BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK V USIA PRA SEKOLAH
(4 TAHUN) DENGAN ANEMIA DAN KEP DI RUANG PERAWATAN IV
RUMAH SAKIT
DUSTIRA
CIMAHI
A.
Konsep Dasar Penyakit Anemia dan KEP
1.
Anemia
a.
Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau hitung
eritosit lebih rendah dari harga normal (Kapita
Selekta, 2001;547).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Marilynn E. Doenges, 1999
; 569).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam
1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (Packed Red
Cells Volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah,
1997 ; 358).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anemia adalah
suatu kekurangan jumlah sel darah merah atau kekurangan jumlah hemoglobin yang
ada di dalamnya.
b. Anatomi Fisiologi Darah
1) Anatomi Darah
Darah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah, warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung pada banyaknya
O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2
warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan
bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme
di dalam tubuh.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau
pompa jantung dan selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,
tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus, dan keadaan ini
sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah (Syaifuddin, B.Ac. 1997 ; 58).
a)
Volume darah atau banyaknya darah
Jumlah total darah bervariasi dengan umur, jenis kelamin, berat badan,
bentuk badan dan faktor lain. Terdapat sedikit variasi dalam volume darah dari
orang yang sehat dalam masa yang panjang, kendatipun setiap komponen darah
senantiasa dalam keadaan aliran yang terus menerus.
Untuk neonatus volume darah adalah 85 ml/kg berat badan, sementara untuk
bayi adalah 80 ml/kg berat badan. Pada anak-anak volume darah rata-rata adalah
sekitar 75 ml/kg berat badan dan pada orang dewasa adalah 80 sampai 85 ml/kg
berat badan (Rosa M. Sacharin, 1994;406).
b)
Bagian-bagian Darah
(1)
Air : 91%
(2)
Protein : 3% (Albumin, globumin, protombin, fibrinogen)
(3)
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi).
(4)
Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino).
Jika darah dilihat begitu saja maka merupakan zat cair yang warnanya
merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka dalam darah terdapat
benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah. Sedangkan cairannya
berwarna kekuning-kuningan disebut plasma, jadi darah terdiri dari 2 bagian
yaitu :
(1)
Sel-sel darah ada 3 macam yaitu :
(a)
Eritrosit (sel darah merah)
(b)
Leukosit (sel darah putih)
(c)
Trombosit (sel pembeku darah)
(2)
Plasma darah
(Syaifuddin, B.Ac, 1997 ; 59).
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
Gambar 2.1
Sel-sel Darah Manusia
2)
Fisiologi Darah
Fungsi darah terdiri atas :
a) Sebagai alat pengangkut yaitu :
(1) Mengambil O2 atau
zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
(2) Mengangkat CO2
dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
(3) Mengambil zat-zat makanan
dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan atau alat
tubuh.
(4) Mengangkat atau mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan
ginjal.
b) Sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan
perantaraan leukosit, anti body atau zat-zat anti racun.
c) Menyebarkan panas ke seluruh
tubuh
(Sayifuddin, B.Ac, 1997 ; 59)
Ringkasan
fungsi darah menurut Evelyn A. Pearce,
yaitu :
a) Bekerja sebagai sistem transpor
dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat-zat makanan yang
diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan
menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain.
b) Sel darah merah mengantarkan
oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbondioksida.
c) Sel darah putih menyediakan
banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari beberapa sel maka
melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d) Plasma membagi protein yang
diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena
melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan
untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
e) Hormon dan enzim diantarkan
dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
3) Sirkulasi
Darah
pembuluh
darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a) Arteri
Pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstra menuju
ke paru-paru. Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru
kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b) Vena
Pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke
jantung bagian atrium sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak mengandung
O2.
Pembuluh darah pada peredaran darah besar, yaitu : aorta, merupakan
pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung bagian ventrikel
sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang melalui radiks
pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diapragma
lalu menurun ke bagian perut.
