BAB 1 PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Perjalanan pembangunan Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasioanl. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain; potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perananya dalam penyedian pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia sangat besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Untuk kondisi di banten sendiri distribusi PDRB dari sektor pertanian jika dirinci menurut subsektornya, tertinggi sektor tanaman bahan makanan(64,97%). Propinsi banten merupakan salah satu provinsi penyumbang produksi padi yang signifikan bagi pencapaian sasaran propduksi nasional. Menurut laporan BPS(Badan Pusat Statistik) tahun 2009, produksi padi di Banten mencapai 1,86 juta ton gabah kering giling. 1.2 Definisi Pertanian A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewandiberbagaidunia. Berikut ini teori-teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang menganut aliran klasik yang juga memilki keterkaitan mengenai salah satu sektor ekonomi yaitu sektor pertanian. Oleh karena itu teori-teori tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Menurut Adam Smith, dalam bukunya yang sangat terkenal, "An Inquiry into the Principle and Cause of Wealth of Nation", pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: Pertumbuhan PDB itu sendiri akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Adam Smith berpendapat bahwa sumber daya alam sangat menentukan pertumbuhan PDB. Agara PDB-nya meningkat, sumber daya alam yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, perlu dikembangkan sistem spesialisasi dan pembagian kerja sehingga produktivitas meningkat. Pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh kenaikan tingkat produktivitas akan mendorong terjadinya perluasan pasar, sehingga memberi semangat kepada para pelaku ekonomi untuk selalu menghasilkan hal-hal baru. Keadaan seperti itu akan berlangsung secara terus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. Menurut adam Smith, masih ada satu hal yang dapat meningkat pertumbuhan ekonomi, yaitu sistem persaingan bebas (Laissez Faire). Sistem persaingan bebas memberi kesempatan kepada setiap individu untuk berkembang dan memilih kegiatan ekonomi yang disukai hingga mencapai imbalan jasa yang maksimal (tertinggi) tanpa campur tangan pemerintah. Dengan demikian, setiap individu akan terdorong untuk melakukan kegiatan ekonomi yang maksimal dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. David Ricardo terkenal dengan teori "the Law of Diminishing Return",sedangkan Thomas Robert Malthus terkenal dengan teori "Pertumbuhan penduduk". Menurut davud Ricardo, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh: Menurut Ricardo dan Malthus, pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus menerus dalam jangka panjang, tetapi akan mengalami "stationary state",yaitu suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi (kemandekan). Hal ini disebabkan oleh adanya teori "law of diminishing return"(hasil yang semakin berkurang). Pada saat jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam melimpah, akan didapatkan hasil yang banyak dan akan dicapi pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika jumlah penduduk mulai bertambah banyak, tingkat kegiatan ekinomi akan menurun. Berkurangnya kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dalam teori Malthus, yaitu "pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung". Berdasarkan teori tersebut jumlah penduduk akan berkembang lenih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, sehingga alan mengakibatkan ongkos tenaga kerja menjadi sangat murah dan hanya cukup untuk biaya hidup (subsisten). Menurut Robert Sollow salah seorang teori yang berasal dari aliran teori Neo Klasik, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh: Sollow berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi