Sunday, September 8, 2013

MATERI KULIAH WSD ( WATER SEAL DRAINAGE )

 

MATERI KULIAH
WSD ( WATER SEAL DRAINAGE )

BY PUT

Pengertian :
Tindakan invasif mengeluarkan udara, cairan ( darah, pus ) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

1.    Indikasi :
    Pneumotoraks, hemotoraks, empyema
    Bedah paru : ena ruptur pleura,reseksi segmental misalnya pada tumor, TBC
    Mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.
Prinsip kerja WSD
1.    Gravitasi     :
2.    Tekanan positif    : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ). Akhir           pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )
3.    Suction
Jenis WSD
1.    Satu botol
    Penutup mempunyai dua lobang,
    satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.
    Keuntungannya adalah :
-    Penyusunannya sederhana
-    Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya adalah :
-    lebih banyak kekuatan yang diperlukan
-    tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
-    drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase
2.    Dua botol
    botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal.
    Suction dilakukan pada segel botol dalam air dg menghubungkan ke ventilasi udara.
Keuntungan :
-    Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
-    Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

Kerugian :
-    Menambah areal mati pada sistem drainage
-    Tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
-    Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.

2.    Tiga botol
    botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol.
    Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air.
Keuntungan :
-    sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
Kerugian :
-    Lebih kompleks, resiko kesalahan tinggi
-    Sulit dan kaku untuk ambulansi

3.    Unit drainage sekali pakai

    Pompa penghisap Pleural Emerson
    Umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding.
    Dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungan :
-    Plastik dan tidak mudah pecah
Kerugian :
-    Mahal
-    Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.

    Fluther valve
Keuntungan :
-    Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
-    Tidak ada masalah dengan penguapan air
-    Penurunan kadar kebisingan
Kerugian :
-    Mahal
-    Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

    Calibrated spring mechanism
Keuntungan :
-    Mampu mengatasi volume yang besar
Kerugian
-    Mahal

Tempat pemasangan WSD
1.    Bagian apeks paru ( apikal )
2.    Anterolateral ic 1- 2  udara bagian basal
3.    Posterolateral ic 8–9 mengeluarkan cairan

Persiapan pemasangan WSD
    Perawatan pra bedah
1.    Pengetahuan pasien mengenai prosedur.
2.    Menerangkan tindakan bedah dan pasca bedah
3.    Menerangkan & prognosa pembedahan.
4.    Mengajari pasien latihan mobilitas pasca bedah.
    Persiapan alat
1.    Sistem drainase tertutup
2.    Motor suction
3.    Selang penghubung steril
4.    Cairan steril : NaCl, Aquades
5.    Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6.    Kassa steril
7.    Pisau jaringan
8.    Trocart
9.    Benang catgut dan jarumnya
10.    Sarung tangan
11.    Duk bolong
12.    Spuit 10 cc dan 50 cc
13.    Obat anestesi : lidocain, xylocain
14.    Masker

    Perawatan pasca bedah
1.    Perhatikan undulasi pada selang WSD
2.    Observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
3.    Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi
4.    Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman
5.    Jaga slang dalam kondisi
6.    Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7.    Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan yang dibuang
8.    Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran
9.    Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis, empisema.
10.    Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif
11.    Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

Bila undulasi tidak ada karena beberapa kondisi dapat terjadi:
1.    Motor suction tidak jalan
2.    Selang tersumbat atau terlipat
3.    Paru-paru telah mengembang

Cara mengganti botol WSD
1.    Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
2.    Selang WSD diklem
3.    Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
4.    Amati undulasi dalam selang WSD.

Indikasi pengangkatan WSD
1.    Paru-paru sudah reekspansi 
-    Tidak ada undulasi
-    Tidak ada cairan yang keluar
-    Tidak ada gelembung udara yang keluar
-    Tidak ada kesulitan bernafas
-    Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

2.    Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada selang.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WSD

1.    Pengkajian
a.    Sirkulasi
-    Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
-    Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
-    Hipertensi / hipotensi
b.    Nyeri
Subyektif :
-    Nyeri dada sebelah
-    Serangan sering tiba-tiba
-    Nyeri bertambah saat bernafas dalam
-    Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut
Obyektif
-    Wajah meringis
-    Perubahan tingkah laku
c.    Respirasi
Subyektif :
-    Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma
-    Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
-    Kesulitan bernafas
-    Batuk
Obyektif :
-    Takipnoe
-    Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal.
-    Fremitus fokal
-    Perkusi dada : hipersonor
-    Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
-    Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
d.    Rasa aman
-    Riwayat fraktur / trauma dada
-    Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e.    Pengetahuan
-    Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
-    Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.

2.    Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Dx.1. Gangguan pertukaran gas berhubungan  dengan :
-    Penurunan ekspansi paru
-    Penumpukan sekret / mukus
-    Kecemasan
-    Proses peradangan
Kriteria evaluasi
-    Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya sianosis, gejala hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal.

