Saturday, December 7, 2013

LPK BRONKHITIS



LAPORA

1.       Pengertian
a.  Pengertian Brokhitis
Bronkhitis adalah peradangan pada saluran pernafasan besaryang meliputi trakhea,bronkhus ukuran besar dan sedang (Endy Paryanyo P).
Bronkhitis adalah suatu peradangan infeksi dari bronkhioli,bronkhus dan trakhea olh berbagai sebab.(Kapita Selekta Kedokteran,Edisi ke 2,1982:206)
Bronkhitis Akut adalah peradangan atau infeksi pada bronkhus yang terjadi secara akut.
Bronkhitis kronik adalah peradangan atau infeksi pada bronkhus yang terjadi secara berulang-ulang dengan serangn batuk dan produksi sputum kurang lebih 100 cc/hari.Serangn ini tidak kurang dari 3 bulan dalam setahun dan berlangsung 2 tahun berturut-turut.                                                                                                                                                                                                                                                .

2. Anatomi Fisiologi dan Partograf
          a. Anatomi dan Fiasiologi
Peran sistem pernafasan adalah untuk mengelola pertuykaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah.
Paru-paru terletak pada rongga dada dengan dasarnya menghadap ke tengah rongga dada. Pada bagian tengah terdapat hilus dan mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura dibagi menjadi dua bagian yaitu viserale dan parietale. Paru-paru merupakan organ yang elatis berbentuk kerucut yang terdiri dari gelombang gas/alveoli. Gelembung alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan ondotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah dan jaringan.
Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe masuk ke hilus dan menmbentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar dari pasa paru-paru kiri. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interkostalis dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkhusnya. Paru kanan terdiri dari sepuluh segmen dan paru kiri terdiri dari sembilan segmen (Sylvia A. Price, 1998 : 647).
Ada tiga proses dalam respirasi yaitu ventilasi, perfusi dan difusi. Ventilasi yyaitu keluar masuknya udara melalui trakheo brankheal sehingga oksigen sampai ke alveoli dan karbon dioksida dibuang, perfusi adalah O2 dan CO2 yang keluar masuk aliran darah dalam kapiler paru/jaringan. Difusi adalah pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan kapiler paru. Medula obllongata mengatur tekanan CO2, tekanan O2 dan keasaman daerah arteriol, sedangkan pons bertanggung jawab dalam memelihara ritme pernafasan (Sylvia A.Price, 1998 : 647)



c. Partograf









 

















3.       Etiologi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberkulosis yang berbentuk lkuman batang tahan asam yang biasanya ditularkan melalui inhalsi percika ludah (dropet) orang ke orang, mengkolonisasi bronkhiolus/alveolus (Elizabeth J. Corwin, 2000 : 414)
c.  Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk untuk memperoleh data objektif yang dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara menyeluruh atau Head To Toe dengan melakukan pendekatan pengkajian sistem tubuh. Tetapi difokuskan pada sistem pernafasan. Tanda-tanda yang dapat ditemukan : peningkatan frekeunsi pernafasan, tanda-tanda redup, ronkhi basah, bronkhial, ada penarikan otot-otot pernafasan, sekret disalurkan pernafasan, suara krekles karena danya kavitas yang berlangsung pada bronkhus. (Arief manjoer, 1999 : 472)
d.  Data Bilogis
1)      Pola nutrisi dan cairan yang ditandai dengan kehilangan nafsu makan, anoreksia, berat badan menurun, turgor kulit buruk. (Marilyn Doenges, 1999 : 240)
2)      Pola Eliminasi
3)      Pola istirahat dan tidur, adanya kesulitan tidur malam hari karena demam, menggigil atau berkeringat (Marilyn Doenges, 1999 : 240)
d)      Pola Personal Hygiene
e)      Pola aktivitas sehari-hari yang ditandai dengan keletihan dan kelemahan otot (Marilyn Doenges, 1999 : 240)
e.  Data Psikologis
Apakah ada faktor stress lama, perasaan tidak berdaya, takut, cemas mudah terangsang ? (Marilyn Doenges, 1999 : 240)
f.  Data Sosial
Apakah ada perasaan terisolasi karena penyakit menular ? (Marilyn Doenges, 1999 : 240)
g.  Data Spiritual
Data spitirual meliputi bagaimana keyakinan klien tentang penyakitnya ? bagaimana hubungan klien dengan Tuhannya ? (Nasrul Effendy, 1995)
h.  Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Elizabeth J. Corwin, 2000 : 416, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan yaitu :
1)      Uji kulit positif tuberkulosis memperlihatkan imunitas seluler dan membuktikan bahwa saluran nafas bawah pernah terpajan basil
2)      Biarkan sputum dari pasien dengan infeksi aktif akan mmperhatikan basil
3)      Pemeriksaan sinar X akan memperhatikan pembentukan tuberkel lama dan baru
4)      Pemeriksaan laboratorium darah adanya peningkatan lekosit dan laju endap darah dari nilai normal




