Tuesday, May 24, 2011

Makalah Pertanian

 


 

BAB 1

PENDAHULUAN


 

  1. Latar Belakang Masalah


     

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Perjalanan pembangunan Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasioanl. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain; potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perananya dalam penyedian pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia sangat besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin.

Untuk kondisi di banten sendiri distribusi PDRB dari sektor pertanian jika dirinci menurut subsektornya, tertinggi sektor tanaman bahan makanan(64,97%). Propinsi banten merupakan salah satu provinsi penyumbang produksi padi yang signifikan bagi pencapaian sasaran propduksi nasional.

Menurut laporan BPS(Badan Pusat Statistik) tahun 2009, produksi padi di Banten mencapai 1,86 juta ton gabah kering giling.

1.2 Definisi Pertanian

A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewandiberbagaidunia.

Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto, 1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3.Kehutanan.
4.Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanandaratdanperikananlaut).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan "farm" dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.

Berikut ini teori-teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menganut aliran klasik yang juga memilki keterkaitan mengenai salah satu sektor ekonomi yaitu sektor pertanian. Oleh karena itu teori-teori tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

  1. Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith

    Menurut Adam Smith, dalam bukunya yang sangat terkenal, "An Inquiry into the Principle and Cause of Wealth of Nation", pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

  • Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
  • Pertumbuhan jumlah penduduk

Pertumbuhan PDB itu sendiri akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

  • Sumber daya alam yang tersedia
  • Jumlah penduduk
  • Persediaan barang-barang modal

Adam Smith berpendapat bahwa sumber daya alam sangat menentukan pertumbuhan PDB. Agara PDB-nya meningkat, sumber daya alam yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, perlu dikembangkan sistem spesialisasi dan pembagian kerja sehingga produktivitas meningkat.

Pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh kenaikan tingkat produktivitas akan mendorong terjadinya perluasan pasar, sehingga memberi semangat kepada para pelaku ekonomi untuk selalu menghasilkan hal-hal baru. Keadaan seperti itu akan berlangsung secara terus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat.

Menurut adam Smith, masih ada satu hal yang dapat meningkat pertumbuhan ekonomi, yaitu sistem persaingan bebas (Laissez Faire). Sistem persaingan bebas memberi kesempatan kepada setiap individu untuk berkembang dan memilih kegiatan ekonomi yang disukai hingga mencapai imbalan jasa yang maksimal (tertinggi) tanpa campur tangan pemerintah. Dengan demikian, setiap individu akan terdorong untuk melakukan kegiatan ekonomi yang maksimal dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

  1. Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo dan Thomas Robert Malthus

    David Ricardo terkenal dengan teori "the Law of Diminishing Return",sedangkan Thomas Robert Malthus terkenal dengan teori "Pertumbuhan penduduk". Menurut davud Ricardo, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh:

    1. Sumber daya alam terbatas
    2. Jumlah penduduk yang selalu berkembang
    3. Proses kemajuan teknologi
    4. Sektor pertanian yang dominan

Menurut Ricardo dan Malthus, pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus menerus dalam jangka panjang, tetapi akan mengalami "stationary state",yaitu suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi (kemandekan). Hal ini disebabkan oleh adanya teori "law of diminishing return"(hasil yang semakin berkurang).

Pada saat jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam melimpah, akan didapatkan hasil yang banyak dan akan dicapi pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika jumlah penduduk mulai bertambah banyak, tingkat kegiatan ekinomi akan menurun.

Berkurangnya kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dalam teori Malthus, yaitu "pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung". Berdasarkan teori tersebut jumlah penduduk akan berkembang lenih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, sehingga alan mengakibatkan ongkos tenaga kerja menjadi sangat murah dan hanya cukup untuk biaya hidup (subsisten).

  1. Teori yang dikemukakan oleh Robert Sollow

    Menurut Robert Sollow salah seorang teori yang berasal dari aliran teori Neo Klasik, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh:

  • Pertumbuhan penduduk (sumber daya manusia)
  • Akumulasi modal
  • Teknologi modern

Sollow berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi sumber daya dalam pembangunan. Jika dimanfaatkan dengan baik akan mampu membentuk akumulasi modal. Dan jika dikombinasikan dengan teknolodi modern maka akan menghasilkan output, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB II

TAHAP-TAHAP PERUMUSAN MASALAH


 


 


 


 


 


 


 


 

    


 

  1. SITUASI BERMASALAH


 

    Adapun situasi bermasalah tersebut adalah masih ada Dikotomi antara usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian Banten selatan dengan Banten Utara.