Intervensi keperawatan dan rasionalisasi
Independen
a.    Identifikasi faktor presipitasi, misal :
-    Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari mekanik pernafasan
Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk mempersiapkan WSD pada ( hemo/pneumotoraks ) dan menentukan untk terapi lainnya.
b.    Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada, dispnoe, kaji kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital signs.
Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri.
c.    Auskultasi bunyi pernafasan
-    Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya lobus, segmen, dan salah satu dari paru-paru
-    Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi bila hanya sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar dengan jelas.
-    Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada tidaknya atelektasis paru.
d.    Catat pergerakan dada dan posisi trakea
Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi tidak sama dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan peumotoraks.
e.    Kaji fremitus
Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang terisi cairan dan adanya pemadatan jaringan
f.    Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu batuk dan nafas dalam
Dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga dapat batuk efektif dan mengurangi trauma
g.    Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari kaki
-    Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara yang ada di dalam rongga pleura
-    Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara bertahap dan beri penguatan setiap kali pasien mampu melaksanakannya.
Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-paru dan ventilasi.
h.    Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan mempertahankan sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol dengan nafas dalam.
Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan dan efek psikologi dari hipoksia.

Bila WSD terpasang
    Cek ruang kontrol suction untuk jumlah cairan yang keluar dengan tepat ( untuk batas air dinding regulator terpasang dengan benar ).
Mempertahankan tekanan negatif intra pleural dengan mempertahankan ekspansi paru secara optimal atau dari drainage cairan.
    Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan pada batas yang telah ditetapkan.
Cairan dalam botol WSD untuk mencegah terjadi tekanan udara dalam rongga pleura pada waktu suction  tidak digunakan dan sebagai alat untuk evaluasi apakah sistem drainage berfungsi atau tidak.
    Observasi gelembung udara pada botol WSD
-    Gelembung udara merupakan udara yang keluar akibat adanya reflek ekspansi pada pneumotoraks. Gelmbung udara biasanya terjadi sebagai akibat dari penurunan pengembangan paru atau terjadi selama ekspansi atau batuk pada fungsi rongga pleura menurun.
-    Tidak ditemukannya gelembung udara berarti ekspansi paru normal atau terjadi hambatan seperti obstruksi pada selang.
    Evaluasi gelembung udara yang terjadi.
Dengan suction yang terpasang dapat mengidikasikan adanya kebocoran udarayang menetap mungkin dari pneumotoraks yang luas, luka insersi dari selang atau dari sistem WSD.
    Tentukan lokasi kebocoran pada pasien atau WSD ( dengan memasang klem pada selang kateter toraks distal ) dengan sedikit ditarik keluar.
Apakah bubbling terhenti ketika kateter di klem, maka kebocoran terjadi pada klien.
    Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
Rongga WSD menunjukkan adanya tekanan intra pleura dimana terjadi perbedaan tekanan pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Perbedaan tersebut normal 2 – 6 cm.
    Monitor untuk undulasi abnormal dan catat apabila ada perubahan yang menetap atau sementara.
Peningkatan fluktuasi tidak terjadi pada saat batuk. Bila terjadi obstruksi menunjukkan adanya pneumotoraks yang luas sehingga peningkatan tersebut akan berlangsung secara terus menerus.
    Atur posisi sistem drainage agar berfungsi seoptimal mungkin, misalnya sisakan panjang selang pada tempat tidur, yakinkan bahwa selang itu tidak kaku dan menggantung di atas WSD, keluarkan akumulasi cairan bila perlu.
Bila posisi tidak baik, menekuk atau adanya akumulasi cairan akan mengakibatkan tekanan berkurang pada wSD dan mengurangi pengeluaran udara dan cairan berkurang.
    Evaluasi apakah perlu tube tersebut dilakukan pengurutan
Menarik / menekan diperlukan untuk mengeluarkan gumpalan darah / eksudat drainage.
    Tekan selang dengan hati-hati pada setiap kali melakukannya, jangan sampai mempengaruhi tekanan yang ada.
Penarikan biasanya dirasakan kurang nyaman oleh pasien sebab akan mempengaruhi tekanan intra toraks yang menyebabkan batuk dan nyeri dada. Penarikan yang salah dapat menimbulkan trauma /injury misalnya; invaginasi jaringan, kolaps jaringan di sekitar kateter atau perdarahan dari dinding kapiler.

Bila WSD tidak terpasang
    Perhatikan adanya tanda-tanda respirasi distress kemudian hubungkan toraks kateter dengan selang suction. Perhatikan tehnik aseptik. Apabila kateter tercabut, tutup luka insersi dengan dressing dengan sedikit tekanan dan segera lapor ke dokter.
Dapat terjadi pneumotoraks

Setelah selang dilepas
    Observasi tanda dan gejala bila kemungkinan terjadi kembali pneumotoraks seperti nafas pendek, mengeluh nyeri. Tutup luka dengan dressing steril, observasi keadaan luka.
Deteksi dini dari adanya komplikasi sangat penting, misalnya pneumotoraks kembali / infeksi.

