Oleh Romo Gandung Ismanto pada 19 November 2010 jam 5:30
SERANG – Meski sudah berusia 10 tahun, Provinsi Banten dalam penilaian akademisi Untirta Gandung Ismanto masih jauh dari harapan. Bahkan, jika dibandingkan dengan provinsi lain seusia seperti Gorontalo dan Bangka Belitung (Babel), kemajuan Banten berjalan lamban.
“Pembanding yang ideal kemajuan Banten adalah provinsi yang lahir bersamaan, yakni Gorontalo dan Babel” kata Gandung saat launching buku karyanya 'Habis Gelap Terbitkah Terang?' yang diterbitkan Gong Publishing di Auditorium Untirta, Sabtu (13/11). Dalam paparannya ia membandingkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten yang pada 2002 sebesar 66,6 berada di peringkat ke-11 tingkat nasional. Pada 2009, justru menjadi peringkat-21 dengan IPM 69,8. Sementara Babel yang pada 2002 berada pada peringkat-20 dengan IPM 65,4, justru pada 2009 berhasil duduk di peringkat ke-10 dengan IPM 72,19. Sedangkan Gorontalo, kata dia, kendati tidak lebih baik dari Banten namun menunjukkan pencapaian yang konsisten. Secara agregat, sejak 2002 Banten hanya berhasil meningkatkan IPM sebesar 3,1 poin dari 66,6 di 2002 menjadi 69,8 di 2009, jauh di bawah Gorontalo yang mencapai peningkatan 5,19 poin dari 64,1 di 2002 menjadi 69,29 di 2009. “IPM adalah indikator paling nyata kegagalan Pemprov Banten meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal pengentasan kemiskinan, Banten juga menunjukkan gejala yang tidak memuaskan,” tandasnya. Gorontalo, katanya, adalah provinsi yang paling berhasil menurunkan angka kemiskinannya sebesar 7,12 poin, dari 32,13% pada 2002 menjadi 25,01 persen pada 2009. Sedang Babel menurunkan angka kemiskinannya sebesar 4,03 poin dari 11,62% pada 2002 menjadi 7,59% pada 2009. Sementara Banten, hanya berhasil menurunkan angka kemiskinan sebesar 1,58 poin dalam kurun waktu yang sama yakni tujuh tahun, sebesar 9,22% pada 2002 menjadi 7,64% pada 2009. Pemprov Banten dinilai Gandung, tidak mampu menurunkan angka pengangguran secara signifikan. Kata dia, sejumlah data resmi BPS 2002-2009 mengindikasikan trend negatif sebesar -4,65, yang berarti adanya kecenderungan meningkatnya angka pengangguran setiap tahunnya, dari 10,32% pada 2002 menjadi 14,07% pada 2009. Berbeda dengan Gorontalo, menurutnya, pada kurun 2002-2009 secara fantastis menekan angka penganggurannya hingga 11,42 poin dari 13,17% di 2002 menjadi 6,14% di 2009. Demikian pula Babel yang berhasil menekan hingga 2,85 poin dari 8,99% pada 2006 menjadi 5,89 pada 2009. “Pada indikator LPE, Banten berada di bawah 5%, jauh tertinggal dibandingkan Gorontalo yang konsisten di atas 7%. Padahal Banten memiliki potensi sumberdaya alam berlimpah serta posisi geo-strategis dekat dengan Jakarta dibandingkan dengan Gorontalo dan Babel,” tandasnya. Menurut Gandung, berbagai kelambanan pembangunan di Banten dirasakan berbagai kalangan masyarakat.
Kegelisahan tersebut, lanjutnya, dituangkan dalam bentuk analisis sosial politik dalam bukunya setebal 190 halaman. “Dari sejumlah elobarasi yang saya temukan, terungkap fakta bahwa pembangunan sumberdaya manusia sebagai subjek pembangunan, selama 10 tahun diabaikan pemerintah daerah,” ujarnya. Akademisi Fakultas Hukum Untirta Dr Muhyi Mohas yang diberikan kesempatan menjadi panelis mengatakan, kegelisahan Gandung yang paling besar atas ketimpangan pembangunan di Banten tertuang ketika mengupas tentang perubahan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Banten. “Gandung ungkapkan fakta dibalik peristiwa, diasumsikan perubahan yang dilakukan karena adanya kegagalan pembangunan. Secara arif dia menyayangkan perubahan RPJMD ini yang sarat kepentingan politik, tapi memberikan solusi,” ungkapnya. Kesenjangan kemiskinan di Banten, menurut Muhyi, harus diakui masih terjadi hingga saat ini. Salah satu masalahnya, kata dia, karena disharmonisasi pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota. “Padahal musuh bersama kita saat ini adalah kemiskinan yang seharusnya pemerintah daerah berkomitmen serta mempunyai strategi bersama mengentas kemiskinan ini,” ujarnya. (run/del)
Artikel Terkait:
No comments:
Write komentar