 

  1. META MASALAH

Sektor Pertanian yang merupakan peranan penting dalam perekonomian di Indonesian khususnya di Banten antara lain sebagai berikut:


 


 

  • Pertumbuhan PDRB Pertanian

Perekonomian Wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu 2002-2005 bergerak dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) rata-rata 4,9% pertahun (3,95% pada tahun 2001 dan 5,88% pada tahun 2005 sejalan dengan peningkatan LPE terse3but PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 telah mencapai Rp;. 84,62 Triliyun dan PDRB atas dasar harga konstan ( 2000) sebesar RP 58,11 Triliyun. Sedangkan PDRB per kapita Banten meniungkat dari Rp 8,07 juta pada tahun 2004 menjadi RP 9,09 Juta pada tahun 2005.


 

Pola perkembangan perekonomian wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu 2001-2005 dicirikan dengan pergeseran peranan sektoral, dimana penguatan peran sektor tersier (service) ditunjukan oleh peningkatan yang pada tahun 2002 baru mencapai 30,98% meningkat menjadi 34,02% pada tahun 2005. Sektor sekunder yang memuat sektor industri penurunan dari 59,27% ( 2001) menjadi 57,34% (2005). Penurunan ini disebabkan oleh semakin turunnya peranan sektor industri dalam perekonomian Banten. Sama halnya dengan kelompok sektor sekunder, sektor primer juga mengalami penurunan dari 9,47% pada tahun 2002 menjadi 8,64% pada tahun 2005.


 

Berdasarkan PDRB Provinsi Banten atas dasar harga konsisten 2000, struktur ekonomi wilayah Provinsi Banten tahun 2005 distribusinya didominasi oleh sektor industri yang kontribusinya mencapai 49,75%, sektor perdagangan 17,13 % , sektor pertanian 8,53%, sektor transportasi dan komunikasi 8,58% sisanya merata disektor jasa listrik, keuangan, konstruksi dan pertambangan.


 

Distribusi PDRB dari sektor pertanian jika dirinci menurut subsektornya, tertinggi sektor Tanaman Bahan Makanan ( 64,97%), peternakan dan hasilnya( 18,72%), perikanan( 8,41%), tanaman perkebunan (7,30%) dan sektor Kehutanan (0,60%). Sementara laju pertumbuhannya tertinggi disektor perikanan (3,12%),sektor kehutanan (2,65%) dan sektor tanaman perkebunan (0,56%).


 

  • Laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian tahun 2005

relatif cukup tinggi, yaitu 10,54%. Dibanding potensinya yang sangat besar, produktivitas sektor pertanian masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas di sektor pertanian dan peternakan mengakibatkan kabupaten yang berbasis sektornya disektor pertanian mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang rendah.


 

  • Penyerapan Tenaga Keraja Sektor Pertanian

Konstribusi sektor pertanian sebagai sektor padat karya yang relatif perannya sedikit (yaitu sebesar 8,71%) dibanding sektor lainnya dalam PDRB, tetapi mempunyai peran startegis karena adanya tenaga kerja yang terserap sangat besar mencapai 731.827 orang ( 21,14 % dari total tenaga kerja).

Jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Banten pada tahun 2005 sebesar 3.461.508 orang. Sektor yang mempunyaia daya serap tenaga kerja dari yang paling besar berturut-turut adalah sektor industri 799.962( 23,11%) sektor pertanian 731.827(21,14%) sektor perdagangan 721.494 (20,84%) dan sektor jasa-jasa 561.240 (16,21%). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar berada di Kabupaten Lebak, serang, dan pandeglang. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan didaerah tersebut, terutama dikabupaten lebak dan pandeglang masih berbasis pada sektor pertanian.


 

  • Kondisi Penanaman Modal ( PMA) Di sektor Pertanian

Secara nasional Provinsi banten merupakan salah satu daerah tujuan investasi yang banyak manarik minat investor. Hal ini dapat dimaklumi karena letak Provinsi Banten berdekatan dengan pusat pemerintahan DKI Jakarta. Dengan Kepadatan penduduk DKI Jakarta yang semakin meningkat dan ketersediaan lahan untuk indudtri semakin terbats, maka provinsi Banten menjadi wilayah pilihan opara investor untuk membangun dan memperluas usahanya dibidang industri.

Saat ini Pemerintah Provinsi Banten dalam mengembangkan perekonomian daerahnya diarahkan pada kegiatan investasi di sektor sekunder dan tersier. Pengembangan kegiatan investasi tersebut ditempatkan di wilayah Tangerang, Serang dan Cilegon. Sedangkan di wilayah Kabupaten Lebak dan Pandeglang dikembangkan sektor primer dan pariwisata.


 

Selama kurun waktu 2001-2006 investasi asing di Provinsi Banten terkonsentrasi di Kota Cilegon dengan nilai U$ 2.376,737 Juta atau sebesar 97,5% dari total investasi asing sebesar U$ 2.438,515 Juta. Sayangnya ini terkonsentrasi di dua wilayah, yaitu Kabupaten Serang sebesar 43,5% dari total investasi dalam negeri, dan kabupaten dan Kota Tangerang sebesar 48,3 % dari total investasi dalam negeri di Provinsi Banten sebesar RP. 13.901,94 milyar.


