ANALISIS CARRYING CAPACITY RATIO PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN CIPOCOK JAYA KOTA SERANG Membangun suatu wilayah pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberi nilai tambah terhadap kualitas kehidupan. Proses pemberian nilai tambah terhadap kualitas kehidupan dilakukan dengan memperhatikan internalitas dan eksternalitas suatu wilayah. Internalitas diantaranya meliputi kondisi fisik wilayah, potensi sumber daya (alam, manusia, dan buatan), serta kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, Pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah, kelestarian sumber daya alam, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan dukungan sumber daya buatan, serta pemahaman terhadap eksternalitas suatu wilayah, menjadi kunci keberhasilan perencanaan pembangunan. Hal ini mengindikasikan pentingnya merencanakan pembangunan melalui perspektif yang lebih luas dan tidak sekedar administratif parsial atau sektoral saja. Untuk itu pendekatan kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan penataan ruang, memegang peranan yang vital dalam perencanaan pembangunan 206.200 jiwa. Bentuk topografi wilayah Kecamatan serang sebagian besar merupakan daratan, dengan ketinggian rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan laut,dengan rata-ratas serta curah hujan 75 mm/tahun.berdasarkan ketinggian,curah hujan,suhu,dan kesuburan serta jenis tanah yang dominan,maka daerah ini cocok untuk pemukimandan perumahan. Dari data BPS Kecamatan serang Kota 2010 diketahui Bahwa Kecamatan serang yang memiliki luas wilayah 25,88 KM2 yang diantaranya merupakan luas sawah tadah hujan 170 ha dengan frekuensi panen 1 kali/thn. Luas sawah beririgasi setengah teknis 70 ha dengan frekuensi panen 1kali/thn serta lahan kebun 120 ha dengan frekuensi panen 2 kali/thn. Selain itu Jumlah penduduk di Kecamatan serang tercatat sebanyak 206.200 jiwa, dimana 11 % diantaranya tinggal di kota. Selain itu jumlah kepala keluarga di Kecamatan serang adalah 92.152 dan 1 Kepala Keluarga petani rata – rata memiliki 1 ha sawah. Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada. Produktivitas lahan, komposisi penggunaan lahan, permintaan per kapita, dan harga produk agrikultur, semua dipertimbangkan untuk mempengaruhi daya dukung dan digunakan sebagai parameter masukan model tersebut. Konsep yang digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya-dukung ini adalah adanya asumsi bahwa ada suatu jumlah populasi yang terbatas yang dapat didukung tanpa menurunkan derajat lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara. Secara khusus, kemampuan daya dukung pada sector pertanian diperoleh dari perbandingan antara lahan yang tersedia dan jumlah petani. Sehingga data yang perlu diketahui adalah data luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per keluarga, potensi lahan yang tersedia dan penggunaan lahan untuk kegiatan non pertanian. Manfaat Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) : Metode ini menggunakan data luas lahan yang dipanen dalam setahun, persen penduduk petani dikalikan jumlah KK, dan rata-rata lahan dimiliki petani. Perhitungan metode ini adalah sebagai berikut: A x r CCR = H x h x f Keterangan CCR : Kemampuan daya dukung (Carrying Capacity Ratio) A : Jumlah total area yang digunakan untuk kegiatan pertanian r : Frekuensi panen per hektar H : Jumlah KK (rumah tangga) h : Persentase jumlah penduduk yang tinggal f : Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani 4.1. Bidang Pertanian Dari data BPS Kecamatan serang diketahui bahwa : A : Luas sawah tadah hujan 170 ha Luas sawah beririgasi setengah teknis sebanyak 70 ha Luas lahan kebun120 ha R : Sawah tadah hujan frekuensi panen 1 kali/thn Sawah beririgasi frekuensi panen 3 kali/thn Sawah beririgasi setengah teknis frekuensi panen 2 kali/thn Lahan kebun frekuensi panen 2 kali/thn H : Jumlah KK 206.200 h : Persentase jumlah penduduk yang tinggal : 89 % f : 1 Kepala Keluarga petani rata – rata memiliki 1,5 ha sawah A x r CCR = H x h x f (560 x 1) + (185 x 3) + (167 x 2) CCR = 18.223 x 89 % x 1,5 560 + 555 + 334 CCR = 16218.47 x 1,5 1449 CCR = 24327.70 CCR = 0,06 A : Luas lahan kebun 120 ha r : Lahan kebun frekuensi panen2 kali/thn H : Jumlah KK 206.200 h : Persentase jumlah penduduk yang tinggal : 89 % f : 1 Kepala Keluarga petani rata – rata memiliki 2 ha kebun 878 x 4 CCR = 18.223 x 89 % x 2 3392 CCR = 16218.47 x 2 3392 CCR = 32436.94 CCR = 0.15 Hasil Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) di Kecamatan Cipocok Jaya Locus Penelitian Bidang Pertanian Bidang Perkebunan serang 0,06 0,15 Rekomendasi : Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis daya dukung lahan (carrying capacity ratio) Jika melihat rencana pembangunan di Kota Serang, maka akan wajar – wajar saja jika hasil dari analisis daya dukung lahan (carrying capacity ratio) di Kecamatan serang sangat kecil (tidak tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduknya) karena Kecamatan serang termasuk wilayah pengembangan (WP) tengah yang peruntukannya adalah untuk pusat pemerintahan / perkantoran, perdagangan, jasa, perumahan dan pemukiman, pendidikan, kesehatan, fasilitas social dan fasilitas umum. Meskipun peruntukannya tidak ada untuk pengembangannya pertanian, tetapi kalau dilihat dari potensi pertaniannya, terutama wilayah serang bagian barat (Tembong, Galum dan Galam) masih cukup tinggi terutama untuk pengembangan sayur – sayuran, buah – buahan, dan tanaman hias. Untuk itu Pemerintah Kota Serang harus lebih memperhatikan dan menentukan perencanaan yang berbasis lingkungan, jangan sampai perencanaan pembangunan tersebut merusak lingkungan dan lahan yang telah ada sehingga hanya dapat menghambat pembangunan dan menambah beban anggaran, yang ujung – ujungnya merugikan masyarakat.
sedang eksternalitas yang perlu diperhatikan diantaranya adalah situasi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
dan produktivitas lahan tanaman pangan di Kecamatan Cipocok Jaya maka dapat ditafsirkan bahwa Kecamatan serang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduknya, dan juga tidak memiliki daya dukung terhadap penambahan jumlah penduduk. Kesimpulan ini saya tentukan karena menurut hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis daya dukung lahan (carrying capacity ratio) hanya menghasilkan 0,06 untuk bidang Pertanian dan 0,15 untuk bidang Perkebunan.
Tuesday, May 24, 2011
onboard
6:41 PM
Pendahuluan
Profil Kecamatan serang
Analisis Carrying Capacity Ratio
Mengetahui apakah suatu wilayah pertanian masih mampu mendukung kebutuhan pokok penduduk dengan melihat pertumbuhan penduduk di wilayah tsb.
Untuk mengambil langkah yang perlu dilakukan berdasarkan analisis di atas
Untuk memberikan informasi kepada para perencana dalam rangka mengembangkan potensi penduduk dengan aktivitas lainnya, terutama apabila daya dukung lahan sudah mulai berkurang atau tidak lagi seimbang dengan jumlah penduduk yang ada
Dapat digunakan sebagai bahan untuk mensosialisasikan dan mengembangkan kesadaran berbagai pihak mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya
Analisis Carrying Capacity Ratio di Kecamatan Cipocok Jaya
Bidang Perkebunan
No comments:
Write komentar