Monday, July 15, 2013

 


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK V USIA PRA SEKOLAH  (4 TAHUN) DENGAN ANEMIA DAN KEP DI RUANG PERAWATAN IV
RUMAH SAKIT DUSTIRA
CIMAHI


A.    Konsep Dasar Penyakit Anemia dan KEP
1.      Anemia
a.       Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau hitung eritosit lebih rendah dari harga normal (Kapita Selekta, 2001;547).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 569).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (Packed Red Cells Volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997 ; 358).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anemia adalah suatu kekurangan jumlah sel darah merah atau kekurangan jumlah hemoglobin yang ada di dalamnya.
b.   Anatomi Fisiologi Darah
1)      Anatomi Darah
Darah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah, warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan bernapas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus, dan keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah (Syaifuddin, B.Ac. 1997 ; 58).
a)      Volume darah atau banyaknya darah
Jumlah total darah bervariasi dengan umur, jenis kelamin, berat badan, bentuk badan dan faktor lain. Terdapat sedikit variasi dalam volume darah dari orang yang sehat dalam masa yang panjang, kendatipun setiap komponen darah senantiasa dalam keadaan aliran yang terus menerus.
Untuk neonatus volume darah adalah 85 ml/kg berat badan, sementara untuk bayi adalah 80 ml/kg berat badan. Pada anak-anak volume darah rata-rata adalah sekitar 75 ml/kg berat badan dan pada orang dewasa adalah 80 sampai 85 ml/kg berat badan (Rosa M. Sacharin, 1994;406).
b)      Bagian-bagian Darah
(1)         Air                   :  91%
(2)         Protein             :  3% (Albumin, globumin, protombin, fibrinogen)
(3)         Mineral            :  0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi).
(4)         Bahan organik :  0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino).
Jika darah dilihat begitu saja maka merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah. Sedangkan cairannya berwarna kekuning-kuningan disebut plasma, jadi darah terdiri dari 2 bagian yaitu :
(1)         Sel-sel darah ada 3 macam yaitu :
(a)          Eritrosit (sel darah merah)
(b)         Leukosit (sel darah putih)
(c)          Trombosit (sel pembeku darah)
(2)         Plasma darah
(Syaifuddin, B.Ac, 1997 ; 59).




















sel-sel darah merah
 






Basofil
 


Eosinofil
 







Monosit
 


Limfosit
 

Leukosit
Nongranular
 

















Gambar 2.1
Sel-sel Darah Manusia
2)            Fisiologi Darah
Fungsi darah terdiri atas :
a)   Sebagai alat pengangkut yaitu :
(1)     Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
(2)     Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
(3)     Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan atau alat tubuh.
(4)     Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b)   Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, anti body atau zat-zat anti racun.
c)   Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
(Sayifuddin, B.Ac, 1997 ; 59)
Ringkasan fungsi darah menurut Evelyn A. Pearce, yaitu :
a)   Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat-zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain.
b)   Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbondioksida.
c)   Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d)   Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
e)   Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
3)      Sirkulasi Darah
         pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a)   Arteri Pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstra menuju ke paru-paru. Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b)   Vena Pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru-paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak mengandung O2.
Pembuluh darah pada peredaran darah besar, yaitu : aorta, merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diapragma lalu menurun ke bagian perut.
Jalannya arteri terbagi atas 3 bagian :
a)   Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya + 5 cm, cabangnya arteri koronaria masuk ke jantung.
b)   Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung ke arah kiri, di depan trakea sedikit ke bawah sampai vena torakalis IV. Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra dan arteri karotis komunis sinistra.
c)   Aorta desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
a)   Aorta torakalis, dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma. Percabangannya sampai dinding toraks dan alat-alat viseral yang ada di rongga toraks.
b)   Aorta abdominalis, pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra.
Percabangannya sampai dinding perut dan alat dalam rongga perut, panggul, dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel dekstra Ã’ valvula semilunaris Ã’ arteri pulmonalis Ã’ paru-paru kiri dan kanan Ã’ vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra Ã’ valvula semilunaris aorta Ã’ aorta Ã’ arteri Ã’ arteriole Ã’ kapiler arteri Ã’ kapiler vena Ã’ venolus Ã’ vena kava Ã’ atrium dekstra.