 


 

Perkembangan Investasi ( PMA) Provinsi Banten

Tahun 2001-2006 Perbandingan Rencana dan Realisasi


 

TAHUN

NILAI INVESTASI(PMA)

Penanaman Modal Asing (US$)

Tenaga Kerja

TKA

TKI2

2001

1.129.923.079

597

20.434

264.031.465

225

8.629

2002

56.483.475

350

7.590

695.584.783

56

15.746

2003

128.070.520

299

4.594

98.932.804

40

6.714

2004

263.341.431

359

9.134

14.417.746

0

2.460

2005

199.931.690

252

19.318

781.384.364

3

12.881

2006

279.411.200

171

15.126

361.935.682

0

12.543

TOTAL REALISASI

2.216.296.844

  


 


 

TAHUN

NILAI INVESTASI(PMA)

Penanaman Modal Asing (US$)

Tenaga Kerja

TKA

TKI2

2001

2046.64

65

10.820

29997.59

2

8.346

2002

178.52

4

1.201

2461.72

38

389

2003

1246.04

31

1.272

17.64

0

731

2004

1124.07

23

1.782

1048.38

0

429

2005

705.77

4

273

5884.08

3

7.592

2006

5638.23

2

3.582

1492.53

0

1.289

TOTAL REALISASI

13,901,94

  


 

    Realisasi investasi dalam kurun waktu 2001-2006,orientasi lokasi PMA khususnya tertuju pada Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang, dimana masing- masing sekitar 68,33% dan 21,67% terhadap jumlah realisasi PMA terhadap kabupaten Serang dan Kota Cilegon masing-masing hanya sekitar 6,67% dan 3,33%. Realisasi PMA di Kabupaten Lebak selam kurun waktu tersebut tercatat hanya 1 proyek dengan nilai 200.655 US$, sedangkan di Kabupaten Pandeglang realisasi PMA sama sekali belum ada.

  • Pertanian(Tanaman Pangan dan Hortikultura)

Luas panen dan produksi dan budidaya padi dari 338,666 ha dan 1.468.765 ton serta produktifitas mencapai 43,37 kwt/ha pada tahun 2002, telah naik berkembang menjadi 384,414 ha dan 1.751.468 ton dengan tingkat produktifitas mencapai 50.27 kwt/ha hingga tahun 2006. Bila mengacu pada pola perkembangannnya, pada tahun 2007-2012 tingkat produksi perhektar diperkirakan tetap meningkat meskipun dengan kecenderungan melambat, sesuai sifat pertumbuhan biologis yang cenderung ada kejenuhan mendekati titik belok atau point of inflexion.

Praktek budidaya selama kurun waktu 2002-2006 semakin membaik (intensif), sebagaimana tercermin dari laju pertumbuhan produksi rata-rata yang masih bisa meningkat lagi(4.32% pertahun) seperti pada grafik di bawah, walaupun laju pertumbuhan luas panen rata-rata mulai mendekati titik optimum 0,87% pertahun. Rasio pertumbuhan laju pertumbuhan produksi dengan laju luas panen adalah 4,97 yang berarti memang di banten Intensifikasi sudah optimum( apabila nilai rasio>1 maka kecenderungannya intensifikasi, dan apabila nilai rasio <1 maka kecenderhungannya ekstensifikasi). Perkembangan penggunaan lahan pertanian selam tahun 2005 di propinsi Banten seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Distribusi luas lahan dan penggunaannya untuk pertanian di Propinsi Banten

Jenis penggunaan

Luas(ha)

Jenis penggunaan

Luas(ha)

Lahan basah


 

Sawah pengairan teknis

Sawah pengairan ½ teknis

Sawah pengairan sederhana

Sawah pengairan non PU

Sawah tadah hujan

Sawah pasang surut

Lebak, folder, lainnya

196,122


 

52,102 (26,6%)

18,417 (9,4%)

21,630 (11.0%)

24,458 (12,5%)

79,355 (40,5%)

0 (0%)

160 (0,1%)

Lahan kering


 

Lahan yang diusahakan

Untuk pertanian

Lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian

Lahan yang masih bisa untuk pertanian

Lain-lain

677,488


 

330,376 (48,7%)


 

282,233 (41,7%


 

24,852 (3,7%)


 

40,027 (5,9)

Jumlah lahan basah (22,5%) dan lahan kering (77,55%) = 873,610 ha (100%)


 

    Propinsi Banten terdiri dari 4 kabupaten dengan 3 kota seluas 8,800.83 KM2, penduduk 9,308,944 jiwa, di mana 8,475,210 jiwa keluarga petani. Jika dirinci penggunaan lahan kering oleh masyarakat propinsi Banten maka distribushinya sebagai berikut.