Jalannya arteri terbagi atas 3 bagian :
a) Aorta
asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya + 5 cm, cabangnya
arteri koronaria masuk ke jantung.
b) Arkus
aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung ke arah kiri, di depan trakea sedikit
ke bawah sampai vena torakalis IV. Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika
atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra dan arteri karotis komunis
sinistra.
c) Aorta
desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai
vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
a) Aorta
torakalis, dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai dinding toraks dan alat-alat viseral yang ada di rongga
toraks.
b) Aorta
abdominalis, pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis dekstra
dan arteri iliaka komunis sinistra.
Percabangannya sampai dinding perut dan alat dalam rongga perut, panggul,
dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel dekstra Ã’ valvula semilunaris Ã’ arteri pulmonalis Ã’ paru-paru kiri dan kanan Ã’ vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra Ã’ valvula semilunaris aorta
Ã’ aorta Ã’ arteri Ã’ arteriole Ã’ kapiler arteri Ã’ kapiler vena Ã’ venolus Ã’ vena kava Ã’ atrium dekstra.
Gambar 2.2
Sirkulasi Peredaran Darah Besar Dan
Kecil
c. Patofisiologi anemia
1) Patofisiologi anemia terdiri
dari :
a) Penurunan produksi : anemia
defisiensi, anemia aplastik dll.
b) Peningkatan penghancuran :
anemia karena perdarahan, anemia hemolitik dll.
(Kapita Selekta, 2001 ;
547)
2) Macam-macam anemia menurut
penyebabnya
a) Dyshaemopoetisch aneamia
Anemia yang
disebabkan produksi erythrocyt berkurang
b) Haemolytisch aneamia
(1) Erythrocyt kurang baik (umurnya
pendek)
(2) Racun haemolitis, aglutinin
(Penggumpalan darah)
c) Post haemorrhagic aneamia
Aneamia akibat
perdarahan
d) Perniciosa aneamia
Aneamia karena
kekurangan vitamin B12
e) Idiophatis aneamia
Aneamia yang
tidak diketahui sebabnya.
d.
Manifestasi Klinik
1)
Lekas lelah
2)
Sering pusing kepala
3)
Penglihatan berkunang-kunang
4)
Jantung berdebar-debar
5)
Pucat, dapat dilihat pada bibir, kuku, conjungtiva
6)
Pemeriksaan laboratorium menunjukan Hb atau erythrocyt rendah dari
normal.
(FKPP SPK Se. Jawa Barat, 1997 ; 74).
e.
Etiologi
1)
Diet yang tidak mencukupi
2)
Absorpsi yang menurun
3)
Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
4)
Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5)
Hemoglobinuria
f.
Management medik secara umum
1)
Medik
a)
Konsul
b)
Transfusi darah
c)
Obat-obat vitamin, lever injeksi dan vit B12 injeksi
d) Diet tinggi kalori dan
tinggi protein
Diet tinggi
kalori dan tinggi protein adalah diet yang mengandung lebih banyak kalori dan
protein. Prinsip pembuatannya adalah dengan menambah makanan pokok, lauk pauk
dan susu pada makanan biasa.
(1)
Makanan yang mengandung kalori : semua jenis makanan pokok (nasi, jagung,
sagu, dan singkong)
(2)
Makanan yang mengandung protein (telur, ikan, daging, susu, keju dan
kacang-kacangan yang berwarna hijau).
Syarat-syarat makanannya :
(1)
Tinggi kalori dan tinggi protein.
(2)
Cukup mengandung mineral dan vitamin.
(3)
Mudah dicerna.
Contoh menu :
(1)
Jam 07.00-08.00 : nasi goreng, telur dadar, tomat, sayur dan
susu.
(2)
Jam 10.00 : bubur kacang hijau, pepaya.
(3)
Jam 13.00 : nasi, ayam goreng, tempe bacem, sayur bening, bayam, pisang.
(4)
Jam 16.00 : puding yang terbuat dari susu
(5)
Jam 18.00-19.00 : nasi, daging
empal, pepes tahu, sup, sayur, jeruk.
(6)
Jam 21.00 : biskuit dan susu.