sumber daya dalam pembangunan. Jika dimanfaatkan dengan baik akan mampu membentuk akumulasi modal. Dan jika dikombinasikan dengan teknolodi modern maka akan menghasilkan output, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. BAB II TAHAP-TAHAP PERUMUSAN MASALAH Adapun situasi bermasalah tersebut adalah masih ada Dikotomi antara usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian Banten selatan dengan Banten Utara. Sektor Pertanian yang merupakan peranan penting dalam perekonomian di Indonesian khususnya di Banten antara lain sebagai berikut: Perekonomian Wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu 2002-2005 bergerak dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) rata-rata 4,9% pertahun (3,95% pada tahun 2001 dan 5,88% pada tahun 2005 sejalan dengan peningkatan LPE terse3but PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 telah mencapai Rp;. 84,62 Triliyun dan PDRB atas dasar harga konstan ( 2000) sebesar RP 58,11 Triliyun. Sedangkan PDRB per kapita Banten meniungkat dari Rp 8,07 juta pada tahun 2004 menjadi RP 9,09 Juta pada tahun 2005. Pola perkembangan perekonomian wilayah Provinsi Banten dalam kurun waktu 2001-2005 dicirikan dengan pergeseran peranan sektoral, dimana penguatan peran sektor tersier (service) ditunjukan oleh peningkatan yang pada tahun 2002 baru mencapai 30,98% meningkat menjadi 34,02% pada tahun 2005. Sektor sekunder yang memuat sektor industri penurunan dari 59,27% ( 2001) menjadi 57,34% (2005). Penurunan ini disebabkan oleh semakin turunnya peranan sektor industri dalam perekonomian Banten. Sama halnya dengan kelompok sektor sekunder, sektor primer juga mengalami penurunan dari 9,47% pada tahun 2002 menjadi 8,64% pada tahun 2005. Berdasarkan PDRB Provinsi Banten atas dasar harga konsisten 2000, struktur ekonomi wilayah Provinsi Banten tahun 2005 distribusinya didominasi oleh sektor industri yang kontribusinya mencapai 49,75%, sektor perdagangan 17,13 % , sektor pertanian 8,53%, sektor transportasi dan komunikasi 8,58% sisanya merata disektor jasa listrik, keuangan, konstruksi dan pertambangan. Distribusi PDRB dari sektor pertanian jika dirinci menurut subsektornya, tertinggi sektor Tanaman Bahan Makanan ( 64,97%), peternakan dan hasilnya( 18,72%), perikanan( 8,41%), tanaman perkebunan (7,30%) dan sektor Kehutanan (0,60%). Sementara laju pertumbuhannya tertinggi disektor perikanan (3,12%),sektor kehutanan (2,65%) dan sektor tanaman perkebunan (0,56%). relatif cukup tinggi, yaitu 10,54%. Dibanding potensinya yang sangat besar, produktivitas sektor pertanian masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas di sektor pertanian dan peternakan mengakibatkan kabupaten yang berbasis sektornya disektor pertanian mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang rendah. Konstribusi sektor pertanian sebagai sektor padat karya yang relatif perannya sedikit (yaitu sebesar 8,71%) dibanding sektor lainnya dalam PDRB, tetapi mempunyai peran startegis karena adanya tenaga kerja yang terserap sangat besar mencapai 731.827 orang ( 21,14 % dari total tenaga kerja). Jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Banten pada tahun 2005 sebesar 3.461.508 orang. Sektor yang mempunyaia daya serap tenaga kerja dari yang paling besar berturut-turut adalah sektor industri 799.962( 23,11%) sektor pertanian 731.827(21,14%) sektor perdagangan 721.494 (20,84%) dan sektor jasa-jasa 561.240 (16,21%). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar berada di Kabupaten Lebak, serang, dan pandeglang. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan didaerah tersebut, terutama dikabupaten lebak dan pandeglang masih berbasis pada sektor pertanian. Secara nasional Provinsi banten merupakan salah satu daerah tujuan investasi yang banyak manarik minat investor. Hal ini dapat dimaklumi karena letak Provinsi Banten berdekatan dengan pusat pemerintahan DKI Jakarta. Dengan Kepadatan penduduk DKI Jakarta yang semakin meningkat dan ketersediaan lahan untuk indudtri semakin terbats, maka provinsi Banten menjadi wilayah pilihan opara investor untuk membangun dan memperluas usahanya dibidang industri. Saat ini Pemerintah Provinsi Banten dalam mengembangkan perekonomian daerahnya diarahkan pada kegiatan investasi di sektor sekunder dan tersier. Pengembangan kegiatan investasi tersebut ditempatkan di wilayah Tangerang, Serang dan Cilegon. Sedangkan di wilayah Kabupaten Lebak dan Pandeglang dikembangkan sektor primer dan pariwisata. Selama kurun waktu 2001-2006 investasi asing di Provinsi Banten terkonsentrasi di Kota Cilegon dengan nilai U$ 2.376,737 Juta atau sebesar 97,5% dari total investasi asing sebesar U$ 2.438,515 Juta. Sayangnya ini terkonsentrasi di dua wilayah, yaitu Kabupaten Serang sebesar 43,5% dari total investasi dalam negeri, dan kabupaten dan Kota Tangerang sebesar 48,3 % dari total investasi dalam negeri di Provinsi Banten sebesar RP. 13.901,94 milyar. Perkembangan Investasi ( PMA) Provinsi Banten Tahun 2001-2006 Perbandingan Rencana dan Realisasi TAHUN NILAI INVESTASI(PMA) Penanaman Modal Asing (US$) Tenaga Kerja TKA TKI2 2001 1.129.923.079 597 20.434 264.031.465 225 8.629 2002 56.483.475 350 7.590 695.584.783 56 15.746 2003 128.070.520 299 4.594 98.932.804 40 6.714 2004 263.341.431 359 9.134 14.417.746 0 2.460 2005 199.931.690 252 19.318 781.384.364 3 12.881 2006 279.411.200 171 15.126 361.935.682 0 12.543 TOTAL REALISASI 2.216.296.844 TAHUN NILAI INVESTASI(PMA) Penanaman Modal Asing (US$) Tenaga Kerja TKA TKI2 2001 2046.64 65 10.820 29997.59 2 8.346 2002 178.52 4 1.201 2461.72 38 389 2003 1246.04 31 1.272 17.64 0 731 2004 1124.07 23 1.782 1048.38 0 429 2005 705.77 4 273 5884.08 3 7.592 2006 5638.23 2 3.582 1492.53 0 1.289 TOTAL REALISASI 13,901,94 Realisasi investasi dalam kurun waktu 2001-2006,orientasi lokasi PMA khususnya tertuju pada Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang, dimana masing- masing sekitar 68,33% dan 21,67% terhadap jumlah realisasi PMA terhadap kabupaten Serang dan Kota Cilegon masing-masing hanya sekitar 6,67% dan 3,33%. Realisasi PMA di Kabupaten Lebak selam kurun waktu tersebut tercatat hanya 1 proyek dengan nilai 200.655 US$, sedangkan di Kabupaten Pandeglang realisasi PMA sama sekali belum ada. Luas panen dan produksi dan budidaya padi dari 338,666 ha dan 1.468.765 ton serta produktifitas mencapai 43,37 kwt/ha pada tahun 2002, telah naik berkembang menjadi 384,414 ha dan 1.751.468 ton dengan tingkat produktifitas mencapai 50.27 kwt/ha hingga tahun 2006. Bila mengacu pada pola perkembangannnya, pada tahun 2007-2012 tingkat produksi perhektar diperkirakan tetap meningkat meskipun dengan kecenderungan melambat, sesuai sifat pertumbuhan biologis yang cenderung ada kejenuhan mendekati titik belok atau point of inflexion. Praktek budidaya selama kurun waktu 2002-2006 semakin membaik (intensif), sebagaimana tercermin dari laju pertumbuhan produksi rata-rata yang masih bisa meningkat lagi(4.32% pertahun) seperti pada grafik di bawah, walaupun laju pertumbuhan luas panen rata-rata mulai mendekati titik optimum 0,87% pertahun. Rasio pertumbuhan laju pertumbuhan produksi dengan laju luas panen adalah 4,97 yang berarti memang di banten Intensifikasi sudah optimum( apabila nilai rasio>1 maka kecenderungannya intensifikasi, dan apabila nilai rasio <1 maka kecenderhungannya ekstensifikasi). Perkembangan penggunaan lahan pertanian selam tahun 2005 di propinsi Banten seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Distribusi luas lahan dan penggunaannya untuk pertanian di Propinsi Banten Jenis penggunaan Luas(ha) Jenis penggunaan Luas(ha) Lahan basah Sawah pengairan teknis Sawah pengairan ½ teknis Sawah pengairan sederhana Sawah pengairan non PU Sawah tadah hujan Sawah pasang surut Lebak, folder, lainnya 196,122 52,102 (26,6%) 18,417 (9,4%) 21,630 (11.0%) 24,458 (12,5%) 