Menurut Marilyn E. Doenges, 1999 : 241-242, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita tuberkulosis yaitu :
1)      Kultur sputumn positif untuk tuberkulosis aktif
2)      Ziehl neelsen positif untuk basil asam cepat
3)      Tes tuberkulin reaksi positif menunjukkan penyakit aktif
4)      Foto thorax dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas
5)      Pemeriksaan analisa gas darah dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan paru
Menurut Arief manjoer, 1999 : 472, yaitu foto thorax lateral, gambaran foto yang menunjang diagnosis :
1)      Bayangan lesi terletak pada lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
2)      Bayangan berawan atau bercak
3)      Adanya kavitas tunggal atau ganda
4)      Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
5)      Pada awal penyakit berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas, pada yang lebih lanjut becak-bercak speerti awan menjadi lebih tegas.
i.   Terapi
Menurut  Arief Manhoer, 1996 : 474-476, bahwa obat yang diberikan pada penderita tuberkulosisi adalah isoniazid, rifamfisin, ethambutjol, pyrazinamid, streptomisin, amino glikosida, golongan tiamid, sikloserin, asam para amino salisilat.

B. Konsep Dasar Proses Keperawatan
Dasar keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah itu melalui penerapan lima tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Carol V Allen, 1998 : 21)
1.             Pengakajian
Pengakjian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkjan datra dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001 : 17)
a.    Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematis tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien, datadiperoleh dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat dan rekam medik.
b.    Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengakaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep terori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nasrul Effendi, 1995 : 24).
Masalah ditemukan pada klien tuberkulosisi yaitu aktivitas dan istirahat, nutrisi dan cairan, integritas ego, pernafasan dan penyuluhan (Marilyn E. Doenges, 1998 : 240)

