Para pemimpin yang berdiri atas
nama rakyat. Suara yang dibawa adalah suara rakyat. Menjadi seorang
pemimpin sudah selayaknya bertanggungjawab atas rakyatnya. Pemimpin
haruslah berani lapar sebelum rakyatnya dan kenyang setelah rakyatnya.
Itulah hakikat pemimpin, ia
menjadi pengayom, pelindung, pembela dan pelayan rakyatnya. Sejenak kita
berkaca pada wajah para pemimpin Indonesia setelah kepemimpinan masa
Soekarno-Hatta, tak ada sifat kepemimpinan dalam diri mereka. Mereka
hanyalah seorang pimpinan tanpa memiliki sifat pemimpin. Ia hanya
mempunyai kekuasaan tanpa dibarengi dengan kemampuan untuk mengelola
kekuasaan itu sesuai dengan jalannya. Akhirnya ia mengelola hanya untuk
penuhi perut sendiri.
Siapa yang akan mengurusi nasib
rakyat bangsa ini ?. Jika pemimpin yang terpilih perlahan menyingkirkan
kepentingan rakyat dan bangsanya. Rakyat tidak butuh pemimpin yang
mempunyai sejuta janji tanpa realiti, rakyat tak butuh pemimpin yang
terkenal bak artis papan atas namun hanya bermanis dimulut saja. Rakyat
butuh pemimpin yang mampu memimpin bukan seorang pimpinan.
Negara ini membutuhkan pemimpin
yang dapat mengerti kebutuhan rakyat dan bangsanya, mendengarkan keluhan
dan memberi solusi, mengayomi layaknya seorang pemimpin yang bijaksana,
melindungi rakyatnya bagaikan seorang bapak yang melindungi anaknya.
Seorang pemimpin adalah yang lebih
dari orang yang dipimpin, namun bukan lantas ia merasa lebih dan
menganggap rendah orang yang dipimpin. Ia harus lebih sabar dari yang
dipimpin. Ia harus lebih tahu dari pada yang dipimpin. Ia harus lebih
bijaksana dari yang dipimpin.
Untuk menjadi seorang pemimpin
negara dan bangsa ini, seseorang harus memiliki sifat unggulan diatas 7
sifat dasar, yaitu ikhlas, sabar, bersyukur, tanggung jawab, berkorban,
perbaiki diri, dan sungguh – sungguh.
Ikhas menjadi seorang pemipin yang
mau bekerja tanpa pamrih untuk kepentingam duniawinya, ia tak
mengharapkan imbalan apa – apa, kecuali telah meniatkan karena Allah
Swt. Bertanggung jawab senantiasa memenuhi kewajiban dan takut akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak atas kepemimpinannya. Sifat - sifat
inilah yang jika dimiliki kemudian diaplikasikan akan melahirkan jiwa
kepemimpinan.
Memang susah untuk memilih
pemimpin, berbanding terbalik dengan memilih pimpinan. Karena seseorang
belum dapat diketahui kepemimpinannya sebelum ia menjadi pemimpin.
Apalagi seorang pemimpin sejati ia adalah sosok yang rendah hati, ia
tidak akan meminta amanah apalagi gila kedudukan dan jabatan maupun
harta.
Bangsa ini memang dalam kondisi
krisis kepemimpinan yang berkualitas. Baik dari segi moral maupun
akhidahnya. Kepemimpinan seorang pemimpin di negara ini masih lebih
mementingkan kepentingan atas kemakmuran diri sendiri, keluarganya,
kelompok/golongan/komunitasya dan partai asalnya. Sementara regenerasi
kepemimpinan di negara ini tidak berjalan baik yang banyak dilahirkan
dari para partai-partai yang ada di negara ini.
Begitu pentingnya kedudukan
pemimpin, maju mundurnya suatu pasukan ditentukan oleh pemimpinnnya.
Seperti perumpamaan bahwa segerombolan singa yang dipimpin oleh domba
akan dapat dikalahkan oleh segerombolan domba yang dipimpin singa.
Dan yang akan menjadi luar biasa
lagi jika segerombolan singa yang dipimpin oleh singa. Sumber daya yang
terbatas ditangan pemimpin sejati dapat diubah menjadi kekayaan dan
kesejahtaraan yang melimpah. Namun sumberdaya yang melimpah ditangan
pimpinan yang tidak berkarakter akan meninggalkan cerita kehancuran
dilumbung padi sendiri, hingga hadirlah sebuah itikat kebangsaan yang
menjadi Disintegrasi Bangsa yang berkepanjangan.
Sesungguhnya rakyat dan bangsa ini
masih bermimpi dan bercita-cita ingin mendapatkan seorang pemimpin yang
memiliki sifat dan perwatakan yang pemberani, tegas, berwibawa,
mengayomi dan arif bijaksana didalam menjalankan sistem kepemimpinannya.
Dulu bangsa ini memiliki seorang
pemimpin yang luar biasa sejak Republik ini dalam kondisi zaman
penjajahan kolonial dan masa lahirnya kemerdekaan bangsa ini, dia adalah
Soekarno dan Hatta. Kedua sosok anak bangsa tersebut sungguh luar biasa pengorbanannya terhadap negara Republik Indonesia di zamannya.
Namun sangat disayangkan saat ini Republik Indonesia krisis regenerasi kepemi