79,355 (40,5%) 0 (0%) 160 (0,1%) Lahan kering Lahan yang diusahakan Untuk pertanian Lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian Lahan yang masih bisa untuk pertanian Lain-lain 677,488 330,376 (48,7%) 282,233 (41,7% 24,852 (3,7%) 40,027 (5,9) Jumlah lahan basah (22,5%) dan lahan kering (77,55%) = 873,610 ha (100%) Propinsi Banten terdiri dari 4 kabupaten dengan 3 kota seluas 8,800.83 KM2, penduduk 9,308,944 jiwa, di mana 8,475,210 jiwa keluarga petani. Jika dirinci penggunaan lahan kering oleh masyarakat propinsi Banten maka distribushinya sebagai berikut. Perincian distribusi lahan kering menurut penggunaannya Jenis penggunaan Luas (Ha) Jumlah lahan kering 677,488 Tabel di atas menunjukkan masih sangat memungkinkan pengembangan pertanian lahan kering tersedia 41,7% dibanding lahan basah di samping usaha budidaya perternakan. Produksi padi apabila dilihat menurut kabupaten atau kota tahun 2006 terbesar disumbang olenh kabupaten Pandegelang sebesar 502.766 atau sebesar 31,14% dari seluruh produlsi padi propinsi banten. Kemudian sumbangan terbesar kedua adalah kabupaten Lebak sebanyak 375.268 ton atau 28,63% sedangkan yang menyumabang paling kecil adalah wilayah perkotaan yakni kota Tangerang dan kota Cilegon yang menyumbang >1% terhadap seluruh produksi padi propinsi Banten. Rincian luas panen, produksi, prkoduktifitas padi, sawah dan ladang di propinsi Banten periode 2001-2006 dapat di lihat pada tabel berikut. Perbandingan luas panen, produktifitas dan produksi padi sawah dan ladang propinsi Banten 2001-2006 Indikator Tahun Satuan Padi sawah Padi ladang Jumlah total Luas panen Produktifitas Produksi 2001 Hektar Kw/Ha Ton GKG 300.466 45.25 1.359.536 34.563 21.37 73.816 335.069 42.78 1.433.352 Luas panen Produktifitas Produksi 2002 Hektar Kw/Ha Ton GKG 349.577 40.39 1.411.977 27.495 20.65 56.788 338.666 43.37 1.468.765 Luas panen Produktifitas Produksi 2003 Hektar Kw/Ha Ton 316.255 50.60 1.600.191 31.778 28.87 91.732 348.033 48,61 1.691.932 Luas panen Produktifitas Produksi 2004 Hektar Kw/Ha Ton 327.414 51.36 1.756.037 32.274 28.28 107.676 364.721 49,70 1.812.495 Luas panen Produktifitas Produksi 2005 Hektar Kw/Ha Ton 337.989 51.96 1.756.037 36.769 28,76 105.739 374.755 49,67 1.861.776 Luas panen Produktifitas Produksi 2006 Hektar Kw/Ha Ton 316.040 52.51 1.659.640 32.374 28.36 91.828 348.414 50.27 1.751.468 INDICATOR LAJU PERTUMBUHAN RATAAN/TAHUN (%) LAJU PERTUMBUHAN TINGKAT NASIONAL (%) Luas Panen Produktivitas Produksi 0.87 3.37 4.32 Berdasarkan tabel, kenaikan luas panen padi selama 5 tahun pembangunan pertanian provinsi Banten sebesar 0.87 % pertahun, atau mengalami kenaikan sebesar 13,385 Ha. Tingkat produktivitas lahan mengalami kenaikan sebesar 3,37 % pertahun atau dari 42,78 kuintal/hektar pada tahun 2001 menjadi 50.27 kuintal/ hektar padi tahun 2006. Rata – rata laju pertumbuhan produksi untuk seluruh jenis tanaman palawijaya yang diuasahakan meningkat( kecuali komoditas ubi jalar – 0.85 % pertahun), namun pola dan praktek produksi palawijaya relatif belum berkembang, dimana hanya budidaya komoditas kacang tanah dengan laju pertumbuhan produksi 5.01% dan laju rataan luas panen 3.38% yang rasionya cukup baik ( 1,48). Diantara berbagai jenis tanaman palawijaya yang diuasahkan, hanya ubi jalar dan kacang hijau yang memiliki laju pertumbuhan produksi negatif ( - 0.85% per tahun). Perbandingan luas panen, Produktivitas, dan Produksi Palawija Provinsi Banten 2001 s/d 2006 TAHUN INDIKATOR JAGUNG KEDELAI KACANG TANAH KACANG HIJAU UBI KAYU UBI JALAR 2001 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 12.534 24.25 30.386 1.659 12.03 1.996 13.225 9.90 13.097 2.572 8.91 2.292 13.608 132.00 179.475 4.217 108.89 45.917 2002 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 8.354 23.00 19.216 3.954 11.55 4.568 13.939 10.14 14.136 3.001 8.89 2.292 10.544 130.86 137.975 3.895 108.81 42.381 2003 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 