Kolaborasi
    Lakukan fototoraks ulang
Untuk memonitor terjadinya hemo/pneumotoraks dan pengembangan paru.
    Periksa ulang analisa gas darah, tekana O2 dan tidal volume.
Mengetahui pertukaran gas dan ventilasi untuk menentukan therapi selanjutnya.
    Perhatikan apabila membutuhkan penambahan O2
Merupakan alat bantu pernafasan, mencegah terjadinya respiratory distress syndrom dan sianosis akibat hipoksemia.

Dx 2. Injuri, potensial terjadi trauma / hypoksia sehubungan dengan ; pemasangan alat WSD, kurangnya pengetahuan tentang WSD ( prosedur dan perawatan )
Kriteria evaluasi :
-    mengenal tanda-tanda komplikasi
-    pencegahan lingkungan / bahaya fisik lingkungan

Intervensi perawatan dan rasionalisasi
Independen
a.    Review dengan pasien akan tujuan / fungsi drainege, catat/ perhatikan tujuan yang penting dalam penyelamatan jiwa
Informasi tentang kerja WSD akan mengurangi kecemasan
b.    Fiksasi kateter thoraks pada didnding dada dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat bergerak atau tidak terganggu pergerakannya.
Mencegah lepasnya kateter dan mengurangi nyeri akibat terpasangnya kateter dada
Perhatikan bahwa sambungan selang kateter dengan WSD aman
Mencegah lepasnya sambungan selang
Lapisi dengan kasa pada insersis kateter
Mencegah iritasi kulit
c.    Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan aman dengan meletakkannya ebih rendah dari bed pasien di lantai atau troli.
Mempertahankan posisi gaya gravitasi dan mengurangi resko kerusakan ataupun pecahnya unit WSD
d.    Lengkapi dengan alat transportasi yang aman bila dibawa ke lain unit untuk pemeriksaan diagnostik
-    Sebelum berangkat cek WSD, batas cairan, ada tidaknya gelembung, undulasi ( derajat dan waktunya )
-    Yakinkan chest tube dapat di klem atau dilipat dari suction / WSD
Mempertahankan berlangsungnya pengeluaran cairan / udara secara optimal selama transportasi bila pengeluaran cairan dari rongga dada banyak kateter jangan di klem, suction jangan dicabut sebab dapat mengakibatkan adanya akumulasi cairan / udara sehingga timbul gangguan respirasi.
e.    Monitor insersi kateter pada dinding dada, perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter drainage. Ganti dressing dengan kassa steril setiap kali diperlukan.
Untuk mengetahui keadaan kulit seperti infeksi, erosi jaringan sedini mungkin
f.    Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari tekanan, misalnya tertindih tubuh.
Mengurangi resiko obstruksi drain atau lepasnya sambungan selang.
g.    Kaji perubahan yang terjadi, catat ; beri tindakan perawatan jika :
-    perubahan suara bubling
-    kebutuhan O2 yang tiba-tiba
-    nyeri dada
-    lepasnya selang
Intervensi yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi
h.    Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress bila kateter thoraks tercabut.
Pneumothoraks dapat terjadi sehingga timbul gangguan fungsi pernafasan yang memerlukan tindakan emergency

Dx 3. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi
Kriteria evaluasi :
-    Menyebutkan penyebab penyakit
-    Dapat mengidentifikasi tanda / gejala untuk perawatan / pengobatan lebih lanjut
-    Mengikuti program therapi dan menunjukkan adanya perubahan pola hidup untuk mencegah timbulnya / kambuhnya penyakit.

Intervensi keperawatan dan rasionalisasi
Independen
a.    Review patologi penyakit dengan klien
Informasi dapat menurunkan kecemasan / ketakutan akibat ketidak tahuan. Pengetahuan mendasari pemahaman akan keadaan adan pentingnya intervensi therapiutik.
b.    Identifikasi adanya kekambuhan penyakit / komplikasi
Penyakit paru COPD + malignant merupakan penyebab terjadinya kekambuhan penyakit. Pada klien sehat tapi menderita spontaneus pneumotoraks kekambuhan berkisar 10 – 15%, yang sudah kambuh dua kali resiko untuk menderita kembali sekitar 60%.
c.    Review tanda dan gejala yang perlu tindakan medis segera; nyeri dada tiba-tiba, dispnoe, distress respiratory.
Kambuhnya pneumo/hemothoraks memerlukan tindakan medis untuk mencegah/mengurangi terjadinya komplikasi
d.    Review pentingnya pola hidup sehat ; nutrisi adekuat, istirahat, latihan.
Mempertahankan kesehatan secara umum dan mencegah terjadinya kekambuhan.














MATTUUR NUWUN

No comments:
Write komentar

E-learning

Produk Rekomendasi