Gambar 2.2
Sirkulasi Peredaran Darah Besar Dan Kecil

c.   Patofisiologi anemia
1)      Patofisiologi anemia terdiri dari :
a)   Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik dll.
b)   Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik dll.
(Kapita Selekta, 2001 ; 547)
2)      Macam-macam anemia menurut penyebabnya
a)   Dyshaemopoetisch aneamia
Anemia yang disebabkan produksi erythrocyt berkurang
b)   Haemolytisch aneamia
(1)     Erythrocyt kurang baik (umurnya pendek)
(2)     Racun haemolitis, aglutinin (Penggumpalan darah)
c)   Post haemorrhagic aneamia
Aneamia akibat perdarahan
d)   Perniciosa aneamia
Aneamia karena kekurangan vitamin B12
e)   Idiophatis aneamia
Aneamia yang tidak diketahui sebabnya.
d.      Manifestasi Klinik
1)            Lekas lelah
2)            Sering pusing kepala
3)            Penglihatan berkunang-kunang
4)            Jantung berdebar-debar
5)            Pucat, dapat dilihat pada bibir, kuku, conjungtiva
6)            Pemeriksaan laboratorium menunjukan Hb atau erythrocyt rendah dari normal.
(FKPP SPK Se. Jawa Barat, 1997 ; 74).
e.       Etiologi
1)            Diet yang tidak mencukupi
2)            Absorpsi yang menurun
3)            Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
4)            Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5)            Hemoglobinuria
f.       Management medik secara umum
1)            Medik
a)      Konsul
b)      Transfusi darah
c)      Obat-obat vitamin, lever injeksi dan vit B12 injeksi
d)     Diet tinggi kalori dan tinggi protein
Diet tinggi kalori dan tinggi protein adalah diet yang mengandung lebih banyak kalori dan protein. Prinsip pembuatannya adalah dengan menambah makanan pokok, lauk pauk dan susu pada makanan biasa.
(1)         Makanan yang mengandung kalori : semua jenis makanan pokok (nasi, jagung, sagu, dan singkong)
(2)         Makanan yang mengandung protein (telur, ikan, daging, susu, keju dan kacang-kacangan yang berwarna hijau).
Syarat-syarat makanannya :
(1)         Tinggi kalori dan tinggi protein.
(2)         Cukup mengandung mineral dan vitamin.
(3)         Mudah dicerna.
Contoh menu :
(1)         Jam 07.00-08.00    : nasi goreng, telur dadar, tomat, sayur dan susu.
(2)         Jam 10.00              : bubur kacang hijau, pepaya.
(3)         Jam 13.00              :  nasi, ayam goreng, tempe bacem, sayur bening, bayam, pisang.
(4)         Jam 16.00              :  puding yang terbuat dari susu
(5)         Jam 18.00-19.00    : nasi, daging empal, pepes tahu, sup, sayur, jeruk.
(6)         Jam 21.00              :  biskuit dan susu.
2)            Perawatan
a)            Penderita istirahat di tempat tidur (bedrest)
b)            Diet : banyak mengandung vitamin dan protein mudah dicerna dan dalam keadaan hangat.
c)            Kebersihan kulit, mulut dan gigi untuk mencegah dekubitus dan stomatitis
d)           Perhatikan defikasinya
e)            Pengecekan tanda-tanda vital, tensi, pols, respirasi, suhu.
g.      Dampak masalah terhadap perubahan struktur atau pola fungsi sistem tubuh
1)            Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
2)            Daya kosentrasi menurun
3)            Hasil uji perkembangan menurun
4)            Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
(FKPP SPK Se-Jawa Barat, 1997 ; 76).
2.   Kurang Energi dan Protein (KEP)
Penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang berkembang.
Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khusus, misalnya bentuk kwashiorkor, bentuk marasmus, atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus pada kenyataan penyakit KEP jauh lebih banyak terdapat dalam bentuk ringan. Gejala penyakit KEP ringan ini tidak jelas hanya terlihat berdasarkan hasil penyelidikan di 154 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo dkk, 1978. memperkirakan bahwa 30% atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi buruk. Laporan yang lebih baru yang tercantum dalam “Rekapitulasi Data Dasar Desa Baru UPGK 1982/1983’ menunjukan bahwa prevalensi penderita KEP di Indonesia belum menurun hasil pengukuran secara antropometri pada anak-anak balita yang diukur, terdapat status gizi baik 57,1 %, gizi kurang 35,9 % dan gizi buruk 5,9%. Akan lebih prihatin lagi apabila kita melihat hasil pengukuran dibeberapa desa di propinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengara, DKI Jaya yakni terdapat angka gizi baik dibawah 50% sedangkan angka gizi buruk diatas 10% usaha pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah secara intensif dan terus-menerus memberikan hasil yang agak menggembirakan.
a.       Faktor-faktor penyebab penyakit KEP
Penyakit KEP merupakan penyakit lingkungan, oleh karena itu ada beberapa faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit tersebut antara lain faktor diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan dan lain-lain.
1)      Peranan Diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.