2)
Perawatan
a)
Penderita istirahat di tempat tidur (bedrest)
b)
Diet : banyak mengandung vitamin dan protein mudah dicerna dan dalam
keadaan hangat.
c)
Kebersihan kulit, mulut dan gigi untuk mencegah dekubitus dan stomatitis
d)
Perhatikan defikasinya
e)
Pengecekan tanda-tanda vital, tensi, pols, respirasi, suhu.
g.
Dampak masalah terhadap perubahan struktur atau pola fungsi sistem tubuh
1)
Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
2)
Daya kosentrasi menurun
3)
Hasil uji perkembangan menurun
4)
Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
(FKPP SPK Se-Jawa Barat, 1997 ; 76).
2. Kurang Energi dan Protein (KEP)
Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada
anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang
berkembang.
Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khusus, misalnya bentuk
kwashiorkor, bentuk marasmus, atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus pada
kenyataan penyakit KEP jauh lebih banyak terdapat dalam bentuk ringan. Gejala
penyakit KEP ringan ini tidak jelas hanya terlihat berdasarkan hasil
penyelidikan di 154 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo dkk, 1978.
memperkirakan bahwa 30% atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi
kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi buruk.
Laporan yang lebih baru yang tercantum dalam “Rekapitulasi Data Dasar Desa Baru
UPGK 1982/1983’ menunjukan bahwa prevalensi penderita KEP di Indonesia belum
menurun hasil pengukuran secara antropometri pada anak-anak balita yang diukur,
terdapat status gizi baik 57,1 %, gizi kurang 35,9 % dan gizi buruk 5,9%. Akan lebih
prihatin lagi apabila kita melihat hasil pengukuran dibeberapa desa di propinsi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengara, DKI Jaya yakni terdapat
angka gizi baik dibawah 50% sedangkan angka gizi buruk diatas 10% usaha pencegahan
dan penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah secara intensif dan
terus-menerus memberikan hasil yang agak menggembirakan.
a.
Faktor-faktor penyebab penyakit KEP
Penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan, oleh karena itu ada beberapa
faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut antara
lain faktor diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan dan
lain-lain.
1) Peranan Diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang
protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor sedangkan diet
kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak
menjadi penderita marasmus.
2) Peranan Sosial
Pantang untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun
dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut
didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang turun-temurun.
Faktor-faktor sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP
adalah :
a)
Perceraian yang sering terjadi antara wanita yang sudah mempunyai banyak
anak dengan suaminya yang merupakan pencari nafkah tunggal
b)
Para pria dengan penghasilan
kecil mempunyai banyak istri dan anak, sehingga dengan pendapatan yang kecil
tidak dapat memberi cukup makan pada anggota keluarganya yang besar itu.
c)
Para ibu mencari nafkah
tambahan pada waktu-waktu tertentu, anak-anak ditinggalkan di rumah sehingga
jatuh sakit dan mereka tidak mendapat perhatian dan pengobatan semestinya.
d) Para ibu yang telah melahirkan
menerima pekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai
sore. Dengan demikian, bayi tersebut tidak medapat ASI sedangkan pemberian
pengganti ASI maupun makanan bahkan
tidak dilakukan dengan semestinya.
3) Peranan kepadatan penduduk
Dalam World Food Conference di
Roma pada tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang
cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat
yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk
merupakan akibat lanjutannya.
4) Peranan infeksi
Telah lama diketahui interaksi sinergistis antara malnutrisi dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun
masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
5) Peranan Kemiskinan
Penyakit KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara tersebut. Pentingnya
kemiskinan ditekankan dalam laporan Oda Advisory Committee on Protein pada
tahun 1974. Mereka menganggap kemiskinan merupakan dasar penyebab penyakit KEP.
b.
Gambaran Klinis KEP
Gejala klinis KEP berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya
deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh adanya
kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Pada KEP ringan yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang, seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat. Keadaan KEP yang berat memberi gejala yang
kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan
sanitasi, kepadatan penduduk dan sebagainya.
c.
Gejala Klinis KEP Ringan
Penyakit KEP ringan sering ditemukan pada
anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada
anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari :
1)
Pertumbuhan linier mengurang
atau terhenti
2)
Kenaikan berat badan
berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya bahkan menurun
3)
Ukuran lingkaran lengan
atas menurun.