 


 


 

Perincian distribusi lahan kering menurut penggunaannya


 

Jenis penggunaan

Luas (Ha)

  • Pekarangan atau bangunan dan halaman
  • Tegalan atau kebun
  • Ladang atau huma
  • Pengembalaan atau padang rumput
  • Rawa-rawa yang tidak ditanami padi
  • Tambak
  • Kolam atau empang
  • Sementara tidak diusahakan
  • Hutan rakyat
  • Hutan negara
  • Perkebunan
  • Lain-lain
  • 102.361 (15.1%)
  • 171.927 (25,4%)
  • 88.125 (13.05)
  • 5.127 (0,8%)
  • 1.570 (0,2%)
  • 10.053 (1.5%)
  • 2.720 (0,4%)
  • 23.282 (3,4%)
  • 47.947 (7.1%)
  • 131.925 (19,5%)
  • 52,424 (8,0%)
  • 40,027 (5,9%

Jumlah lahan kering

677,488


 

    Tabel di atas menunjukkan masih sangat memungkinkan pengembangan pertanian lahan kering tersedia 41,7% dibanding lahan basah di samping usaha budidaya perternakan.

    Produksi padi apabila dilihat menurut kabupaten atau kota tahun 2006 terbesar disumbang olenh kabupaten Pandegelang sebesar 502.766 atau sebesar 31,14% dari seluruh produlsi padi propinsi banten. Kemudian sumbangan terbesar kedua adalah kabupaten Lebak sebanyak 375.268 ton atau 28,63% sedangkan yang menyumabang paling kecil adalah wilayah perkotaan yakni kota Tangerang dan kota Cilegon yang menyumbang >1% terhadap seluruh produksi padi propinsi Banten. Rincian luas panen, produksi, prkoduktifitas padi, sawah dan ladang di propinsi Banten periode 2001-2006 dapat di lihat pada tabel berikut.

Perbandingan luas panen, produktifitas dan produksi padi sawah dan ladang propinsi Banten 2001-2006

Indikator

Tahun

Satuan

Padi sawah

Padi ladang

Jumlah total

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2001

Hektar

Kw/Ha

Ton GKG

300.466

45.25

1.359.536

34.563

21.37

73.816

335.069

42.78

1.433.352

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2002

Hektar

Kw/Ha

Ton GKG

349.577

40.39

1.411.977

27.495

20.65

56.788

338.666

43.37

1.468.765

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2003

Hektar

Kw/Ha

Ton

316.255

50.60

1.600.191

31.778

28.87

91.732

348.033

48,61

1.691.932

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2004

Hektar

Kw/Ha

Ton

327.414

51.36

1.756.037

32.274

28.28

107.676

364.721

49,70

1.812.495

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2005

Hektar

Kw/Ha

Ton

337.989

51.96

1.756.037

36.769

28,76

105.739

374.755

49,67

1.861.776

Luas panen

Produktifitas

Produksi

2006

Hektar

Kw/Ha

Ton

316.040

52.51

1.659.640

32.374

28.36

91.828

348.414

50.27

1.751.468


 


 

INDICATOR

LAJU PERTUMBUHAN RATAAN/TAHUN (%)

LAJU PERTUMBUHAN TINGKAT NASIONAL (%)

Luas Panen

Produktivitas

Produksi

0.87

3.37

4.32

 


 

    Berdasarkan tabel, kenaikan luas panen padi selama 5 tahun pembangunan pertanian provinsi Banten sebesar 0.87 % pertahun, atau mengalami kenaikan sebesar 13,385 Ha. Tingkat produktivitas lahan mengalami kenaikan sebesar 3,37 % pertahun atau dari 42,78 kuintal/hektar pada tahun 2001 menjadi 50.27 kuintal/ hektar padi tahun 2006.

  • Pertanian tanaman palawijaya

Rata – rata laju pertumbuhan produksi untuk seluruh jenis tanaman palawijaya yang diuasahakan meningkat( kecuali komoditas ubi jalar – 0.85 % pertahun), namun pola dan praktek produksi palawijaya relatif belum berkembang, dimana hanya budidaya komoditas kacang tanah dengan laju pertumbuhan produksi 5.01% dan laju rataan luas panen 3.38% yang rasionya cukup baik ( 1,48). Diantara berbagai jenis tanaman palawijaya yang diuasahkan, hanya ubi jalar dan kacang hijau yang memiliki laju pertumbuhan produksi negatif ( - 0.85% per tahun).


