Thursday, September 8, 2011

Sekilas Taman Nasional Ujung Kulon (SW)

Gambaran Umum
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu serta semenanjung Ujung Kulon dan beberapa pulau kecil, diantarnya adalah Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dengan luas keseluruhan mencapai 122.956 Ha, dalam pengelolaannya mengacu pada tiga prinsip konservasi (Perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya dalam pengawasan fungsi dan kerjanya dibagi atas 3 Seksi Wilayah Perlindungan terpadu yaitu Seksi PT Wilayah I Pulau Panaitan, Seksi PT Wilayah II Handeuleum dan Seksi PT Wilayah III Sumur. Proses konservasi terutama untuk melindungi habitat Badak Jawa di wilayah inilah pengawasan diperketat terkait dengan populasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) pada tahun 2009 berjumlah 40–60 individu, jumlah populasi ini rawan punah.[1] Selain konservasi utama yaitu konservasi badak, di wilayah ini juga memiliki fauna dan flora yang kaya dan beragam serta langka banyak berada di Semenanjung Ujung Kulon. Di wilayah ini ditemukan rata-rata 3.071 individu/Ha sedangkan jenis tumbuhan teridentifikasi sebanyak 191 jenis pada berbagai tingkatan. Secara administrasi Taman Nasionl Ujung Kulon masuk ke dalam Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
        TNUK dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang terbagi atas 4 zonasi, yaitu zona inti adalah kawasan taman nasional yang berfungsi untuk perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia serta perubahan dan perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia, kecuai untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan dan pengamanan. Zona rimba adalah kawasan taman nasional yang berfungsi untuk menyangga zona inti dan kegiatannya sebagaimana dengan zona inti serta dapat dikunjungi sebatas rekreasi semata kegiatan pengelolaan yang dapat dilakukan seperti pembinaan habitat dan populasi, pembuatan jalan setapak, pembuatan menara pengintai dan sarana kemudahan wisata.
  Zona tradisional/pemanfaatan adalah kawasan taman nasional yang berfungsi untuk menampung pengunjung maupun pengelolaan di zona ini dapat dibangun sarana akomodasi sarana pengungjung dan pengelolaan taman nasional yang secara ekologis mempunyai pengaruh dari dalam mapun dari luar taman nasional. Sedangkan zona khusus adalah wilayah pemukiman yang  berada di kawasan TNUK yang sudah berada sebelum penetapan Ujung Kulon menjadi Taman Nasional Ujung Kulon, yang dimana kondisi asli diusahkan seperti sebelum penetapan  manjadi taman nasional. Desa-desa yang berada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan  Cimanggu merupakan desa yang berada di daerah penyangga TNUK Kawasan Gunung Honje.[2]

Letak Wilayah dan Keadaan Geografis
                 Wilayah Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang dengan luas daerah 122.956 Ha, Semenanjung Ujung Kulon yang merupakan wilayah terluas dari Taman Nasional Ujung Kulon merupakan daerah terkahir dan paling selatan dari wilayah Kabupaten Pandeglang dan paling ujung Barat Pulau Jawa, Temperatur udara di wilayah ini antara 25°-30°C, Curah hujan Rata-rata 3.200 mm/tahun, ketinggian tempat 0- 608 meter dpl, Letak geografis 6°34’- 6°52’ LS, 102°02’32”-102°37’37” BT.[3] Taman Nasional Ujung Kulon  memiliki batas sebagai berikut :
Utara     :   Teluk Selamat Datang dan Selat Sunda dan Kecamatan Sumur
Selatan  :   Samudera Hindia
Barat     :   Selat Sunda dan Samudera Hindia
Timur    :  Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang

Keadaan Air dan  Curah Hujan
Kuantitas air di dalam kawasan dan di sekitar kawasan seperti sungai Cikawung begitu besar karena berasal dari hutan di kawasan TNUK bagian Selatan Gunung Honje. Air tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk di daerah sepanjang kaki Gunung Honje, tetapi untuk fluktuasi aliran pada musim kemarau dan musim penghujan memiliki perbedaan sangat nyata. 
  Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Banten (1996-2006) wilayah daratan selatan Ujung Kulon terutama di wilayah Desa Ujung Jaya, Taman jaya dan Wilayah Kalejetan bagian selatan dan timur mempunyai iklim yang lebih dingin dibandingkan dengan daratan bagian utara. Rata-rata curah  hujan di kawasan ini 1553,5 mm/tahun. Kisaran suhu di perairan antara 23,78°C-31,98°C dengan kelembaban mencapai 78%-86%. Tingginya curah hujan terjadi pada bulan  November-Maret dengan curah hujan 1514-3440 mm dan 93-153 hari  hujan. Curah hujan terbesar akan terjadi pada bulan Desember dan Januari  yang seringkali disertai dengan badai dan angin kencang. [4]
   Pada bulan-bulan tersebut fluktuasi air dan debit lebih besar dan sungai-sungai melimpah airnya. Sedangkan di musim kemarau pada bulan April-Oktober, curah hujan antara  476-1729 dengan hari hujan 39-91 hari cenderung kering, terlebih pada bulan Agustus-Oktober, selama bulan tersebut perairan tenang dan debit air cenderung  berkurang serta sungai-sungai kering, sehingga sebagian penduduk di desa-desa tertentu di sekitar kaki Gunung Honje Selatan harus menggali sumur dimusim kemarau untuk mendapatkan air bersih, seperti yang terjadi di  Desa Ujung Jaya, Desa Taman Jaya, Desa Tugu dan Desa Rancapinang.
   Sungai-sungai yang diukur tersebut memiliki tingkat kecerahan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kedalamannya yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat terpenetrasi secara sempurna. Kecerahan air di kelima sungai relatif berbeda, di sungai Cibunar memiliki kecerahan 100% di bagian hulu dan 67,9% di bagian hilirnya dengan kedalaman 23-39 cm, sungai Cimayang dan Cikawung memiliki kecerahan 100% dengan kedalaman 20-40 cm. Kecerahan air di bagian hulu rata-rata hampir 100 %, karena belum dimanfaatan oleh penduduk sehingga airnya masih bersih dan alami, masih banyak terdapat bebatuan yang besar-besar yang semakin ke hilir jumlahnya semakin berkurang. Di samping itu, sungai-sungai tersebut memiliki kemungkinan potensi erosi yang tinggi karena bentuk dasarnya yang berupa pasir dan lumpur. Fluktuasi/kuantitas air yang mengalir keempat sungai tersebut berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari keluaran debit sungai yang berbeda pada masing-masing sungai. Debit merupakan besarnya aliran volume materi atau benda yang bersifat cair tiap satuan waktu.
   Suhu udara rata-rata harian berkisar 26,2-28,7 °C dan kelembaban udara berkisar 75%-91% serta intensitas radiasi surya 0,621-0,669  cl/cm²/ml sehingga berpotensi untuk pengembangan ekowisata karena udara kawasan Selatan Gunung Honje memberikan rasa nyaman kepada masyarakat setempat. Sedangkan kisaran suhu di perairan antara 23,78°C-31,98°C dengan kelembaban mencapai 78%-86%.[5] 


[1] TNUK. 2009. Hasil Monitoring dan Pendataan Jumlah Badak. Tidak dipublikasikan
[2] TNUK. 2010. Zonasi Taman Nasional Ujung Kulon. Labuan. Tidak dipublikasikan Hal: 17
[3] TNUK. 2010. Profil dan Wilayah Kerja TNUK. Labuan tidak dipublikasikan. Hal: 78  
[4] Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Banten. (1996-2006)
[5] PKLP IPB. 2009. Laporan Praktek Profesi dI Taman Nasional Ujung Kulon. Tidak dipublikasikan. Hal: 64