4)
Maturasi tulang
terlambat
5)
Rasio berat terhadap
tinggi normal atau menurun
6)
Tebal lipat kulit
normal atau mengurang
7)
Anemia ringan, diet
yang mengakibatkan KEP sering tidak mengandung cukup zat besi, asam folat dan
vitamin-vitamin lainnya.
8)
Aktivitas dan perhatian
mereka berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat.
9)
Kelainan kulit maupun
rambut jarang ditemukan pada KEP ringan, akan tetapi adakalanya dijumpai.
d.
Patologi
Pada penyakit KEP terdapat perubahan nyata dari pada
komposisi tubuhnya seperti jumlah dan distribusi cairan, lemak, mineral dan
protein terutama protein otot.
1)
Cairan tubuh total
Tubuh mengandung lebih banyak
cairan keadaan ini merupakan akibat menghilangnya lemak, otot dan jaringan
lain.
2)
Cairan ekstrasel
Terutama pada anak-anak dengan oedema terdapat lebih
banyak cairan ekstrasel dibandingkan dengan yang tanpa oedema
3)
Kalium total tubuh
Kalium menurun terutama yang terdapat dalam sel sehingga
menimbulkan gangguan metabolik pada organ-organ seperti otot, ginjal dan
pankreas.
4)
Mineral lain
Metcoff (1975) menemukan dalam sel otot kadar natrium
dan fosfor inorganik yang meninggi dan kadar magnesium yang menurun.
e.
Kelainan Organ Serta Dampaknya
1)
Sistem alimentasi bagian atas
Mukosa mulut, lidah dan leher
penderita KEP menjadi atrofis, papila lidah sangat datar, gusi sering mengalami
infeksi hingga tampak adanya ulserasi yang luas. Adakalanya timbul norma, ulkus
yang nekrotis dimulai pada mukosa mulut yang menjalar ke permukaan, hingga
menyebabkan lubang dimuka yang sangat menyedihkan. Terdapat pula atrofi
kelenjar ludah.
2)
Saluran Gastro Intestinum
Permukaan saluran gastro intestinum
menjadi atrofis hingga menimbulkan gangguan resorpsi makanan. Enzim-enzim
disakaridase disintesis oleh vila-vila usus, maka terdapat gangguan pencernaan
disakarida terutama laktosa.
3)
Hepar
Pada parenkim hepar terdapat
penimbunan lemak pada penyakit KEP yang ringan hanya sel-sel sekitar saluran
portal mengalami perlemakan, tetapi menjalar ke sentrum dengan makin beratnya
penyakit sehingga pada akhirnya seluruh parenkim terisi lemak. Terdapat pula
pembesaran hati sehingga pada rabahan batas bawah hepar dapat mencapai jauh
dibawah umbilikus, pada otopsi didapati hati yang lebih pucat dan agak keras.
4)
Pankreas
Pankreas penderita KEP mengecil,
disertai atrofi sel-sel asinus dan menghilangnya butir-butir zimogen. Produksi
berbagai enzim pankreas menurun. Diantara enzim-enzim pankreas lipase menurun
terlebih dahulu, sedangkan amilase yang terakhir. Dengan demikian kelainan
tersebut mempunyai pengaruh yang negatif pada fungsi pencernaan.
5)
Ginjal
Pada otopsi sering ditemukan ginjal
yang atrofis, sering pula dilaporkan adanya perubahan pada glomerulus, infeksi
saluran kemih yang tidak di diagnosa sering ditemukan pada otopsi. Berhubungan
dengan terdapatnya kelainan pada ginjal, maka dapat diduga terjadinya perubahan
fungsi, seperti mengurangnya kecepatan filtrasi dll.
6)
Jantung
Atrofi ringan otot jantung dapat ditemukan. Pemeriksaan
radiologi jantung memperlihatkan gambaran jantung yang mengecil atau normal,
walaupun pada penderita marasmus, adakalanya membesar. Jika terdapat pula
anemia berat atau penderita sedang mengalami penyembuhan, pemberian cairan yang
berlebihan dapat menimbulkan pembesaran jantung yang akut karena dilatasi. Pada
umumnya tangan dan kaki penderita terasa dingin dan pucat disebabkan
insufisiensi sirkulasi yang timbul.
f.