 


 


 


 


 


 


 

Perbandingan luas panen, Produktivitas, dan Produksi Palawija Provinsi Banten 2001 s/d 2006

TAHUN

INDIKATOR

JAGUNG

KEDELAI

KACANG TANAH

KACANG HIJAU

UBI KAYU

UBI JALAR

2001

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

12.534

24.25

30.386

1.659

12.03

1.996

13.225

9.90

13.097

2.572

8.91

2.292

13.608

132.00

179.475

4.217

108.89

45.917

2002

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

8.354

23.00

19.216

3.954

11.55

4.568

13.939

10.14

14.136

3.001

8.89

2.292

10.544

130.86

137.975

3.895

108.81

42.381

2003

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

8.331

29.86

24,875

2.452

13,23

3.245

9.668

12,68

12.256

2.813

9,84

2,767

11.321

137.60

155.776

3.443

115.22

39.669

2004

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

8,818

24,87

25.102

3.340

13,41

4.601

10.487

13,11

13,752

2.840

9,16

2,062

11.950

137.21

163.969

3.386

114.05

38.618

2005

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

10.324

28,82

29,751

1.832

13,63

2.497

13.284

13,44

17,583

2,292

9,10

2,086

10.435

138.10

144.110

3.638

113.46

41.276

2006

Luas Panen ( Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi ( Ton)

8,155

29,94

24,417

1.472

13.03

1.918

14.211

13.04

18.535

2.145

9.09

1.950

10.266

139.84

143.562

3.020

113.82

34.373

INDIKATOR

LAJU PERTUMBUHAN (%)

RATAAN PER TAHUN

Jagung

Kedelai

Kacang

Tanah

Kacang Hijau

Ubi kayu

Ubi jalar

Luas Panen Produktivitas Produksi

-6,34

-8,15

3,52

14,80

-13,89

1,38

3,38

5,96

5,01

-2,87

-4,08

0,25

-4,78

-5,56

1,13

-6,29

-6,31

-0,85

RATA-RATA NASIONAL

      


 

Beberapa komoditi palawija pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan. Komoditas palawija yang mengalami peningkatan produksi dalam kurun waktu 2001-2006 adalah kedelai sebesar 1,38% pertahun, kacang tanah 5,01% pertahun, jagung 3,52% pertahun, ubi kayu 1,13% pertahun. Komoditas ubi jalar mengalami penurunan cukup tajam, -0,85%. Hal ini disebabkan oleh penurunan luas panen akibat dari pengaruh musim, bencana alam ( kekeringan ), hama penyakit tanaman dan oleh sebab lainya.


 

  • Pertananian Tanaman Hortikultura

Secara rata-rata luas panen untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan mangalami penurunan dari 27,234 ha pada tahun 2001 menjadi 9,718 ha hingga tahun 2006, dengan laju luas panen yang negatif, kecuali pada tanaman petsai/sawi dan kangkung serta timun. Hal ini dalam kurun waktu yang sama diikuti juga penurunan produksi, produktifitas untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan semakin menurun. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan luas panen dalam kurun waktu 2001-2006 bergerak pada angka 5,27% pertahun, namun laju pertumbuhan produksi justru berada pada posisi -17,57% pertahun. Dibanding tahun 2001, luas panen tanaman hortikultura semusim pada tahun 2006 hampir semua mengalami penurunan. Dominasi luas panen hortikultura semusim pada tahun 2006 menurun jauh dengan tahun 2001. Luas panen terbesar dihasilkan komoditas ketimun, kacang panjang, masing-masing 4,453 ha, 3,527 ha. Namun ketiga komoditas lainya mengalami peningkatan luas panen. Hal sedikit banyak penurunan ini dipengaruhi Ell Nino yang berperan sangat besar.


 

Tanaman


 

Indicator

TAHUN

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Ketimun

Produksi(ton) Luas Panen (Ha)

188.335

4.947

140.218

3.698

50.673

4.406

50.838

5.649

49.202

4.081

49.796

4.453

Kacang Panjang

Produksi(ton)

Luas Panen (Ha)

104.392

4.912

122.646

3.499

18.680

3.943

30.097

4.910

28.641

3.715

21.688

3.527

Cabe

Produksi(ton) Luas Panen (Ha)

72.591

2.377

40.694

1.639

5.411

1.240

8.688

2.357

8.583

1.878

4.679

1.367

Petai/sawi

Produksi(ton) Luas Panen (Ha)

50.035

928

40.007

791

15.602

1.870

16.972

2.280

15.960

1.754

15.460

2.149

Terung

Produksi(ton) Luas Panen (Ha)

41.837

1.803

37.955

1.214

9.877

1.138

11.719

1.580

12.962

1.180

11.622

1.171

Kangkung

Produksi(ton) Luas Panen (Ha)

106.246

1.474

34.995

915

25.816

1.776

26.912

2.368

11.012

1.438

12.195

1.747


 

Rataan Laju pertumbuhan

(%)

KOMODITAS

 

Ketimun

Kacang Panjang

Cabe

Terong

Kangkung

Produksi

-18.2

-7.1

-23.4

-16.3

-27.5

Luas Panen

0.7

-4.2

-2.6

28.6

14.3

    Dari tabel diatas, komoditas ketimun dan kacang panjang yang terbaik produksinya, ini juga disebabkan harga komoditas di pasar relatif bagus dan stabil. Komoditas sawi menunjukan peningkatan luas panen, juga dikarenakan faktor harga komoditas di pasar yang cukup baik.