2)      Peranan Sosial
Pantang untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang turun-temurun. Faktor-faktor sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP adalah :
a)      Perceraian yang sering terjadi antara wanita yang sudah mempunyai banyak anak dengan suaminya yang merupakan pencari nafkah tunggal
b)      Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak, sehingga dengan pendapatan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan pada anggota keluarganya yang besar itu.
c)      Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, anak-anak ditinggalkan di rumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak mendapat perhatian dan pengobatan semestinya.
d)     Para ibu yang telah melahirkan menerima pekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore. Dengan demikian, bayi tersebut tidak medapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI  maupun makanan bahkan tidak dilakukan dengan semestinya.

3)      Peranan kepadatan penduduk
Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya.
4)      Peranan infeksi
Telah lama diketahui interaksi sinergistis antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
5)      Peranan Kemiskinan
Penyakit KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara tersebut. Pentingnya kemiskinan ditekankan dalam laporan Oda Advisory Committee on Protein pada tahun 1974. Mereka menganggap kemiskinan merupakan dasar penyebab penyakit KEP.
b.      Gambaran Klinis KEP
Gejala klinis KEP berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Pada KEP ringan yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang, seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Keadaan KEP yang berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi, kepadatan penduduk dan sebagainya.
c.       Gejala Klinis KEP Ringan
Penyakit KEP ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari :
1)            Pertumbuhan linier mengurang atau terhenti
2)            Kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya bahkan menurun
3)            Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
4)            Maturasi tulang terlambat
5)            Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
6)            Tebal lipat kulit normal atau mengurang
7)            Anemia ringan, diet yang mengakibatkan KEP sering tidak mengandung cukup zat besi, asam folat dan vitamin-vitamin lainnya.
8)            Aktivitas dan perhatian mereka berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat.
9)            Kelainan kulit maupun rambut jarang ditemukan pada KEP ringan, akan tetapi adakalanya dijumpai.
d.      Patologi
Pada penyakit KEP terdapat perubahan nyata dari pada komposisi tubuhnya seperti jumlah dan distribusi cairan, lemak, mineral dan protein terutama protein otot.
1)            Cairan tubuh total
Tubuh mengandung lebih banyak cairan keadaan ini merupakan akibat menghilangnya lemak, otot dan jaringan lain.
2)            Cairan ekstrasel
Terutama pada anak-anak dengan oedema terdapat lebih banyak cairan ekstrasel dibandingkan dengan yang tanpa oedema
3)            Kalium total tubuh
Kalium menurun terutama yang terdapat dalam sel sehingga menimbulkan gangguan metabolik pada organ-organ seperti otot, ginjal dan pankreas.
4)            Mineral lain
Metcoff (1975) menemukan dalam sel otot kadar natrium dan fosfor inorganik yang meninggi dan kadar magnesium yang menurun.


e.       Kelainan Organ Serta Dampaknya
1)            Sistem alimentasi bagian atas
Mukosa mulut, lidah dan leher penderita KEP menjadi atrofis, papila lidah sangat datar, gusi sering mengalami infeksi hingga tampak adanya ulserasi yang luas. Adakalanya timbul norma, ulkus yang nekrotis dimulai pada mukosa mulut yang menjalar ke permukaan, hingga menyebabkan lubang dimuka yang sangat menyedihkan. Terdapat pula atrofi kelenjar ludah.
2)            Saluran Gastro Intestinum
Permukaan saluran gastro intestinum menjadi atrofis hingga menimbulkan gangguan resorpsi makanan. Enzim-enzim disakaridase disintesis oleh vila-vila usus, maka terdapat gangguan pencernaan disakarida terutama laktosa.
3)            Hepar
Pada parenkim hepar terdapat penimbunan lemak pada penyakit KEP yang ringan hanya sel-sel sekitar saluran portal mengalami perlemakan, tetapi menjalar ke sentrum dengan makin beratnya penyakit sehingga pada akhirnya seluruh parenkim terisi lemak. Terdapat pula pembesaran hati sehingga pada rabahan batas bawah hepar dapat mencapai jauh dibawah umbilikus, pada otopsi didapati hati yang lebih pucat dan agak keras.

