Basil juga dipindahkan melalui system limpe danj aliran darah ke bagian tubuh lain
¤
Sistem imun tubuh berespon dengan inflamasi
¤
Fagosit ( Neutrofil dan makrofag ) menelan banyak bakteri ; limfosit spesifik tuberculosis tnelisis dan jaringan normal
¤
Reaksi jaringan i9ni mangakibatkan penumpukan exudat dalam aveoli
¤
Bronkopnomoni
¤
Daya tahan tubuh menurun, vrulensi kuman meningkat
¤
Radang kronis, lesi dikelilingi oleh jaringan kolagen Fbroblast dan limfosit
¤
Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis caseosa yang disebut lesi primer
¤
Lesi primer mengalami pengapuran dan pencairan serta bronkus. Lesi primer mengisi rongga serta jaringan nekrotik yang sudah mencair keluar bersama dengan batuk
¤
Bila lesi sampai menembus pleura : Effuse Pleura Tuberculosa

( Brunner and Suddart, 2002 : 585 )

E.  Tanda dan Gejala
1.    Secara sistemik tidak terlalu luas tetapi seringkali terlihat pada awal perjalanan penyakit seperti malaise, anoreksia, turunnya panas badan dan berat badan. Pada umumnya febris tidak terlalu tinggi, bersifat remiten dan berkeringat malam hari.
2.    Keadaan paru progresif gejala-gejala lokal seperti
Batuk yang makin melepaskan dan menghasilkan dahak yang makin banyak, serta hemopitisis, selain itu sering timbul nyeri pleura.
3.    Pada tuberkulosa miller terjadi demam akut, sesak nafas, sianosis lebih sering pada orang dewasa atau orang tua, hal ini tampak sebagai penyakit paru yang baru diketahui setelah tiba-tiba memburuk.

F.   Manajemen Medik
Pada stadium dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis hanya dapat dilakukan dengan test tuberkulin, pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan bakteriologik.
Manurut CDC suatu kasus tuberkulus dapat dipastikan bila organisme M. Tuberkulosis dapat didentifikasi, jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberkulosis dianggap benar.
Penatalaksaan pada penderita TBC antara lain :
1.    Obat anti TB (OAT)
Diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.
Pengobatan ada 2 fase yaitu :
a.    Fase awal itensif à dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b.    Fase lanjutan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan konvensional.
c.    OAT yang biasa digunakan antara lain : Isoniazid ( INH ), Rifampisin ( R ), Pirazinamid ( Z ) dan Streptomosin ( S ) yang bersifat bakterisid dan Etambutol ( E ) yang bersifat bakteriostatik.
2.    Pembedahan pada TB paru dilakukan bila tahap pengobatan tidak dapat mengurangi keadaan penderita
3.    Adanya suatu strategi yang disebut DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) yang terdiri dari 5 komponen
a.    Dukungan politik wilayah tiap jenjang untuk memprioritaskan program ini.
b.    Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TBC
c.    Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan.
d.   Pencatatan dengan baik dan benar
e.    Paduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Obat yang digunakan untuk kulit TB dan jangka waktu penggunaan.