    Produksi buah-buahan utama yang banyak diproduksi masyarakat petani di Provinsi Banten dalam kurun waktu 2001-2006 adalah sebagaimana tabel berikut:


 

Tanaman


 

Produksi (kwt)

Nilai Pertumbuhan

Rataan (%)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Banten

Nasional

Sukun

31

1.466

1.466

1.638

1.211

1.807

277.5

 

Pisang

341.856

93.670

173.600

209.603

214.481

230.446

8.6

 

Nanas

20,991

20.749

970

950

437

255

-38.7

 

Manggis

942

1.103

3.289

2.715

2.620

4.101

50.2

 

Melinjo

18.855

18.700

34.371

47.652

35.444

8.476

4.0

 

Durian

11.435

7.864

17.581

19.604

11.905

19.163

25.1

 


 

Luas panen tanaman Hortikultura ( Buah-buahan) Tahunan Banten Tahun 2001-2006

Tanaman


 

Produksi (kwt)

Nilai Pertumbuhan

Rataan (%)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Banten

Nasional

Sukun

3.959

13.590

16.070

11.143

13.232

14.139

114.3

 

Pisang

16.646.322

13.920.685

7.030.796

7.185.403

4.013.377

3.970.492

-21.8

 

Nanas

209.059

246.273

133.031

62.871

168.898

107.646

10.3

 

Manggis

35.846

30.627

51.825

27.791

45.056

59.732

20.6

 

Melinjo

1.488.662

1.447.730

482.006

538.902

530.431

82.734

-28.7

 

Durian

219.348

245.008

172.441

219.628

145.801

209.416

3.9

 


 

Pada tanaman hortikultura tahunan, luas panen dan jumlah pohon yang sisi produksi, sukun dan pisang merupakan tanaman yang mendominasi tanaman hortikultura tahunan. Nenas dan manggis dan durian merupakan tanaman hortikultura tahunan cukup dominan pada laju pertumbuhan produksi namun tidak dominan pada luas panen/jumlah pohon yang berproduksi. Walaupun pisang dan sukun paling banyak produksinya sebesar 1,807 kwintal dan 230,446 kwintal, namun dari kedua tanaman tersebut yang mengalami penurunan laju luas panen adalah pisang dan melinjo -21.8% pertahun dan –28.7% pertahun.

Tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh masyarakat terdiri dari jahe, lempuyang, kunyit, kencur, temulawak, dan lengkuas/laos. Realisasi produksi tanaman obat-obatan pada tahun 2006 pada umumnya sangat baik dan stabil, kecuali laos, temulawak dan lempuyang laju pertumbuhanya negatif (berturut-turut -7.4, -24.3 dan -47.4). Rinciannya dapat dilihat pada tabel 15 berikut:

Produksi Tanaman Obat-obatan di Provinsi Banten (2004-2006)

No

Komoditi

Produksi(kg)

Nilai pertumbuhan Rataan (%)

2004

2005

2006

1

2

3

4

5

6

Lengkoas/laos

Kunyit

Temulawak

Jahe

Kencur

Lempuyang

1.663.314

1.252.105

208.614

788.930

666.838

478.432

1.539.967

1.839.223

181.056

1.747.738

1.170.004

349.401

1.426.190

1.079.297

116.879

1.426.190

816.336

112.691

-7.4

2.8

-24.3

51.6

22.6

-47.4


 

    Tanaman hias dapat berkembang baik diProvinsi Banten, tetapi produksinya relatif belum banyak peningkatan, menurun kecuali Gerbera dan Krisan dengan laju pertumbuhan produksi yang positif (54,8% dan 4,0 %). Hal ini mungkin memerlukan inovasi tekhnologi, promosi dan merebut pangsa ekspor keluar provinsi maupun luar negeri. Pada umumnya tanaman hias yang diusahakan terdiri dari sedap malam, palm, anggrek, melati, mawar, anthurium, gladiol,krisan,kenanga, dan gerbera.