Pencegahan Kurang Energi dan Protein (KEP)
Ada
berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau
lebih dari satu faktor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :
1)
Meningkatnya hasil produksi pertanian, supaya
persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan
tambahan penghasilan rakyat.
2)
Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi
protein dan tinggi energi untuk anak-anak yang disapih.
3)
Memperbaiki infrastruktur pemasaran.Infrastruktur
pemasaran yang tidak baik akan berpengaruh negatif terhadap harga maupun
kualitas bahan makanan.
4)
Subsidi harga bahan makanan, intervensi demikian
bertujuan untuk membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.
5)
Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan
diberikan secara cuma-cuma atau dijual dengan harga minim. Makanan semacam ini
terutama ditujukan pada anak-anak yang termasuk golongan umur rawan akan
penyakit KEP.
6)
Pendidikan gizi : Menurut Hof Vandel (1983), Pendidikan
gizi akan berhasil jika :
a)
Penduduk diikutsertakan dalam pembuatan rencana
menjalankan rencana tersebut.
b)
Rencana tersebut tidak banyak mengubah kebiasaan yang
sudah turun-temurun
c)
Anjurkan cara pemberian makanan yang diulang pada
setiap kesempatan dan situasi
d)
Semua pendidik atau mereka yang diberi tugas untuk
memberi penerangan pada rakyat memberi anjuran yang sama.
e)
Mendiskusikan anjuran dengan kelompok yang terdiri dari
ibu serta anggota masyarakat lainnya.
f)
Pejabat kesehatan teman-teman dan anggota keluarga
memberi bantuan aktif dalam mempraktekan anjuran tesebut.
g)
Orang tua maupun anggota masyarakat lainya dapat
melihat hasil yang menguntungkan atas praktek anjuran tersebut.
7)
Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Pemeriksaan
kesehatan pada waktu-waktu tertentu
b) Melakukan
imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang prevalensinya tinggi
c) Memperbaiki
hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat membuang air besar
(WC).
d) Mendidik
masyarakat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu di tempat yang
sudah disediakan.
e) Menganjurkan
masyarakat untuk mengunjungi puskesmas secepatnya jika kesehatannya terganggu.
f) Menganjurkan
keluarga berencana.
g.
Pengobatan
1)
Pengobatan KEP ringan
Seperti telah dikemukakan sebagian besar penderita KEP, menderita KEP
ringan. Bagi mereka perbaikan akan dicapai dengan mengubah menu makanannya.
Sehari-hari mereka harus dapat 2-3 gram protein dan 100-150 kkal untuk tiap kg
berat badannya. Sumber energi dan protein cukup diperoleh dari :
a) Makanan
pokok setempat, seperti beras, jagung, sagu dan singkong
b) Sumplementasi
untuk mencapai jumlah protein yang dianjurkan dengan bahan makanan yang
mengandung banyak protein dan tidak mahal harganya.
c) Perubahan
menu makanan harus diusahakan sedemikian hingga dapat diterima ibunya dan
tradisi penduduk dimana anak berada.
2)
Pengobatan KEP berat
Tujuan pengobatan KEP
berat ialah untuk menurunkan mortalitas dan memulihkan kesehatan secepatnya,
penderita KEP berat harus dirawat di rumah sakit. Perlu diketahui bahwa
penderita KEP berat sangat mudah terjangkit penyakit infeksi sebagai penyakit
penyerta. Dengan demikian maka bukan saja diberikan terapi dietetis, melainkan
juga terapi terhadap penyakit penyertanya. (Solihin
Pudjiadi, 2000 ; 101-133).
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Anemia
Proses keperawatan
adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan
dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat (Allen, 1998 ; 21).
