Thursday, May 26, 2011

Indikator Makro Sosial BudayaKabupaten Pandeglang 2006


 

Indikator Makro Sosial BudayaKabupaten Pandeglang 2006


 


 


 

Katalog

4107. 3601


 

NASKAH

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang


 

PENERBIT

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang


 


 


 

BAB III

KESEHATAN DAN GIZI


 

Pembangunan bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial.

Masalah kesehatan merupakan persoalan penduduk selama hidup. Oleh karenanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah penting, bahkan pemerintah telah mengarahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) diprioritaskan ke sektor kesehatan dan pendidikan dasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat antara lain tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang terkait.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup. Selain itu aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah Status Kesehatan antara lain diukur melalui Angka Kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan.


 

3.1.     Derajat dan Status Kesehatan Penduduk

    Indikator Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup merupakan indikator utama yang menunjukan derajat kesehatan penduduk. Pada tahun 2006 derajat kesehatan penduduk Pandeglang relatif mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya Angka Kematian Bayi dan relatif meningkatnya Angka Harapan Hidup. Angka kematian bayi mengalami penurunan dari rata-rata 58,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 57,1 pada tahun 2006. Di sisi lain angka harapan hidup mengalami peningkatan dari 62,7 tahun pada tahun 2005 menjadi 62,9 tahun pada tahun 2006, yang memberi makna bahwa setiap bayi di kabupaten Pandeglang yang lahir pada tahun 2006 mempunyai harapan untuk hidup selama 62,9 tahun atau lebih lama 2,4 bulan dibandingkan bayi yang lahir pada tahun 2005. Dengan adanya perbaikan angka pada kedua indikator ini merupakan petunjuk bahwa derajat kesehatan penduduk Pandeglang relatif mengalami peningkatan.


 

Tabel 3.1

Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 


 

Indikator Derajat Kesehatan 

2005

2006

(1) 

(2) 

(3) 

Angka Kematian Bayi 

58,4

57,1

Angka Harapan Hidup (tahun) 

62,7

62,9

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006 (data diolah)


 

Gambaran mengenai status kesehatan penduduk biasanya dapat dilihat melalui indikator Angka Kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan atau keluhan kesehatan sehingga dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Dari table 3.2 pada tahun 2006 sebanyak 12,16 persen penduduk mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan terganggu aktivitasnya. Dibanding keadaan tahun sebelumnya, Angka Kesakitan cenderung menurun dimana pada tahun 2005 tercatat sebanyak 16,61 persen. Begitu juga rata-rata jumlah hari sakit atau terganggu aktivitas sehari-harinya mengalami penurunan yang signifikan yaitu dari sekitar 7,56 hari pada tahun 2005 menjadi 4,95 hari pada tahun 2006.

Dari kedua indikator kesehatan diatas, keduanya menunjukan adanya kesinambungan dimana masing-masing menunjukan adanya perbaikan. Indikator derajat kesehatan cenderung membaik yang ditandai dengan menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Begitu juga dengan indikator status kesehatan cenderung mengalami peningkatan yang terlihat dari menurunnya Angka Kesakitan dan Rata-rata Jumlah Hari Sakit.

Tabel 3.2

Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 

Indikator Kesehatan

2005

2006

(1) 

(2) 

(3) 

Angka Kesakitan (%) 

16,61 

12,16

Rata-rata Lamanya Sakit (hari) 

7,56 

4,95

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006

3.2.     Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit, untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran penduduk khususnya kaum ibu akan pentingnya ASI bagi seorang bayi yang tidak bisa digantikan dengan susu formula apapun. Selain pemenuhan ASI dan cakupan imunisasi, bayi diharapkan memperoleh asupan gizi yang cukup. Pada tahun 2000-2004, dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Propeda pemerintah mencanangkan program perbaikan gizi yang salah satunya adalah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai status gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih (Propenas 2000-2004, hal. 189). Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 20 persen.