    Dukungan sarana dan prasarana dalam sistem agribisnis pertanian serta dalam pelaksanaan on-farm petani di provinsi Banten adalah sebagaimana terinci dalam tabel 17 berikut:

Jumlah sarana dan Prasarana pertanian di provinsi banten

No

Jenis sarana dan prasarana

Lokasi

Total ( unit)

Kab.

serang

Kab

.Pandeglang

Kab.

lebak

Kab Tangerang

Kota tangeranh

Kota cilegon

1


 

2


 

3


 

4


 

5


 

6


 

7

8

9


 

10


 

11


 

12


 

13

Traktor tangan

Traktor roda

Empat

Penggilingan padi lengkap

Pompa air

besar/kecil

Irigasi Tekhnis

Hand sprayer

Waduk

Embung

Perusahaan Benih/bibit

Lmbg. Keu

Mikro

Pasar induk

beras/sayur

alat penanaman

Perontok padi

986


 

2


 

99


 


 


 

598


 

-


 

3633


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 

624

620


 

1


 

469


 


 


 

278


 

-


 

6936


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 

167

529


 

11


 

344


 


 


 

185


 

-


 

2827


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

203


 

583

646


 

45


 

95


 


 


 

771


 

-


 

943


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

25


 

47

45


 

-


 

18


 


 


 

70


 

-


 

304


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 

16

18


 

-


 

5


 


 


 

77


 

-


 

364


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 

1

2844


 

59


 

1030


 


 


 

1979


 

-


 

15007


 


 

-


 


 

-


 


 

-


 


 

228


 

1438


 

  1. MASALAH SUBSTANTIF


 

Adapun masalah substantif yang merupakan akar masalah adalah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

  1. Dalam Usaha pencapaian pertumbuhan pertanian yakni;
  • Dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB Pertanian
  • Laju pertumbuhan PDRB sektor Pertanian mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah
  • Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebagai sektor padat karya memiliki peranan sedikit
  • Kondisi penanaman modal asing masih dititik beratkan pada sektor industri seperti di kota cilegon
  1. Produksi komuditas pertanian
  • Pertanian ( Tanaman Pangan dan Hortikultura)
    • Pertanian Tanaman Padi
    • Pertanian Tanaman Palawija
    • Pertanian Tanaman Hortikultura

          

  1. MASALAH FORMAL

Hasil pencapain pembangunan dari sektor pertanian belum menunjukkan peran yang signifikan dalam sektor perekonomian di Banten di banding dengan sektor yang lain.


 


 


 


 


 

BAB III

FORCASTING ( PERAMALAN)


 

  1. Prediksi Prediksi yaitu ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik. Menagacu pada teori yang dikemukakn oleh Adam Smith.

    Menurut Adam Smith, dalam bukunya yang sangat terkenal, "An Inquiry into the Principle and Cause of Wealth of Nation", pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

  • Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
  • Pertumbuhan jumlah penduduk

Pertumbuhan PDB itu sendiri akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

  • Sumber daya alam yang tersedia
  • Jumlah penduduk
  • Persediaan barang-barang modal

Adam Smith berpendapat bahwa sumber daya alam sangat menentukan pertumbuhan PDB. Agar PDB-nya meningkat, sumber daya alam yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, perlu dikembangkan sistem spesialisasi dan pembagian kerja sehingga produktivitas meningkat.

Jika dikaitkan dengan kondisi Banten yakni jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Banten pada tahun 2005 sebesar 3.461.508 orang. Sektor yang mempunyaia daya serap tenaga kerja dari yang paling besar berturut-turut adalah sektor industri 799.962( 23,11%) sektor pertanian 731.827(21,14%) sektor perdagangan 721.494 (20,84%) dan sektor jasa-jasa 561.240 (16,21%). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar berada di Kabupaten Lebak, serang, dan pandeglang. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan didaerah tersebut, terutama dikabupaten lebak dan pandeglang masih berbasis pada sektor pertanian.


 

  1. Perkiraan

Perkiraan yakni ramalan yang didasarkan pada penilaian para pakar tentang situasi masyarakat yang akan datang/masa depan. Jenis-jenis masa depan dapat dibagi menjadi tiga yakni masa depan potensial, masa depan masuk akal, dan masa depan normative.