G. Data Fokus Pengkajian
1.    Wawancara
Wawancara memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien sendiri atau yang disebut auto anamnesa atau orang terdekat pasien seperti keluarga atau teman dekatnya yang disebut dengan aloanamnesa. Dilakukan melalui percakapan dan pengamatan data dapat dikumpulkan selama satu periode kontak atau lebih dan harus mencakup semula data yang relavan. Pengorganisasian dan perbaikan data ini membantu dalam mengidentifikasi berkelanjutan tentang kebutuhan-kebutuhan perawatan pasien dan diagnosa keperawatan semua pihak dalam proses wawancara harus mengetahui bahwa data yang dikumpulkan digunakan dalam repra pasien.
2.    Pmeriksaan Fisik
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik ynag lengkap manifestasi klinik seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, kelithan dan batuk. Mengharuskan pengkajian fungsi secara lebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekwensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi. Frekuensi dan batuk parah dan nyeri dada dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi napas ( menghilang bunyi bronchial dan broncovesikuler, krekles ) fremitus, egofoni dan hasil pemeriksaan perkusi ( pekak ). Pasien dapat juga mengalami pembesaran nodus limfe yang terasa sangat nyeri. Kesipan emosional pasien untuk belajar, juga persepsi dan pengertian tentang tuberculosis dan pengobatannya juga dikaji. Hasil evaluasi fisik dan laboratorium yang telah diperiksa.
Pada pemeriksaan fisik pasien tuberkulosa dapat ditemukan tanda-tanda :
a.    Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronki basah dll)
b.    Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum
c.    Sekret disaluran nafas dan ronkhi
d.   Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkhus.
3.    Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik termasuk sebagai bagian dari proses pengumpulan data perawat harus waspada terhada hasil pemeriksaan signifikan yang membutuhkan pelaporan pada dokter dan atau melakukan intervensi keperawatan khusus.
Beberapa pemeriksaan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya sangat berguna dalam mengikuti perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi pada banyak kasus hubungan antara pemeriksaan fisik dengan patofisiologi penyakit cukup jelas, tetapi pada kasus lain tidak jelas, hal ini merupakan interelasi antara berbagai organ dan sistem tubuh.
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
1.      Kultur sputum : Positif untuk mycrobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2.      Zieehl – Nelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah ) : Positif untuk basil asam – cepat.
3.      Tes kulit ( PPD, Mantoux, Potongan Vollmer ) : Reaksi positif / area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen ) Menunjukan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi pada pasien yang secara klinis sakit berarti. Bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycrobacterium yang berbeda.
4.      ELISA/ Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
5.      Foto Torax : Dapat menunjukan inflamasi lesi awal pada area paru atas, simpan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
6.      Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urine dan cairan serebospinal, biopsy kulit ) : positif untuk Mycrobacterium tuberculosis.
7.      Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
8.      Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi : Contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
9.      GDA : Dapat normal tergantung lokasi berat dan kerusakan sisa pada paru
10.  Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital ; peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total dan penburunan saturasi oksigen sekunder terahadap infiltrasi parenkim \ fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural ) TB paru kronis luas .
( Marilyn E. Doenges, 2000 : 241 – 242 )

H.  Analisa Data
Diambil menurut data yang ditentukan menurut tahap penyakit dan derajat yang tekena diantara data-data yang diperlukan tersebut dalam menangani penderita TBC dapat diambil hasil pada umumnya sebagai berikut : yaitu kebutuhan sehari-hari terdiri dari :
Aktivitas/istirahat
Gejala : -    Kelelahan umum dan kelemahan
-          Nafas pendek karena kerja
-          Kesulitan tidur pada amlam atau demam malam hari
-          Mengigil atau berkeringat
-          Mimpi buruk
Tanda : -    Takikardi, takipnea/dispnea pada kerja
-          Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

Integritas EGO
Gejala : -    Adanya/faktor stress lama
-          Masalah keuangan, rumah
-          Perasaan tak berdaya/tak ada harapan
-          Populasi budaya/etnik : Amerika asli atau imigran dari Amerika Tengah, Asia Tenggara, Indian anak benua
Tanda : -    Menyangkal
-          Ansietas, ketakutan mudah terangsang

Makanan /cairan
Gejala : -    Kehilangan nafsu makan
-          Tidak dapat mencerna
-          Penurunan berat badan
Tanda : -    Turgor kulit nuruk, kering/kulit bersisik
-          Kehilangan otot/hilang lemak subkutan

Nyeri/kenyamanan
Gejala : -    Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : -    Berhati-hati pada area yang sakit
-          Perilaku distraksi, gelisah

Pernafasan
Gejala : -    Batuk produktif atau tak produktif
-          Nafas pendek
-          Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : -    Peningkatan frekuensi pernafasan
-          Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi pleura)
-          Perkusi pekak dan penurunan fremitur, bunyi nafas tabuler, krekels tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
-          Karakteristik sputum : hijau/purulen, mikoid kuning atau bercak darah.
-          Deviasi trakeal
-          Tak perhatian, mudah terangsang, perubahan mental


Keamanan
Gejala : -    Adanya kondisi penekanan imun, AIDS, kanker tes HIV positif
Tanda : -    Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi Sosial
Gejala : -    Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular
-          Perubahan pola biasa dalam tawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : -    Riwayat keluarga TB
-          Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
-          Gagal untuk membaik/kambuhnya TB
-          Tidak berpartisipasi dalam terapi