8.331 29.86 24,875 2.452 13,23 3.245 9.668 12,68 12.256 2.813 9,84 2,767 11.321 137.60 155.776 3.443 115.22 39.669 2004 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 8,818 24,87 25.102 3.340 13,41 4.601 10.487 13,11 13,752 2.840 9,16 2,062 11.950 137.21 163.969 3.386 114.05 38.618 2005 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 10.324 28,82 29,751 1.832 13,63 2.497 13.284 13,44 17,583 2,292 9,10 2,086 10.435 138.10 144.110 3.638 113.46 41.276 2006 Luas Panen ( Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi ( Ton) 8,155 29,94 24,417 1.472 13.03 1.918 14.211 13.04 18.535 2.145 9.09 1.950 10.266 139.84 143.562 3.020 113.82 34.373 INDIKATOR LAJU PERTUMBUHAN (%) RATAAN PER TAHUN Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi kayu Ubi jalar Luas Panen Produktivitas Produksi -6,34 -8,15 3,52 14,80 -13,89 1,38 3,38 5,96 5,01 -2,87 -4,08 0,25 -4,78 -5,56 1,13 -6,29 -6,31 -0,85 RATA-RATA NASIONAL Beberapa komoditi palawija pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan. Komoditas palawija yang mengalami peningkatan produksi dalam kurun waktu 2001-2006 adalah kedelai sebesar 1,38% pertahun, kacang tanah 5,01% pertahun, jagung 3,52% pertahun, ubi kayu 1,13% pertahun. Komoditas ubi jalar mengalami penurunan cukup tajam, -0,85%. Hal ini disebabkan oleh penurunan luas panen akibat dari pengaruh musim, bencana alam ( kekeringan ), hama penyakit tanaman dan oleh sebab lainya. Secara rata-rata luas panen untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan mangalami penurunan dari 27,234 ha pada tahun 2001 menjadi 9,718 ha hingga tahun 2006, dengan laju luas panen yang negatif, kecuali pada tanaman petsai/sawi dan kangkung serta timun. Hal ini dalam kurun waktu yang sama diikuti juga penurunan produksi, produktifitas untuk jenis tanaman sayuran yang diusahakan semakin menurun. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan luas panen dalam kurun waktu 2001-2006 bergerak pada angka 5,27% pertahun, namun laju pertumbuhan produksi justru berada pada posisi -17,57% pertahun. Dibanding tahun 2001, luas panen tanaman hortikultura semusim pada tahun 2006 hampir semua mengalami penurunan. Dominasi luas panen hortikultura semusim pada tahun 2006 menurun jauh dengan tahun 2001. Luas panen terbesar dihasilkan komoditas ketimun, kacang panjang, masing-masing 4,453 ha, 3,527 ha. Namun ketiga komoditas lainya mengalami peningkatan luas panen. Hal sedikit banyak penurunan ini dipengaruhi Ell Nino yang berperan sangat besar. Tanaman Indicator TAHUN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Ketimun Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 188.335 4.947 140.218 3.698 50.673 4.406 50.838 5.649 49.202 4.081 49.796 4.453 Kacang Panjang Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 104.392 4.912 122.646 3.499 18.680 3.943 30.097 4.910 28.641 3.715 21.688 3.527 Cabe Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 72.591 2.377 40.694 1.639 5.411 1.240 8.688 2.357 8.583 1.878 4.679 1.367 Petai/sawi Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 50.035 928 40.007 791 15.602 1.870 16.972 2.280 15.960 1.754 15.460 2.149 Terung Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 41.837 1.803 37.955 1.214 9.877 1.138 11.719 1.580 12.962 1.180 11.622 1.171 Kangkung Produksi(ton) Luas Panen (Ha) 106.246 1.474 34.995 915 25.816 1.776 26.912 2.368 11.012 1.438 12.195 1.747 Rataan Laju pertumbuhan (%) KOMODITAS Ketimun Kacang Panjang Cabe Terong Kangkung Produksi -18.2 -7.1 -23.4 -16.3 -27.5 Luas Panen 0.7 -4.2 -2.6 28.6 14.3 Dari tabel diatas, komoditas ketimun dan kacang panjang yang terbaik produksinya, ini juga disebabkan harga komoditas di pasar relatif bagus dan stabil. Komoditas sawi menunjukan peningkatan luas panen, juga dikarenakan faktor harga komoditas di pasar yang cukup baik. Produksi buah-buahan utama yang banyak diproduksi masyarakat petani di Provinsi Banten dalam