  • Masa depan potensial, yakni situasi masa depan yang berbeda dengan situasi sosial yang memang terjadi. Dalam sektor pertanian, akibat dari belum maksimalnya hasil dari produksi pertanian terkait usaha intensifikasi dan ekstensifikasi, kurangnya kualitas SDM baik dari pemerintah sebagai agen pembuat kebijakan dan petani yang belum dapat menggunakan tata cara pertanian yang baik di Banten maka masa depan yang mungkin terjadi ialah meningkatnya penganggura , kemiskinan, perusakan lingkungan dan kesenjangan wilayah produksi untuk Banten selatan dan banten Utara, serta permaslahan sosial lainnya yang kompleks yang justru akan menjadi persoalan bagi pemerintah.
  • Masa depan masuk akal, yakni situasi masa depan yang atas dasar asumsi akan terjadi apabila pembuat kebijakan tidak melakukan intervensi. Misalnya meningkatnya pengangguran, kemiskinan, perusakan lingkungan dan eksploitasi SDA secara berlebihan, serta permaslahan sosial lainnya yang kompleks akan terjadi bila pemerintah tidak segera melakukan kebijakan untuk membangun sektor pertanian lebih unggul agar bisa menyaingi sektor industri di banten paling tidak menyamaratakan karena Banten masih didominasi oleh penduduk agraris
  • Masa Depan Normatif, yakni masa depan yang seharusnya terjadi. Dalam sektor pertanian misalnya, apabila harga pupuk terus disubsidi oleh pemerintah, harga produksi ketika panen tidak anjlok, sarana dan prasarana transportasi diperbaiki sehingga kegiatan PMA bisa berjalan, hubungan kerjasama pemerintah terus ditingkatkan sejalan dengan perbaikan Lab pengujian hama atau penyakit tanaman memenuhi standar, dan memperluas kesempatan pada sektor padat karya pertanian kepada masyarakat tidak mampu, maka akan terbentuk daerah agraris yang mengandalakn produksi unggulan dalam sektor pertanian seperti di propinsi Gorontalo sehingga mampu membangun Banten khususnya dan Indonesia pada umumnya.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

METODE PENGEMBANGAN ALTERNATIF KEBIJAKAN


 

4.1 Metode Pengembangan Alternatif Kebijakan, Patton and Sawicki (1987:182-185)

    Adapun metode pengembangan alternatif kebijakan yang kami gunakan dalam pengembangan alternatif dengan permasalahan pertanian di Banten adalah sebagai berikut.

  1. Metode Status Quo (No-Action)

    Yaitu dengan menerangkan konsep status seperti semula, hal ini sebagai bentuk konsep "no-action" dari pemerintah menurut teori Thomas R. Dye

  2. Tinjauan Pustaka

    Yaitu dengan melakukan kajian berdasarkan beberapa literatur dan referensi.

  3. Perbandingan dengan Pengalaman Nyata (Comparison of Real-World Experiences)

    Yaitu dengan menganalisis situasi di lapangan, dan mengamati beberapa kajian yang telah direlisiasikan oleh pemerintah yang dianggap masih terdapat kekurangan dan kegagalan.

  4. Curah pendapat (Brainstorming)

    Yaitu dengan melakukan diskusi panel bersama orang-orang yang berkompeten dan memahami situasi dan kondisi permasalahan pertanian di banten.


     

  1. Rekomendasi Kebijakan (rumusan solusi Alternatif)

    Rekomendasi alternatif kebijakan yang akan kami ambil sebagai analis adalah sebagai berikut.

    1. Meningkatkan produktifitas;
    2. Penguatan jaringan pemasaran produk;
    3. Peningkatan pendapatan petani dan ;
    4. Perbaikan koordinasi antar pemerintah di Dinas pertanian sendiri;
    5. Perbaikan sarana dan prasarana penunjang sektor pertanian;
    6. Penyediaan bahan baku industri komoditas pertanian yang di dukung oleh pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Untuk memberikan rekomendasi kebijakan, maka kami menggunakan metode perbandingan yaitu dimana semua alternatif kebijakan yang akan dievaluasi ,dibandingkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, kemudian dipilih salah satu alternatif kebijakan yang memperoleh nilai yang tertinggi.

Kriteria

Alternatif Kebijakan

1

2

3

4

5

6

Meningkatkan produktivitas

(6)

(6)

(6)

(6)

(6)

(6)

Penguatan jaringan pemasaran produk

(6)

(5)

(5)

(4)

(3)

(4)

Peningkatan pendapatan petani

(6)

(4)

(6)

(5)

(5)

(3)

Perbaikan koordinasi antar pemerintah di Dinas pertanian sendiri

(2)

(1)

(3)

(1)

(3)

(1)

Penyediaan sarana dan prasarana

(3)

(4)

(5)

(6)

(2)

(2)

Penyediaan bahan baku industri komoditas pertanian

(3)

(4)

(5)

(5)

(4)

(6)

TOTAL

26

24

30

27

23

22


 

  • PEMILIHAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Dengan menggunakan metode perbandingan tersebut di atas, maka rekomendasi kebijakan yang analis berikan dalam menanggulangi masalah pertanian di provinsi Banten yaitu meningkatkan produktifitas dan meningkatkan pendapatan petani dengan pemanfaatan sumber daya alam yang menunjang dengan meningkatkan koordinasi antar pemerintah di sektor perekonomian.

Dampak positif:

Dengan memilih alternative nomor satu, maka diharapkan akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani di Banten.

Konsekuensi :

Alternatif ini akan membutuhkan kerja keras seluruh stakeholder dengan kondisi pemasaran yang cukup signifikan.

No comments:
Write komentar

E-learning

Produk Rekomendasi