4)            Pankreas
Pankreas penderita KEP mengecil, disertai atrofi sel-sel asinus dan menghilangnya butir-butir zimogen. Produksi berbagai enzim pankreas menurun. Diantara enzim-enzim pankreas lipase menurun terlebih dahulu, sedangkan amilase yang terakhir. Dengan demikian kelainan tersebut mempunyai pengaruh yang negatif pada fungsi pencernaan.
5)            Ginjal
Pada otopsi sering ditemukan ginjal yang atrofis, sering pula dilaporkan adanya perubahan pada glomerulus, infeksi saluran kemih yang tidak di diagnosa sering ditemukan pada otopsi. Berhubungan dengan terdapatnya kelainan pada ginjal, maka dapat diduga terjadinya perubahan fungsi, seperti mengurangnya kecepatan filtrasi dll.
6)            Jantung
Atrofi ringan otot jantung dapat ditemukan. Pemeriksaan radiologi jantung memperlihatkan gambaran jantung yang mengecil atau normal, walaupun pada penderita marasmus, adakalanya membesar. Jika terdapat pula anemia berat atau penderita sedang mengalami penyembuhan, pemberian cairan yang berlebihan dapat menimbulkan pembesaran jantung yang akut karena dilatasi. Pada umumnya tangan dan kaki penderita terasa dingin dan pucat disebabkan insufisiensi sirkulasi yang timbul.
f.       Pencegahan Kurang Energi dan Protein (KEP)
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari satu faktor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :
1)            Meningkatnya hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
2)            Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk anak-anak yang disapih.
3)            Memperbaiki infrastruktur pemasaran.Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan berpengaruh negatif terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
4)            Subsidi harga bahan makanan, intervensi demikian bertujuan untuk membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.
5)            Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan secara cuma-cuma atau dijual dengan harga minim. Makanan semacam ini terutama ditujukan pada anak-anak yang termasuk golongan umur rawan akan penyakit KEP.
6)            Pendidikan gizi : Menurut Hof Vandel (1983), Pendidikan gizi akan berhasil jika :
a)      Penduduk diikutsertakan dalam pembuatan rencana menjalankan rencana tersebut.
b)      Rencana tersebut tidak banyak mengubah kebiasaan yang sudah turun-temurun
c)      Anjurkan cara pemberian makanan yang diulang pada setiap kesempatan dan situasi
d)     Semua pendidik atau mereka yang diberi tugas untuk memberi penerangan pada rakyat memberi anjuran yang sama.
e)      Mendiskusikan anjuran dengan kelompok yang terdiri dari ibu serta anggota masyarakat lainnya.
f)       Pejabat kesehatan teman-teman dan anggota keluarga memberi bantuan aktif dalam mempraktekan anjuran tesebut.
g)      Orang tua maupun anggota masyarakat lainya dapat melihat hasil yang menguntungkan atas praktek anjuran tersebut.
7)            Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan
a)   Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu
b)   Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang prevalensinya tinggi
c)   Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat membuang air besar (WC).
d)   Mendidik masyarakat untuk membuang air besar di tempat-tempat tertentu di tempat yang sudah disediakan.
e)   Menganjurkan masyarakat untuk mengunjungi puskesmas secepatnya jika kesehatannya terganggu.
f)   Menganjurkan keluarga berencana.
g.      Pengobatan
1)            Pengobatan KEP ringan
Seperti telah dikemukakan sebagian besar penderita KEP, menderita KEP ringan. Bagi mereka perbaikan akan dicapai dengan mengubah menu makanannya. Sehari-hari mereka harus dapat 2-3 gram protein dan 100-150 kkal untuk tiap kg berat badannya. Sumber energi dan protein cukup diperoleh dari :
a)   Makanan pokok setempat, seperti beras, jagung, sagu dan singkong
b)   Sumplementasi untuk mencapai jumlah protein yang dianjurkan dengan bahan makanan yang mengandung banyak protein dan tidak mahal harganya.
c)   Perubahan menu makanan harus diusahakan sedemikian hingga dapat diterima ibunya dan tradisi penduduk dimana anak berada.
2)            Pengobatan KEP berat
Tujuan pengobatan KEP berat ialah untuk menurunkan mortalitas dan memulihkan kesehatan secepatnya, penderita KEP berat harus dirawat di rumah sakit. Perlu diketahui bahwa penderita KEP berat sangat mudah terjangkit penyakit infeksi sebagai penyakit penyerta. Dengan demikian maka bukan saja diberikan terapi dietetis, melainkan juga terapi terhadap penyakit penyertanya. (Solihin Pudjiadi, 2000 ; 101-133).