Pada tahun 2006 penduduk balita Pandeglang yang pernah mendapatkan ASI dari orangtuanya cukup besar yaitu 97,88 persen, dengan rata-rata lamanya disusui selama 17,47 bulan atau 17 bulan 14 hari meskipun sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya dimana pada tahun 2005 persentase balita yang pernah mendapatkan ASI mencapai 97,90 persen dengan rata-rata lama disusui selama 18,56 bulan. Kondisi ini cukup menggemberikan dan harus lebih di tingkatkan, dengan tingginya jumlah balita yang mendapatkan ASI sehingga memungkinkan balita-balita di Pandeglang dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan berkualitas. Rata-rata balita di Pandeglang mendapatkan ASI cukup lama yaitu kurang lebih satu setengah tahun walaupun masih kurang dari yang semestinya (2 tahun).


 

Tabel 3.3

Persentase Balita 2-4 Tahun yang Pernah diberi ASI dan Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 

Indikator Kesehatan 

2005 

2006 

(1) 

(2) 

(3) 

Pernah diberi ASI

97,90 

97,88 

Rata-rata lamanya diberi ASI (bulan) 

18,56 

17,47 

Pernah diberi Imunisasi 

90,02 

89,58 

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006

Banyaknya balita yang mendapatkan imunisasi di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi yaitu sekitar 89,58 persen dengan beragam imunisasi yang diberikan seperti imunisasi BCG, Polio dan sebagainya. Bagi balita imunisasi sangat penting untuk menjaga dan memberikan kekebalan tubuh dari serangan berbagai jenis penyakit. Dengan tingginya persentase balita yang mendapatkan imunisasi diharapkan status kesehatan balita di Pandeglang lebih baik sehingga balita Pandeglang dapat berkembang terus menjadi anak yang lebih sehat dan lebih kuat.

Gambaran umum dari kondisi kesehatan balita secara nyata dapat dilihat dari keadaan status Gizi Balita yang dikategorikan berdasarkan Gizi Lebih, Gizi Baik, Giji Kurang, dan Gizi Buruk. Seperti disajikan pada tabel 3.4, balita dengan status Gizi Buruk di kabupaten Pandeglang sebanyak 2.208 atau 2,22 persen dari jumlah balita. Sedangkan yang berstatus Gizi Baik sebanyak 81.324 balita atau 81,76 persen. Sementara itu sekitar 26.930 balita tidak diketahui status gizinya, kemungkinan para orang tua tidak memeriksakan/membawa mereka ke POSYANDU.

Tabel 3.4

Jumlah dan Persentase Balita Menurut Status Gizi

Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2006


 

Status Gizi

2006 

Jumlah 

(%)

[1] 

[2]

[3]

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

521

81.324

15.412

2.208 

0,52

81,76

15,50

2,22

Jumlah 

99.465 

100,00 

     Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang

3.3.     Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Salah satu faktor yang mempunyai andil cukup besar dan merupakan faktor penentu utama dalam upaya meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan. Keberadaan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di lapangan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena relatif lebih mudah dijangkau oleh penduduk di pelosok desa. Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)di Pandeglang pada tahun 2006 sebanyak 96 unit yang tersebar di 31 Kecamatan. Ini berarti, untuk penanganan masalah kesehatan penduduk pada setiap Kecamatan rata-rata dilayani oleh 2 – 3 puskesmas/pustu.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam penanganan kesehatan adalah ketersediaan sarana dan prasaran pelayanan kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk mengupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya).


 

Tabel 3.5

Persentase Penolong Persalinan Bayi

di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 


 

Penolong Persalinan

2005

2006

(1) 

(2) 

(3) 

Tenaga Kesehatan : 

26,70

36,90

- Dokter 

2,18

0,70

- Bidan 

22,87

36,16

- Tenaga Medis Lainnya 

1,65

0,04

Bukan Tenaga Kesehatan : 

73,30

63,10

- Dukun 

72,71

62,40

- Lainnya 

0,59

0,70

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006


 

Secara umum, persalinan yang dbantu oleh dokter, bidan ataupun tenaga medis lainnya lebih aman dibandingkan dengan persalinan yang dibantu oleh tenaga non medis. Hal ini menunjukan bahwa peran penolong persalinan/kelahiran sangat penting bagi keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan serta berkaitan erat dengan usaha penurunan angka kematian bayi dan ibu pada saat melahirkan.