Langkah-langkah dalam
proses keperawatan menurut Allen terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah
tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyeret.
al, 1996. dikutip dari Nur Sallam, 2001 ; 17). Komponen tahap pengkajian
menurut Allen (1998 ; 22) terdiri
dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau deviasi yang
dituangkan dalam analisa data.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah
pengumpulan informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan
kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat,
masyarakat, grafik dan rekam medik. Klien adalah sumber informasi primer atau
sumber data yang asli. Sumber data sekunder terdiri dari data yang sudah ada
atau dari orang lain selain klien (Allen,
1998 ; 22). Data yang dikumpulkan pada pengkajian anak menurut B. A. Gitterman (dikutip dari Merenstein,
Kaplan, Rosenberg, 2001 ; 1-5) terdiri
dari :
1)
Sumber Riwayat
dan Alasan Rujukan
Riwayat dan alasan
konsultasi harus diperoleh dari orang tua atau siapa saja yang bertanggungjawab
dalam penanganan anak. Informasi yang berharga dapat diperoleh dari anak.
Alasan konsultasi
atau rujukan pada klien anemia yaitu sakit kepala, sering pusing kepala, nyeri abdomen
samar, mual atau muntah, anoreksia dan adanya penurunan berat badan. (Marilynn E . Doenges, 1999 ; 570).
2) Identifikasi Informasi atau Identifikasi klien.
Nama, alamat, nomor
telepon, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, ras, agama dan kebangsaan,
dirujuk oleh siapa, pekerjaan dan nomor telepon kantor.
3) Keluhan Utama
Merupakan keterangan
singkat mengalami keluhan dan lamanya yang disampaikan oleh klien sendiri atau
pengantarnya.
Keluhan utama pada
klien anemia adalah sakit kepala, sering pusing, nyeri abdomen samar, mual atau
muntah dan tidak nafsu makan (Marilynn E
. Doenges, 1999 ; 570).
4) Riwayat
Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan
dari keluhan dan dikembangkan secara PQRST, yaitu : nyeri kepala, kualitas
nyeri, daerahnya, skala dan waktu timbulnya serta keluhan lain yang biasa
menyertai seperti kepala pusing, mual atau muntah, tidak nafsu makan. (Marilynn E . Doenges, 1999 ; 570).
5) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang
diderita oleh klien yang berhubungan dengan peyakit saat ini.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama.
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a)
Pertumbuhan
(1)
Berat badan
Karakteristik anak usia pra sekolah (4
tahun)
Pertambahan rata-rata tiap tahun 2,3
kg/tahun sampai dengan usia 5 tahun. (Soetjiningsih,
1995 ; 18)
(2) Tinggi badan
Pertambahan rata-rata tiap tahun adalah
6-7 cm/tahun sampai dengan usia 5 tahun. (Soetjiningsih,
1995 ; 21)
b) Perkembangan anak balita
(1)
Motorik kasar
(aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh)
(a) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
(b) Berjalan pada jari kaki
(c) Dapat berlari tanpa hambatan
(2)
Motorik halus
Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
saja, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, contoh pada anak usia 4 tahun,
yaitu :
(a) Menggambar garis silang.
(b) Menggambar orang hanya kepala dan badan
(c) Mengenal 2 atau 3 warna.
(3)
Bicara dan
bahasa
Kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Contoh pada anak usia 4 tahun, yaitu :
(a) Bicara dengan baik.
(b) Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya.
(c) Banyak bertanya.
(d) Bertanya bagaimana anak dilahirkan.
(4)
Perkembangan
emosi dan sosial
Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Contoh pada anak umur 4 tahun, yaitu :
(a) Mendengarkan cerita-cerita.
(b) Bermain dengan anak lain.
(c) Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya.
(d) Dapat melaksanakan tugas sederhananya.
(Soetjiningsih,
1995 : 29-35).
8)
Reaksi
Hospitalisasi
Menurut Whaley and wong (1995 ; 501)
hospitalisasi adalah pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Reaksi
hospitalisasi pada anak usia pra sekolah (4 tahun), yaitu :
a) Klien takut ditingggalkan sendiri.
b) Tidur gelisah karena merasa asing
c) Nafsu makan menurun karena stess.