B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Anemia
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat (Allen, 1998 ; 21).
Langkah-langkah dalam proses keperawatan menurut Allen terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyeret. al, 1996. dikutip dari Nur Sallam, 2001 ; 17). Komponen tahap pengkajian menurut Allen (1998 ; 22) terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau deviasi yang dituangkan dalam analisa data.


a.       Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik dan rekam medik. Klien adalah sumber informasi primer atau sumber data yang asli. Sumber data sekunder terdiri dari data yang sudah ada atau dari orang lain selain klien (Allen, 1998 ; 22). Data yang dikumpulkan pada pengkajian anak menurut B. A. Gitterman (dikutip dari Merenstein, Kaplan, Rosenberg, 2001 ; 1-5) terdiri dari :
1)            Sumber Riwayat dan Alasan Rujukan
Riwayat dan alasan konsultasi harus diperoleh dari orang tua atau siapa saja yang bertanggungjawab dalam penanganan anak. Informasi yang berharga dapat diperoleh dari anak.
Alasan konsultasi atau rujukan pada klien anemia yaitu sakit kepala, sering pusing kepala, nyeri abdomen samar, mual atau muntah, anoreksia dan adanya penurunan berat badan. (Marilynn E . Doenges, 1999 ; 570).
2)      Identifikasi Informasi atau Identifikasi klien.
Nama, alamat, nomor telepon, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, ras, agama dan kebangsaan, dirujuk oleh siapa, pekerjaan dan nomor telepon kantor.

3)      Keluhan Utama
Merupakan keterangan singkat mengalami keluhan dan lamanya yang disampaikan oleh klien sendiri atau pengantarnya.
Keluhan utama pada klien anemia adalah sakit kepala, sering pusing, nyeri abdomen samar, mual atau muntah dan tidak nafsu makan (Marilynn E . Doenges, 1999 ; 570).
4)       Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan dan dikembangkan secara PQRST, yaitu : nyeri kepala, kualitas nyeri, daerahnya, skala dan waktu timbulnya serta keluhan lain yang biasa menyertai seperti kepala pusing, mual atau muntah, tidak nafsu makan. (Marilynn E . Doenges, 1999 ; 570).
5)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan peyakit saat ini.
6)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
7)      Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a)            Pertumbuhan
(1)         Berat badan
Karakteristik anak usia pra sekolah (4 tahun)
Pertambahan rata-rata tiap tahun 2,3 kg/tahun sampai dengan usia 5 tahun. (Soetjiningsih, 1995 ; 18)
(2)     Tinggi badan
Pertambahan rata-rata tiap tahun adalah 6-7 cm/tahun sampai dengan usia 5 tahun. (Soetjiningsih, 1995 ; 21)
b)      Perkembangan anak balita
(1)         Motorik kasar (aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh)
(a)    Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
(b)   Berjalan pada jari kaki
(c)    Dapat berlari tanpa hambatan
(2)         Motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil saja, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, contoh pada anak usia 4 tahun, yaitu :
(a)    Menggambar garis silang.
(b)   Menggambar orang hanya kepala dan badan
(c)    Mengenal 2 atau 3 warna.