kurun waktu 2001-2006 adalah sebagaimana tabel berikut: Tanaman Produksi (kwt) Nilai Pertumbuhan Rataan (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Banten Nasional Sukun 31 1.466 1.466 1.638 1.211 1.807 277.5 Pisang 341.856 93.670 173.600 209.603 214.481 230.446 8.6 Nanas 20,991 20.749 970 950 437 255 -38.7 Manggis 942 1.103 3.289 2.715 2.620 4.101 50.2 Melinjo 18.855 18.700 34.371 47.652 35.444 8.476 4.0 Durian 11.435 7.864 17.581 19.604 11.905 19.163 25.1 Luas panen tanaman Hortikultura ( Buah-buahan) Tahunan Banten Tahun 2001-2006 Tanaman Produksi (kwt) Nilai Pertumbuhan Rataan (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Banten Nasional Sukun 3.959 13.590 16.070 11.143 13.232 14.139 114.3 Pisang 16.646.322 13.920.685 7.030.796 7.185.403 4.013.377 3.970.492 -21.8 Nanas 209.059 246.273 133.031 62.871 168.898 107.646 10.3 Manggis 35.846 30.627 51.825 27.791 45.056 59.732 20.6 Melinjo 1.488.662 1.447.730 482.006 538.902 530.431 82.734 -28.7 Durian 219.348 245.008 172.441 219.628 145.801 209.416 3.9 Pada tanaman hortikultura tahunan, luas panen dan jumlah pohon yang sisi produksi, sukun dan pisang merupakan tanaman yang mendominasi tanaman hortikultura tahunan. Nenas dan manggis dan durian merupakan tanaman hortikultura tahunan cukup dominan pada laju pertumbuhan produksi namun tidak dominan pada luas panen/jumlah pohon yang berproduksi. Walaupun pisang dan sukun paling banyak produksinya sebesar 1,807 kwintal dan 230,446 kwintal, namun dari kedua tanaman tersebut yang mengalami penurunan laju luas panen adalah pisang dan melinjo -21.8% pertahun dan –28.7% pertahun. Tanaman obat-obatan yang diusahakan oleh masyarakat terdiri dari jahe, lempuyang, kunyit, kencur, temulawak, dan lengkuas/laos. Realisasi produksi tanaman obat-obatan pada tahun 2006 pada umumnya sangat baik dan stabil, kecuali laos, temulawak dan lempuyang laju pertumbuhanya negatif (berturut-turut -7.4, -24.3 dan -47.4). Rinciannya dapat dilihat pada tabel 15 berikut: Produksi Tanaman Obat-obatan di Provinsi Banten (2004-2006) No Komoditi Produksi(kg) Nilai pertumbuhan Rataan (%) 2004 2005 2006 1 2 3 4 5 6 Lengkoas/laos Kunyit Temulawak Jahe Kencur Lempuyang 1.663.314 1.252.105 208.614 788.930 666.838 478.432 1.539.967 1.839.223 181.056 1.747.738 1.170.004 349.401 1.426.190 1.079.297 116.879 1.426.190 816.336 112.691 -7.4 2.8 -24.3 51.6 22.6 -47.4 Tanaman hias dapat berkembang baik diProvinsi Banten, tetapi produksinya relatif belum banyak peningkatan, menurun kecuali Gerbera dan Krisan dengan laju pertumbuhan produksi yang positif (54,8% dan 4,0 %). Hal ini mungkin memerlukan inovasi tekhnologi, promosi dan merebut pangsa ekspor keluar provinsi maupun luar negeri. Pada umumnya tanaman hias yang diusahakan terdiri dari sedap malam, palm, anggrek, melati, mawar, anthurium, gladiol,krisan,kenanga, dan gerbera. Dukungan sarana dan prasarana dalam sistem agribisnis pertanian serta dalam pelaksanaan on-farm petani di provinsi Banten adalah sebagaimana terinci dalam tabel 17 berikut: Jumlah sarana dan Prasarana pertanian di provinsi banten No Jenis sarana dan prasarana Lokasi Total ( unit) Kab. serang Kab .Pandeglang Kab. lebak Kab Tangerang Kota tangeranh Kota cilegon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Traktor tangan Traktor roda Empat Penggilingan padi lengkap Pompa air besar/kecil Irigasi Tekhnis Hand sprayer Waduk Embung Perusahaan Benih/bibit Lmbg. Keu Mikro Pasar induk beras/sayur alat penanaman Perontok padi 986 2 99 598 - 3633 - - - - 624 620 1 469 278 - 6936 - - - - 167 529 11 344 185 - 2827 - - - 203 583 646 45 95 771 - 943 - - - 25 47 45 - 18 70 - 304 - - - - 16 18 - 5 77 - 364 - - - - 1 2844 59 1030 1979 - 15007 - - - 228 1438 Adapun masalah substantif yang merupakan akar masalah adalah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: Hasil pencapain pembangunan dari sektor pertanian belum menunjukkan peran yang signifikan dalam sektor