9)
Riwayat
Imunisasi
Imunisasi yang
seharusnya didapatkan pada anak umur 4 tahun adalah imunisasi Hepatitis, BCG,
DPT, Polio dan Campak. Kegunaan imunisasi adalah untuk mendapatkan kekebalan
seumur hidup.
10)
Pola Kebiasaan
a) Nutrisi
Meliputi porsi, jenis, frekuensi, nafsu
makan, adanya diet yang diberikan dan banyaknya minum.
b) Eliminasi
Pada klien dengan anemia bisa terjadi
diare atau konstipasi.
c) Istirahat dan tidur
Meliputi jam, gangguan mendengkur, tidak
dapat tenang.
d) Aktivitas
Klien dengan anemia kemungkinan
mengalami kelemahan fisik, hal ini karena kurangnya intake makanan.
e) Kebersihan diri
Pada klien anemia mengalami gangguan
karena adanya kelemahan.
11)
Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik
adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan
klien (Robert Priharjo, 1999 ; 3).
Pemeriksaan fisik pada klien anemia meliputi keadaan umum klien, kesadaran,
tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan umum meliputi keadaan kulit,
kepala, mata, telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru dan jantung).
Keadaan abdomen, sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan
anggota gerak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan klien terlihat lesu dan lemah,
rambut (kering, tipis, mudah putus dan
tumbuh uban), mata (konjungtiva anemis, sklera ikterik), bibir pucat dan
sianosis, teraba pembesaran pada hepar dan lien, ekstremitas atas dan bawah
pucat dan sianosis (Marilynn E. Doenges,
1999 ; 570).
12)
Data Penunjang
Melalui pemeriksaan laboratorium (Marilynn E. Doenges, 1999;572).
a) Hemoglobin menurun
b) Trombositopenia (trombosit menurun)
c) Hematokrit menurun.
d) Leukosit menurun.
b. Analisa Data
Analisa data adalah
kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori
dan prinsip yang relevan untuk kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien (Nasrul Efendi,
1995 ; 24).
Data objektif
berdasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dipertunjukan secara aktual (Allen, 1998 ; 33). Data Objektif yang
dapat ditemukan pada klien anemia antara lain : (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 570).
1) Klien terlihat lesu dan lemah
2) Konjungtiva anemis
3) Sklera ikterik
4) Bibir pucat dan cianosis
5) Teraba pembesaran pada hepar dan lien
6) Ekstremitas atas dan bawah pucat dan cianosis
7) Turgor kulit jelek
8) Adanya penurunan berat badan.
Data subjektif
menunjukkan persepsi dan sensori klien tentang masalah kesehatan (Allen, 1998 : 23). Pada klien anemia
data subjektif yang sering timbul antara lain : (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 570).
1) Letih dan lesu
2) Sakit kepala
3) Sering pusing kepala
4) Anoreksia (tidak nafsu makan), mual atau muntah
5) Nyeri mulut atau lidah.
6) Nyeri abdomen samar
7) Diare atau konstipasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (A. Carpenito, 2000 : dikutip dari
Nursallam, 2001 ; 35).
Menurut Marilynn E. Doenges (1999 ; 573-579), beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien dengan anemia antara lain sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen nutrien ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 dan kebutuhan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna makanan.
d. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan
masukan diet ; perubahan proses pencernaan.
e. Resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak
adekuat berhubungan dengan penurunan hemoglobin leukopenia.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan
keperawatan adalah mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan
tindakan keperawatan, dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan
yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan (Nasrul Efendi, 1995 ; 72).
Perencanaan pada klien anemia menurut Marilynn
E. Doenges (1999 ; 573-579) adalah sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen nutrien ke sel.
Tujuan : Menunjukan perfusi jaringan
adekuat.
Kriteria evaluasi :
1) Tanda vital stabil
2) Membran mukosa merah muda
3) Pengisian
kapiler baik
4) Haluaran urine adekuat
5) Mental seperti biasa
Tabel 2.1
Intervensi dan Rasional Dx 1 Pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna
kulit/membran mukosa dasar kuku.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas
perhatikan bunyi adventisius
4. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
5. Kolaborasi dengan dokter awasi pemeriksaan
labolatorium Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA
6. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah
sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
|
1.