Dengan semakin meningkatnya penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan merupakan hal yang cukup menggembirakan meskipun persentasenya masih jauh di bawah persentase persalinan oleh tenaga non medis. Pada tahun 2006 persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat menjadi sebesar 36, 9 persen selebihnya masih ditolong oleh tenaga non medis, sedangkan pada tahun 2005 yang ditolong oleh tenaga kesehatan tercatat hanya 26,7 persen.

Bila dilihat secara rinci pada tabel 3.5, persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, 98 persen lebih dilakukan oleh bidan sedangkan yang ditolong oleh dokter hanya sekitar 2 persen.


 

Tabel 3.6

Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut

Jenis Obat yang Digunakan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 

Jenis Pengobatan 

2005

2006

(1) 

(2) 

(3) 

Modern 

80,85

59,74

Tradisional 

30,27

53,17

Lainnya 

13,43

25,58

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006


 


 


 


 


 

Grafik 3.1

Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri

Menurut Jenis Obat yang Digunakan

di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2005-2006


 


 


 

Pada umumnya penduduk yang mengalami gangguan/keluhan kesehatan berusaha melakukan upaya pengobatan baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Pada tahun 2006 penduduk yang berobat sendiri dengan pengobatan modern berkurang dari 80,85 persen pada tahun 2005 menjadi 59,74 persen pada tahun 2006. Sedangkan pengobatan dengan cara tradisional mengalami kenaikan dari 30,27 persen pada tahun 2005 menjadi 53,17 persen pada tahun 2006 dan jenis pengobatan lainnya naik dari 13,43 persen tahun 2005 menjadi 25,58 persen tahun 2006.

Untuk berobat jalan ketika penduduk mengalami sakit atau gangguan kesehatan, puskesmas merupakan rujukan utama bagi penduduk. Kecenderungan penduduk yang sakit untuk berobat jalan ke tempat pelayanan kesehatan terlihat meningkat. Seperti disajikan pada tabel 3.7, terlihat bahwa jenis fasilitas kesehatan yang sering digunakan dan menjadi alternatif pilihan penduduk secara berurutan adalah puskesmas/pustu, petugas kesehatan lainnya (paramedis) dan praktek dokter.

Pada tahun 2006 penduduk yang melakukan kunjungan berobat jalan ke puskesmas meningkat dari 41,78 persen pada tahun 2005 menjadi 51,69 persen pada tahun 2006. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan pusekesmas/pustu sangat berpengaruh terhadap derajat dan status kesehatan penduduk. Tingginya persentase kunjungan penduduk yang berobat jalan ke puskesmas dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya, salah satunya mungkin karena disamping aksesnya lebih mudah biaya yang dikeluarkan pun relatif murah.


 

Tabel 3.7

Persentase Penduduk yang Berobat Jalan

Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pandeglang,

Tahun 2005-2006


 

Tempat Berobat 

2005 

2006 

(1) 

(2) 

(3) 

Rumah Sakit 

8,18

7,10 

Praktek Dokter 

19,62

14,34 

Puskesmas (termasuk Pustu) 

41,78

51,69 

Klinik KIA/BP 

0,00 

0,00 

Petugas Kesehatan Lain

29,96

17,57 

Pengobatan Tradisional 

0,00

2,32 

Lainnya 

0,46

6,98 

Penderita Sakit yang Berobat Jalan 

38,70 

39,71 

Sumber : Susenas Tahun 2005 dan 2006

tor penunjang kesehatan lainnya, untuk itu upaya peningkatan sarana dan prasarana seperti kelengkapan peralatan medis, tenaga kesehatan baik jumlah maupun kualitasnya, merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di daerah-daerah pedesaan.