(3)         Bicara dan bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Contoh pada anak usia 4 tahun, yaitu :
(a)    Bicara dengan baik.
(b)   Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya.
(c)    Banyak bertanya.
(d)   Bertanya bagaimana anak dilahirkan.
(4)         Perkembangan emosi dan sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh pada anak umur 4 tahun, yaitu :
(a)    Mendengarkan cerita-cerita.
(b)   Bermain dengan anak lain.
(c)    Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya.
(d)   Dapat melaksanakan tugas sederhananya.
(Soetjiningsih, 1995 : 29-35).
8)            Reaksi Hospitalisasi
Menurut Whaley and wong (1995 ; 501) hospitalisasi adalah pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Reaksi hospitalisasi pada anak usia pra sekolah (4 tahun), yaitu :
a)      Klien takut ditingggalkan sendiri.
b)      Tidur gelisah karena merasa asing
c)      Nafsu makan menurun karena stess.
9)            Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang seharusnya didapatkan pada anak umur 4 tahun adalah imunisasi Hepatitis, BCG, DPT, Polio dan Campak. Kegunaan imunisasi adalah untuk mendapatkan kekebalan seumur hidup.
10)        Pola Kebiasaan
a)      Nutrisi
Meliputi porsi, jenis, frekuensi, nafsu makan, adanya diet yang diberikan dan banyaknya minum.
b)      Eliminasi
Pada klien dengan anemia bisa terjadi diare atau konstipasi.
c)      Istirahat dan tidur
Meliputi jam, gangguan mendengkur, tidak dapat tenang.
d)     Aktivitas
Klien dengan anemia kemungkinan mengalami kelemahan fisik, hal ini karena kurangnya intake makanan.
e)      Kebersihan diri
Pada klien anemia mengalami gangguan karena adanya kelemahan.

11)         Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien (Robert Priharjo, 1999 ; 3). Pemeriksaan fisik pada klien anemia meliputi keadaan umum klien, kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan umum meliputi keadaan kulit, kepala, mata, telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru dan jantung). Keadaan abdomen, sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan anggota gerak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan klien terlihat lesu dan lemah, rambut (kering, tipis,  mudah putus dan tumbuh uban), mata (konjungtiva anemis, sklera ikterik), bibir pucat dan sianosis, teraba pembesaran pada hepar dan lien, ekstremitas atas dan bawah pucat dan sianosis (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 570).
12)        Data Penunjang
Melalui pemeriksaan laboratorium (Marilynn E. Doenges, 1999;572).
a)      Hemoglobin menurun
b)      Trombositopenia (trombosit menurun)
c)      Hematokrit menurun.
d)     Leukosit menurun.


b.      Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nasrul Efendi, 1995 ; 24).
Data objektif berdasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan dipertunjukan secara aktual (Allen, 1998 ; 33). Data Objektif yang dapat ditemukan pada klien anemia antara lain : (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 570).
1)      Klien terlihat lesu dan lemah
2)      Konjungtiva anemis
3)      Sklera ikterik
4)      Bibir pucat dan cianosis
5)      Teraba pembesaran pada hepar dan lien
6)      Ekstremitas atas dan bawah pucat dan cianosis
7)      Turgor kulit jelek
8)      Adanya penurunan berat badan.
Data subjektif menunjukkan persepsi dan sensori klien tentang masalah kesehatan (Allen, 1998 : 23). Pada klien anemia data subjektif yang sering timbul antara lain : (Marilynn E. Doenges, 1999 ; 570).
1)      Letih dan lesu
2)       Sakit kepala
3)      Sering pusing kepala
4)      Anoreksia (tidak nafsu makan), mual atau muntah
5)      Nyeri mulut atau lidah.
6)      Nyeri abdomen samar
7)      Diare atau konstipasi.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (A. Carpenito, 2000 : dikutip dari Nursallam, 2001 ; 35).
Menurut Marilynn E. Doenges (1999 ; 573-579), beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan anemia antara lain sebagai berikut :
a.       Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen nutrien ke sel.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan.
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan.
d.      Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ; perubahan proses pencernaan.
e.       Resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuat berhubungan dengan penurunan hemoglobin leukopenia.
f.       Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3.      Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan keperawatan, dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Nasrul Efendi, 1995 ; 72). Perencanaan pada klien anemia menurut Marilynn E. Doenges (1999 ; 573-579) adalah sebagai berikut :
a.       Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen nutrien ke sel.
Tujuan                   : Menunjukan perfusi jaringan adekuat.
Kriteria evaluasi    :
1)      Tanda vital stabil
2)      Membran mukosa merah muda
3)       Pengisian kapiler baik
4)      Haluaran urine adekuat
5)      Mental seperti biasa


Tabel 2.1
Intervensi dan Rasional Dx 1 Pada Klien Anemia
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa dasar kuku.