perekonomian di Banten di banding dengan sektor yang lain. BAB III FORCASTING ( PERAMALAN) Menurut Adam Smith, dalam bukunya yang sangat terkenal, "An Inquiry into the Principle and Cause of Wealth of Nation", pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: Pertumbuhan PDB itu sendiri akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Adam Smith berpendapat bahwa sumber daya alam sangat menentukan pertumbuhan PDB. Agar PDB-nya meningkat, sumber daya alam yang ada harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, perlu dikembangkan sistem spesialisasi dan pembagian kerja sehingga produktivitas meningkat. Jika dikaitkan dengan kondisi Banten yakni jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Banten pada tahun 2005 sebesar 3.461.508 orang. Sektor yang mempunyaia daya serap tenaga kerja dari yang paling besar berturut-turut adalah sektor industri 799.962( 23,11%) sektor pertanian 731.827(21,14%) sektor perdagangan 721.494 (20,84%) dan sektor jasa-jasa 561.240 (16,21%). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar berada di Kabupaten Lebak, serang, dan pandeglang. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan didaerah tersebut, terutama dikabupaten lebak dan pandeglang masih berbasis pada sektor pertanian. Perkiraan yakni ramalan yang didasarkan pada penilaian para pakar tentang situasi masyarakat yang akan datang/masa depan. Jenis-jenis masa depan dapat dibagi menjadi tiga yakni masa depan potensial, masa depan masuk akal, dan masa depan normative. BAB IV METODE PENGEMBANGAN ALTERNATIF KEBIJAKAN 4.1 Metode Pengembangan Alternatif Kebijakan, Patton and Sawicki (1987:182-185) Adapun metode pengembangan alternatif kebijakan yang kami gunakan dalam pengembangan alternatif dengan permasalahan pertanian di Banten adalah sebagai berikut. Yaitu dengan menerangkan konsep status seperti semula, hal ini sebagai bentuk konsep "no-action" dari pemerintah menurut teori Thomas R. Dye Yaitu dengan melakukan kajian berdasarkan beberapa literatur dan referensi. Yaitu dengan menganalisis situasi di lapangan, dan mengamati beberapa kajian yang telah direlisiasikan oleh pemerintah yang dianggap masih terdapat kekurangan dan kegagalan. Yaitu dengan melakukan diskusi panel bersama orang-orang yang berkompeten dan memahami situasi dan kondisi permasalahan pertanian di banten. Rekomendasi alternatif kebijakan yang akan kami ambil sebagai analis adalah sebagai berikut. Untuk memberikan rekomendasi kebijakan, maka kami menggunakan metode perbandingan yaitu dimana semua alternatif kebijakan yang akan dievaluasi ,dibandingkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, kemudian dipilih salah satu alternatif kebijakan yang memperoleh nilai yang tertinggi. Kriteria Alternatif Kebijakan 1 2 3 4 5 6 Meningkatkan produktivitas (6) (6) (6) (6) (6) (6) Penguatan jaringan pemasaran produk (6) (5) (5) (4) (3) (4) Peningkatan pendapatan petani (6) (4) (6) (5) (5) (3) Perbaikan koordinasi antar pemerintah di Dinas pertanian sendiri (2) (1) (3) (1) (3) (1) Penyediaan sarana dan prasarana (3) (4) (5) (6) (2) (2) Penyediaan bahan baku industri komoditas pertanian (3) (4) (5) (5) (4) (6) TOTAL 26 24 30 27 23 22 Dengan menggunakan metode perbandingan tersebut di atas, maka rekomendasi kebijakan yang analis berikan dalam menanggulangi masalah pertanian di provinsi Banten yaitu meningkatkan produktifitas dan meningkatkan pendapatan petani dengan pemanfaatan sumber daya alam yang menunjang dengan meningkatkan koordinasi antar pemerintah di sektor perekonomian. Dampak positif: Dengan memilih alternative nomor satu, maka diharapkan akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani di Banten. Konsekuensi : Alternatif ini akan membutuhkan kerja keras seluruh stakeholder dengan kondisi pemasaran yang cukup signifikan.
Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto, 1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3.Kehutanan.