I.     Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.      Diagnosa Keperawatan :  Resiko tinggi terjadinya infeksi
Faktor resiko meliputi :
-          Pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia/statis sekret
-          Kerusakan jaringan/tambahan infeksi
-          Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi
-          Malnutrisi
-          Terpajan lingkungan
-          Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patigen
Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
2.      Diagnosa keperawatan “Bersihkan jalan nafas, tak efektf”
Dapat dihubungkan dengan :
-          Sekret kental, atau sekred darah
-          Kelamahan, uapaya batuk buruk
-          Edema trakheal/faringeal
Kemungkinan dibuktikan oleh : frekuensi pernafasan tak normal (ronki, mengi), stridor dispnea.
3.      Diagmsa keperawatan “ Resiko tinggi terjadinya kerusakan terhadap ….”
Faktor resiko meliputi :
-          Penurunanpermukaan efektif paru, atelektasis
-          Kerusakan membran alveolar kapiler
-          Sekret kental, tebal
-          Edema bronkial
Kemungkinan dibutuhkan oleh à (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa aktual)
4.      Diagnosa keperawatan : “ Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan anoreksia “
Sehubungan dengan :
-          Kelemahan
-          Sering batuk/produksi sputum, dispnea
-          Anoreksia
-          Ketidakcukupan sumber keuangan
Kemungkinan dibuktikan oleh : Berat badan di bawah 10%-29% ideal untuk bentuk tubuh dan berat; melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi, pengecap, tonus otot buruk.

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :
1.    Bersihkan jalan napas tak efektif sehubungan dengan produksi secret yang berlebihan, secret darah
2.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan anoreksia
3.    Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan antigen kurang pengetahuan untuk menghindari pembentukan antigen.

J.    Perencanaan
1.    Tujuan
a.    Dx : Bersihkan jalan nafas tak efektif
Tujuan :
-     Mempertahankan jalan nafas pasien
-     Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
-     Menunjukan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan kebersihan jalan nafas
-     Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi
-     Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Tindakan :
-     Mandiri:
1)   Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori
2)   Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa atau batuk efektf : Catata karakter, jumlah sputum adanya hemoptisis
3)   Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam
4)   Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan
5)   Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
-     Kolaborasi :
1)   Lembabkan udara/oksigen inspirasi
2)   Beri obat-obatan sesuai indikasi, agen mukolitik cth (mucomyst), bronhodilator dll
3)   Bersiap untuk membantu intubasi darurat
Rasionalisasi Tindakan :
-     Mandiri :
1)   Penurunan bunyi nafas menunjukan adelektasis ronki, mengi, menunjukan akumulasi sekret/ketidak mampuan untuk membersihkan jalan nafas.
2)   Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental dll.
3)   Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
4)   Mencegah obstruksi/aspirasi
-     Kolaborasi :
1)   Mencegah pengeringan membran mukosa
2)   Agen mukolitik menurunkan kekentalan
3)   Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring/perdarahan paru akut.
b.   Diagnosa : Infeksi Resiko Tinggi
Tujuan :
-       Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebarab infeksi.
-       Menunjukan teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman
Tindakan :
-       Mandiri
1)   Kji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin , meludah, bicara, tertawa, menyanyi.
2)   Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman
3)   Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah, kaji pembuangan tisu.
4)   Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
5)   Awasi suhu sesuai indikasi
6)   Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulan TBC.
7)   Tekankan pentingnya tidak menghentikan therapi obat
8)   Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya therapi
9)   Dorong memilih atau mencerna makanan seimbang berikan makanan kecil sering dan makanan besar yang lezat.


-       Kolaborasi
1)   Berikan agen anti infeksi cth isoniazid, estambuthal
2)   ASI/ALT
3)   Laporkan ke departemen kesehatan lokal
c.    Diagnosa Keperawatan : “Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh”
Tujuan :
-       Menunjukan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai normal dan bebas tanda malnutrisi.
-       Melakukan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.
Tindakan :
-       Mandiri
1)   Catat status nutrisi, turgor kulit, BB dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah/diare.
2)   Pastikan pola diet biasa pasien
3)   Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik selidiki anoreksia mual dan muntah
4)   Dorong dan berikan periode istirahat sering
5)   Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
6)   Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi karbohidrat dan protein
-       Kolaborasi :
1)   Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
2)   Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
3)   Awasi pemeriksaan laboratotium, contoh BUN protein serum dan albumin.
4)   Berikan antipiretik tepat

Rasionalisasi:
Mandiri
-       Membantu dalam mebfidentifikasi kebutuhan atau kekuatan khusus
-       Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
-       Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasikan area pemecahan masalah
-       Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam
-       Menurunkan rasa tak enak, karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
-       Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu atau kebutuhan energi dari makan-makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.



















DAFTAR PUSTAKA


-          Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2001.
-          Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, 1992
-          Masjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta, FKUI Media Aesculapius, 2000.
-          Price, Sylvia A. dkk; Patofisiologi Edisi 4. jakarta, EGC, 1995
-          Swearingen; Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2, Jakarta EGC, 2001.