2.             Diagnosa Keperawatan
Diagnosa kepearwatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehtan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001 : 41)
Diagnosa yang muncul pada pasien Tuberkulosisi paru yaitu :
a.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan pada alveolus
b.    Ketidakefektifan pola pernafsan yang berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk
c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan meningkatnya metabolisme dan penurunan nafsu makan
d.   Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
e.    Resiko tinggi penyebaran infeksi sekunder berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, cara perawatan dan pencegahan (Marilyn E. Doenges, 1998 : 242-244)
3.             Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan  adalah pengkajian yang sistematis, identifikasi masalah, penentuan tujuan, pelaksanaan dan cara atau strategi
a.    Diagnosa I pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan pada alveolus
Intervensi :
·      Kaji dan pantau frekuensi serta kualitas pernafasan
·      Kaji warna kulit, penggunaan otot aksesoris pernafasan
·      Auskultasi bunyi nafas, catat peningkatan atau penurunan ronkhi, krekles
·      Baringkan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan fungsi paru
·      Pantau pemeriksaan gas darah, laporkan tanda kemajuan hipoksemia
·      Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
·      Pantau hasil pemeriksaan rongga dada
·      Bantu dan ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
·      Berikan vaso dilator sesuai indikasi
Kriteria hasil :
·      Pasien mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
·      Gas darah dalam batas yang dapat diterima
·      Bunyi paru menunjukkan peningkatan (Tucker et al, 1998 : 256)
b.    Diagnosa II ketidak efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk
Intervensi :
·      Kaji kulaitas dan ke dalamn pernafsan, ada penggunaan otot pernafasan, catat setiap perubahan pernafasan
·      Kaji kualitas sputum : warna, bau, konsistensi
·      Auksultasi bunyi nafas tiap 4 jam
·      Atur posisi klien semi fowler
·      Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk efektif dan nafas dalam setiap 2 jam samapai 4 jam sekali
·      Instruksikan pasien untuk menekan dada agar batuk menjadi lebih produktif dan efektif
·      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
·      Berikan oabat-obatan sesuai indikasi
·      Berikan dorongan untuk banyak minum
Kriteria hasil :
·      Pasien mempertahankan pola pernafsaan yang efektif
·      Frekeunsi, irama dan kedalam pernafsan seimbang
·      Dispneu berkurang (Tucker et al, 1998 : 258)
c.    Diagnosa III nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keletihan, anoreksia dan dispneu
Intervensi :
·      Dapatkan berat badan saat masuk dan pantau setiap hari
·      Kaji status nutrisi
·      Pantau intake dan output makanan
·      Pertahankan diit tinggi kalori protein dengan makan sedkit-sedikit tapi sering
·      Atur posisi semi fowler saat makan untuk mengurangi sipneu
·      Dorong makan dalam porsi kecil tapi sering
·      Berikan pearwatan mulut sebelum dan sesudah makan
·      Pantau adanya anoreksia, mual dan muntah
Kriteria hasil :
·      Pasien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat
·      Berat badan tetap stabil dalam batasan normal  (Tucker et al, 1998 : 258)
d.   Disgnosa IV kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi
Intervensi :
·      Kaji tingkat pengetahuan mengenai proses penyakit, kecemasan dan salah persepsi
·      Jelaskan sifat penyakit, cara perawatan, tujuan pearwatan dan tujuan pengobatan serta prosedur pengobatan
Kriteria hasil :
·      Klien  memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuan mengani perawatan diri
·      Mengetahui penatalaksanaan perawatan diri (Tucker et al, 1998 : 258)
e.    Diagnosa V resiko tinggi penyebaran berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, cara perawatan dan cara pencegahan infeksi sekunder
Intervensi :
·      Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan isolasi pernafasan, hindari kontak langsung dengan sputum sampi tingkat pengobatan selesai
·      Ajarkan pasien agar tidak batuk atau bersin ditutup, memalingkan kepala saat bersin dan batuk, membuang tisu dengan tepat, membuang dahak di tempat yang tertutup, menggunakan masker bila tidak mampu melakukan instruksi
·      Jelaskan pentingnya pearwatan rawat jalan
·      Jelasakan apabila timbul kembali
·      Jelaskan tentang pentingnya untuk tidak menghentikan obat-oabtan anti tuberkulosis sampai diinstruksikan oleh dokter
Kriteria hasil :
·      Pasien mengalami penurunan resiko untuk menularkan penyakit kepada orang lain
·      Penyebaran infeksi tidak terjadi  (Tucker et al, 1998 : 258)
4.             Implementasi
Implemntasi adalah inisiatif untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dan membantu klien  mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001 : 63)
5.             Evaluasi
Menurut Nursalam, 2001 evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Menurut Nasrul Effendi, 1995, Catatan perkembangan adalah pencatatan pasien yang berisi hasil dari tindakan yang telah dievaluasi dan telah dilaksanakan sesuai intervensi yang direncanakan. Catatan ini berisi data dan topik masalah informasi yang dicatat dalam SOAPIER
Keterangan :



S          : Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien
O         : Objektif adalah informasi yang didapat berdasdarkan pengamatan dan pemeriksaan fisik
A         : Assesment adalah analisa mengenai masalah klien
P          : Planning adalah rencana tindakan yang disesuaikan dengan masalah klien
I          : Implementasi adalah pelaksanaan yang telah direncanakan
E         : Evaluation adalah penilaian dari hasil tindakan yang telah dilakukan
R         : Reassesment adalah mengkaji ulang tindakan yang belum tercapai