4.Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanandaratdanperikananlaut).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan "farm" dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
Tuesday, May 24, 2011
Makalah Pertanian
onboard
10:28 PM
Latar Belakang Masalah
Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
Pertumbuhan jumlah penduduk
Sumber daya alam yang tersedia
Jumlah penduduk
Persediaan barang-barang modal
Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo dan Thomas Robert Malthus
Sumber daya alam terbatas
Jumlah penduduk yang selalu berkembang
Proses kemajuan teknologi
Sektor pertanian yang dominan
Teori yang dikemukakan oleh Robert Sollow
Pertumbuhan penduduk (sumber daya manusia)
Akumulasi modal
Teknologi modern
SITUASI BERMASALAH
META MASALAH
Pertumbuhan PDRB Pertanian
Laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian tahun 2005
Penyerapan Tenaga Keraja Sektor Pertanian
Kondisi Penanaman Modal ( PMA) Di sektor Pertanian
Pertanian(Tanaman Pangan dan Hortikultura)
Pekarangan atau bangunan dan halaman
Tegalan atau kebun
Ladang atau huma
Pengembalaan atau padang rumput
Rawa-rawa yang tidak ditanami padi
Tambak
Kolam atau empang
Sementara tidak diusahakan
Hutan rakyat
Hutan negara
Perkebunan
Lain-lain
102.361 (15.1%)
171.927 (25,4%)
88.125 (13.05)
5.127 (0,8%)
1.570 (0,2%)
10.053 (1.5%)
2.720 (0,4%)
23.282 (3,4%)
47.947 (7.1%)
131.925 (19,5%)
52,424 (8,0%)
40,027 (5,9%
Pertanian tanaman palawijaya
Pertananian Tanaman Hortikultura
MASALAH SUBSTANTIF
Dalam Usaha pencapaian pertumbuhan pertanian yakni;
Dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB Pertanian
Laju pertumbuhan PDRB sektor Pertanian mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah
Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebagai sektor padat karya memiliki peranan sedikit
Kondisi penanaman modal asing masih dititik beratkan pada sektor industri seperti di kota cilegon
Produksi komuditas pertanian
Pertanian ( Tanaman Pangan dan Hortikultura)
Pertanian Tanaman Padi
Pertanian Tanaman Palawija
Pertanian Tanaman Hortikultura
MASALAH FORMAL
Prediksi Prediksi yaitu ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritik. Menagacu pada teori yang dikemukakn oleh Adam Smith.
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
Pertumbuhan jumlah penduduk
Sumber daya alam yang tersedia
Jumlah penduduk
Persediaan barang-barang modal
Perkiraan
Masa depan potensial, yakni situasi masa depan yang berbeda dengan situasi sosial yang memang terjadi. Dalam sektor pertanian, akibat dari belum maksimalnya hasil dari produksi pertanian terkait usaha intensifikasi dan ekstensifikasi, kurangnya kualitas SDM baik dari pemerintah sebagai agen pembuat kebijakan dan petani yang belum dapat menggunakan tata cara pertanian yang baik di Banten maka masa depan yang mungkin terjadi ialah meningkatnya penganggura , kemiskinan, perusakan lingkungan dan kesenjangan wilayah produksi untuk Banten selatan dan banten Utara, serta permaslahan sosial lainnya yang kompleks yang justru akan menjadi persoalan bagi pemerintah.
Masa depan masuk akal, yakni situasi masa depan yang atas dasar asumsi akan terjadi apabila pembuat kebijakan tidak melakukan intervensi. Misalnya meningkatnya pengangguran, kemiskinan, perusakan lingkungan dan eksploitasi SDA secara berlebihan, serta permaslahan sosial lainnya yang kompleks akan terjadi bila pemerintah tidak segera melakukan kebijakan untuk membangun sektor pertanian lebih unggul agar bisa menyaingi sektor industri di banten paling tidak menyamaratakan karena Banten masih didominasi oleh penduduk agraris
Masa Depan Normatif, yakni masa depan yang seharusnya terjadi. Dalam sektor pertanian misalnya, apabila harga pupuk terus disubsidi oleh pemerintah, harga produksi ketika panen tidak anjlok, sarana dan prasarana transportasi diperbaiki sehingga kegiatan PMA bisa berjalan, hubungan kerjasama pemerintah terus ditingkatkan sejalan dengan perbaikan Lab pengujian hama atau penyakit tanaman memenuhi standar, dan memperluas kesempatan pada sektor padat karya pertanian kepada masyarakat tidak mampu, maka akan terbentuk daerah agraris yang mengandalakn produksi unggulan dalam sektor pertanian seperti di propinsi Gorontalo sehingga mampu membangun Banten khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Metode Status Quo (No-Action)
Tinjauan Pustaka
Perbandingan dengan Pengalaman Nyata (Comparison of Real-World Experiences)
Curah pendapat (Brainstorming)
Rekomendasi Kebijakan (rumusan solusi Alternatif)
Meningkatkan produktifitas;
Penguatan jaringan pemasaran produk;
Peningkatan pendapatan petani dan ;
Perbaikan koordinasi antar pemerintah di Dinas pertanian sendiri;
Perbaikan sarana dan prasarana penunjang sektor pertanian;
Penyediaan bahan baku industri komoditas pertanian yang di dukung oleh pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
PEMILIHAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
No comments:
Write komentar