Memberikan
informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi.
2.
Meningkatkan
ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3.
Dispnea,
genericik menunjukan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.
4.
Iskemia
seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
5.
Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
6.
Meningkatkan
jumlah sel pembawa oksigen : memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko
pendarahan.
|
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Kriteria evaluasi :
1) Nadi normal
2) Pernafasan normal
3) Tensi darah normal
Tabel 2.2
Intervensi
dan Rasional Dx 2 pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat
laporan kelelahan dan kesulitan menyelesaikan masalah.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya, jalan, kelemahan
otot.
3. Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Ubah posisi pasien dengan perolehan dan pantau
terhadap pusing.
|
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Menunjukan perubahan neurologi karena defisiensi
vitamin B12 bisa mempengaruhi keamanan pasien.
3. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
|
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna makanan.
Tujuan
: menunjukkan
peningkatan berat badan atau berat badan stabil
dengan nilai laboratorium normal.
Kriteria
evaluasi :
1) Tidak mengalami malnutrisi.
2) Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Tabel 2.3
Intervensi
dan Rasional Dx 3 pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang
disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.
5. Observasi gejala mual/muntah.
|
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
4. Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan, juga mencegah distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia)
pada organ.
|
d. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan
masukan diet ; perubahan proses perencanaan.
Tujuan : membuat kembali pola normal
dari fungsi usus.
Kriteria
evaluasi : menunjukan perubahan
perilaku atau pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, faktor penghambat.
Tabel 2.4
Intervensi
dan Rasional Dx 4 pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Auskultasi bunyi usus
2. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus
pada makanan/cairan.
3. Hindari makanan yang memebentuk gas.
4. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering catat
perubahan dalam kondisi kulit/mulai kerusakan.
|
1. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
2. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan
berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
3. Menurunkan distress gastrik dan distensi abdomen.
4. Mencegah lesi kulit dan kerusakan.
|
e. Resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak
adekuat berhubungan dengan penurunan
hemoglobin leukopenia.
Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi.
Kriteria evaluasi :
1) Meningkatkan penyembuhan luka
2) Bebas drainase purulen atau eritema
3) Tidak terjadi demam
Tabel 2.5
Intervensi
dan Rasional Dx 5 pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi
perawat dan pasien.
2. Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur /
perawatan luka.
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan
cermat.
4. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
|
1. Mencegah kontaminasi silang / kolonisasi bakterial.
2. Menurunkan resiko kolonisasi / infeksi bakteri
3. Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi.
4. Membantu dalam pengenceran sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah
stosis cairan tubuh.
|
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan
: menyatakan pemahaman
proses penyakit, prosedur diagnostik dan rencana pengobatan.
Kriteria
evaluiasi :
1) Mengidentifikasi faktor penyabab.
2) Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Tabel 2.6
Intervensi
dan Rasional Dx 6 pada Klien Anemia
INTERVENSI
|
|
1. Berikan informasi tentang anemia, diskusikan
kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnnya anemia.
2. Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan
laboratorium tidak akan memperburuk anemia.
3. Kaji
sumber-sumber seperti keuangan dan memasak.
|
1. Memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga dan
pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi.
2. Ini sering merupakan kekhawatiran yang tidak
diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien dan keluarga.
3. Sunber yang tidak adekkuat dapat mempengaruhi
kemampuan untuk membuat atau menyiapkan makanan yang tepat.
|
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Implementasi
merupakan tahap keempat, pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memberikan tindakan
perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya dan mencegah
masalah baru yang akan timbul. (Nursallam,
20001 ; 113)
Implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan terhadap klien (Nasrul Efendy, 1995 ; 45)
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria
hasil telah dicapai. Klien akan masuk lagi ke dalam siklus apabila kriteria
hasil belum tercapai (Allen, 1998 ; 123).
Kriteria hasil pada tahap evaluasi pada klien anemia adalah : (Marilynn E. Doenges, 1995 ; 573)
a. Menunjukan perfusi adekuat.
b. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi secara
mandiri.
c. Nafsu makan membaik.
d. Berat badan stabil.
e. Nilai laboratorium normal.