2.      Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

3.      Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius


4.      Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.


5.      Kolaborasi dengan dokter awasi pemeriksaan labolatorium Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA
6.      Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
1.         Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan  kebutuhan intervensi.
2.         Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3.         Dispnea, genericik menunjukan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4.         Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
5.         Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
6.         Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen : memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko pendarahan.


b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan                   : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Kriteria evaluasi    :
1)      Nadi normal
2)      Pernafasan normal
3)      Tensi darah normal
Tabel 2.2
Intervensi dan Rasional Dx 2  pada Klien Anemia
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan dan kesulitan menyelesaikan masalah.
2.   Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya, jalan, kelemahan otot.

3.   Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas.


4.   Ubah posisi pasien dengan perolehan dan pantau terhadap pusing.


1.   Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

2.   Menunjukan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 bisa mempengaruhi keamanan pasien.
3.   Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4.   Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan.
Tujuan                   : menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil  dengan nilai laboratorium normal.
Kriteria evaluasi    :
1)      Tidak mengalami malnutrisi.
2)      Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai.
Tabel 2.3
Intervensi dan Rasional Dx 3 pada Klien Anemia
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2.   Observasi dan catat masukan makanan pasien.

3.   Timbang berat badan tiap hari.

4.   Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.


5.   Observasi gejala mual/muntah.

1.   Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2.   Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.   Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.   Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan, juga mencegah distensi gaster.
5.   Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.

d.      Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet ; perubahan proses perencanaan.
Tujuan                   : membuat kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria evaluasi    : menunjukan perubahan perilaku atau pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, faktor penghambat.
Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Dx 4 pada Klien Anemia
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Auskultasi bunyi usus


2.   Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.

3.   Hindari makanan yang memebentuk gas.
4.   Kaji kondisi kulit perianal dengan sering catat perubahan dalam kondisi kulit/mulai kerusakan.
1.   Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
2.   Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
3.   Menurunkan distress gastrik dan distensi abdomen.
4.   Mencegah lesi kulit dan kerusakan.


e.       Resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuat berhubungan dengan penurunan  hemoglobin leukopenia.
Tujuan                   :  Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

Kriteria evaluasi    :
1)   Meningkatkan penyembuhan luka
2)   Bebas drainase purulen atau eritema
3)   Tidak terjadi demam  
Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional Dx 5 pada Klien Anemia
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawat dan pasien.
2.   Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur / perawatan luka.
3.   Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
4.   Tingkatkan masukan cairan adekuat.



1.   Mencegah kontaminasi silang / kolonisasi bakterial.
2.   Menurunkan resiko kolonisasi / infeksi bakteri
3.   Menurunkan resiko kerusakan kulit /  jaringan dan infeksi.
4.   Membantu dalam pengenceran sekret pernafasan untuk mempermudah  pengeluaran dan mencegah stosis cairan tubuh.

f.       Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan                   : menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik dan rencana pengobatan.
Kriteria evaluiasi   :
1)      Mengidentifikasi faktor penyabab.
2)      Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Tabel 2.6
Intervensi dan Rasional Dx 6 pada Klien Anemia
 INTERVENSI

1.   Berikan informasi tentang anemia, diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnnya anemia.


2.   Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia.

3.   Kaji  sumber-sumber seperti keuangan dan memasak.

1.   Memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga dan pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
2.   Ini sering merupakan kekhawatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien dan keluarga.
3.   Sunber yang tidak adekkuat dapat mempengaruhi kemampuan untuk membuat atau menyiapkan makanan yang tepat.


4.      Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat, pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memberikan tindakan perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya dan mencegah masalah baru yang akan timbul. (Nursallam, 20001 ; 113)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun  pada tahap perencanaan terhadap klien (Nasrul Efendy, 1995 ; 45)

5.      Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk lagi ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai (Allen, 1998 ; 123). Kriteria hasil pada tahap evaluasi pada klien anemia adalah : (Marilynn E. Doenges, 1995 ; 573)
a.       Menunjukan perfusi adekuat.
b.      Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri.
c.       Nafsu makan membaik.
d.      Berat badan stabil.
e.       Nilai laboratorium normal.

No comments:
Write komentar

E-learning

Produk Rekomendasi