Monday, April 25, 2011

ANALISIS APBD KOTA TANGERANG TAHUN 2009

 

ANALISIS APBD KOTA TANGERANG TAHUN 2009
 

Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi Pemerintahan






Disusun oleh :
RAHAYU WIDASARI (5552081998)
4C ( AKUNTANSI )

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TANGERANG
2009



LATAR BELAKANG

Kota Tangerang terletak di Provinsi Banten, Indonesia, tepat di sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di sebelah selatan, barat, dan timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah kelurahan.
Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembab, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa, termasuk kawasan di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang berkomuter ke Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-kota satelit kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, lengkap dengan pusat perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market. Pemerintah bekerja dalam mengembangkan sistem jalan tol untuk mengakomodasikan arus lalu lintas yang semakin banyak ke dan dari Tangerang.Tangerang dahulu adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat yang sejak tahun 2000 memisahkan diri.

Letak Geografis
                

Provinsi                  :  Banten
Luas                       :  164,54 km²
Kecamatan              :  1
Dasar hukum           :  UU No. 2/1993
Tanggal                  :  28 Februari 1993
Walikota                 : Drs. H. Wahidin Halim M.Si
Kode area telepon   :  021
Motto                    :  Bhakti Karya Adhi Kertarahardja

Letak Kota Tangerang Secara gafis Kota Tangerang terletak pada posisi 106ยบ 36’ - 106ยบ 42’ Bujur Timur (BT) dan 6ยบ 6’ - 6ยบ Lintang Selatan (LS).


Lahan Perikanan
Kota Tangerang memiliki potensi sumberdaya alam yang besar untuk dikembangkan pada bidang perikanan. Jika dioptimalisasi maka potensi sumberdaya ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain :
  1. Sungai Cisadane sebagai sumber air utama, Kali Angke sepanjang 10 km, Kali Cirarab sepanjang 7 km dan pembuangan Mookervart 6,5 km
  2. Anak sungai sepanjang 102,66 km
  3. Situ/Rawa seluas 140,33 Ha
  4. Bekas galian golongan C seluas 20 Ha; dan
  5. Kolam seluas 220 Ha.
Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, hanya sebagian kecil areal situ/rawa sudah digunakan untuk budidaya ikan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (waring). Berdasarkan data dari Sub Dinas Bina Usaha Perikanan lahan perikanan budidaya yang telah digunakan/terdapat di Kota Tangerang seluas 220.438 Ha yang terdiri dari 3 jenis budidaya, yaitu : kolam, jaring terapung dan keramba. Luas lahan terbesar digunakan untuk kolam (220 ha) dan dikelola oleh 1.625 Rumah Tangga Produksi (RTP).  Dengan banyaknya sungai dan situ yang dimiliki, budidaya ikan dengan jaring apung dan keramba masih mungkin untuk dikembangkan lagi.
Budidaya ikan konsumsi sebagian besar dilaksanakan di kolam tanah, kolam tembok/bak, kemudian waring dan keramba. Sedangkan budidaya ikan hias sebagian besar menggunakan bak tembok, kemudian akuarium dan kolam fiber. Potensi kolam dan lahan pekarangan belum dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan modal dan sarana budidaya ikan yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan.
Pariwisata Kota Tangerang
Kota Tangerang memiliki beberapa lokasi objek wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata rohani. Obyek-obyek wisata dan agenda budaya yang menarik tersebut perlu dikelola dengan profesional sehingga bukan hanya mencapai tujuan-tujuan ekonomis seperti meningkatkan arus kunjungan wisatawan, tetapi juga dapat memelihara cagar budaya dan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Kota Tangerang. 
 Beberapa tempat wisata, seni dan budaya yang dimiliki Kota Tangerang adalah sebagai berikut : gedung pusat pemerintahan, PT (persero) Angkasa Pura II, Masjid Raya AL-A’ZHOM, Masjid Kali Pasir, Masjid Pintu Seribu, Vihara / Kelenteng, Bendungan Pintu Air Sepuluh, Situ Cipondoh, Fasilitas Olahraga, Gedung Kesenian, Festival Cisadane, Kang & Nong, Barongsai, Cokek, Cinderamata, Makanan Khas Tangerang dan lain-lain.


Laju Pertumbuhan Investasi
informasi tentang kondisi investasi di Kota Tangerang baik untuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dari informasi pada tabel tersebut terlihat bahwa kondisi investasi di wilayah Kota Tangerang periode 2001-2007 mengalami kecenderungan meningkat baik dari sisi PMA maupun PMDN. Pertumbuhan PMA terjadi pada tahun 2006 dengan persentase sebesar 8% dan kondisi bertahan hingga tahun 2007. Pertumbuhan PMDN terjadi pada tahun 2006 dengan persentase sebesar 2.61% dan tahun 2007 sebesar 1.67%.
Kondisi di atas memberikan sebuah gambaran bahwa tingkat investasi di Kota Tangerang masih perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Jika dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, maka investasi dapat dikatakan menjadi salah satu pintu pertumbuhan yang baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak bisa serta-merta menjadi indikator peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas menjadi salah satu sasaran yang harus dicapai oleh Pemerintah Daerah. Harapan terwujudnya pertumbuhan yang meningkat bagi kesejahteraan masyarakat sudah selayaknya berawal dari kesiapan pra kondisi yang menuntut kemampuan dalam mengelola kinerja ekonomi makro. Hasil yang ada dari kegiatan tersebut diharapkan dapat berimplikasi pada tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi sektor riil, karena kegiatan ekonomi sektor riil sangat berpotensi untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Asal-usul Tangerang disebut juga sebagai Kota "Benteng"
Untuk mengungkapkan asal-usul tangerang sebagai kota "Benteng", diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC,resolusi tanggal 1 Juni 1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk.
Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Radin Sina Patij dan Keaij Daman sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan.

Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal 4 Maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Keaij Dipattij Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja minta perlindungan kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam Dag Register tanggal 2 Juli 1982). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar kompeni.
Ketika bertempur dengan Banten, ia beserta ahli perangnya berhasil memukul mundur pasikan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai Angke dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I. Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal dari perjanjian tersebut berbunyi: "Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni"
Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai Tangerang, karena orang-orang Banten selalu menekan penyerangan secara tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat tahun 1962, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepatnya di muara sungai Tangerang.
Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal 3 April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok. Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig(Peltu) dan 28 orang Makasar yang akan tinggal diluar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.
Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis kompeni dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan "Benteng". Sejak itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut "Superintendant of Publik Building and Work" tanggal 6 Maret 1816 menyatakan: "...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya" taken from website kota tangerang.





ANALISIS POS PENDAPATAN
Dari APBD Kota Tangerang tahun 2009 itu tejadi defisit dimana total pendapatan hanya 1.100.609 .000.000.000,00 walaupun tiap tahun pendapatan selalu meningkat. Tetapi walaupun pandapatan meningkat pengeluaran juga meningkat tiap tahunnya.
          Seharusnya, anggaran pandapatan Kota Tangerang harusnya bisa lebih besar pendapatannya di sektor perindustrian karena Kota Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini, dilihat dari jumlah industri yang ada, Kota Tangerang termasuk kota industri. Kedekatan dengan Ibukota negara dan kemudahan akses terhadap berbagai prasarana dan sarana transportasi darat, laut dan udara, menyebabkan Kota Tangerang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif bagi pelaku industri. Oleh karena itu, sektor industri memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Bila kita lihat dalam Prioritas anggaran pendapatan, pilihan perindustrian itu di ranking no 2 sedangkan pertanian no 1. Di dalam kenyataan di daerah kota tangerang lahan sawah sudah banyak di ganti sebagai pemukiman masyarakat kota tangerang, sebagai tempat perindustrian dan tempat-tempat refreshing untuk masyarakat kota tangerang itu sendiri sehingga mendapatkan keuntungan bagi pemilik tempat tersebut ( mal, tempat makan, dan lain-lain ). Apalagi dengan keadaan sekarang masyarakat Kota Tangerang menjadi masyarakat yang konsumtif.
Bukan hanya itu saja, dari sektor perikanan sebenarnya bisa dinaikkan karena Kota Tangerang memiliki potensi sumberdaya alam yang besar untuk dikembangkan pada bidang perikanan. Jika dioptimalkan lagi maka potensi sumberdaya ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain : Sungai Cisadane, situ atau rawa, dan lain-lain. Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, hanya sebagian kecil situ atau rawa sudah digunakan untuk budidaya ikan. Keterbatasan modal dan sarana budidaya ikian yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

         
ANALISIS POS PENGELUARAN
        Pengeluaran Kota Tangerang dari APBD tahun 2009 meningkat, walaupun mulai tahun  2007 sudah tidak ada  belanja tidak disangka dan belanja bagi hasil dan bantuan keuangan tetapi pengeluaran selalu meningkat.
          Seharusnya, pengeluaran harusnya bisa di hemat dengan mengurangi pos-pos yang tidak terlalu penting. Dan lebih memfokuskan kepada yang lebih penting. Malah dengan  banyak pos-pos pengeluaran yang realitanya tidak untuk rakyat tetapi untuk pegawai pemda itu sendiri.
           

ANALISIS PENDAPATAN VS PENGELUARAN

Informasi dari anggaran bahwa pendapatan daerah sebesar Rp 1.100.609.000.000.000,00 dan pengeluaran Rp1.219.650.000.000.000,00. Dapat kita lihat bahwa terjadi defisit. Pemerintah Kota Tangerang harus lebih mempersempit pos-pos pengeluaran dan menambah pendapatan.
Kota Tangerang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang baik, yang dapat digunakan untuk menambah pendapatan. Pemerintah Kota Tangerang jangan berpatokan dengan pos-pos pendapatan yang sudah ada tapi terus menambah pos-pos yang dapat menambah pendapatan daerah.


 
KRITIK DAN SARAN

Dari informasi yang kita dapat di APBD Kota Tangerang tahun 2009. Seperti pembahasan yang sebelumnya bahwa terjadi defisit di APBD tersebut.
Pada prioritas anggaran tahun 2009 terdapat pos-pos pengeluaran seperti:  Pendidikan (37,37%). Lalu Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum dan Administrasi Keuangan (22,34%); Pekerjaan Umum(11,31%); Kesehatan(6,45%) ; Lingkungan Hidup (4,96%); Pertanahan (3,83%); Perhubungan (2.09%); Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (1.90%) ; Penataan Ruang (1.45%)  ; Perumahan (1.27%). Pemeri tah derah menurut saya pos Perumahan; Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri; Pertanahan; Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum dan Administrasi Keuangan lebih di kesampingkan. Harusnya pos Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ; Penanaman Modal ; Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ; Koperasi dan Usaha Kecil Menengah lebih di fokuskan bersama pos Pendidikan; Pekerjaan Umum; Kesehatan; Lingkungan Hidup; Perhubungan.
Sedangkan pos-pos pendapatan di prioritas anggaran 2009 seperti: Pertanian (79.46%); Perindustrian (9.00%); Kelautan dan Perikanan (4.53%); Pariwisata (3.90%); Perdagangan (3.11%). Pemerintah daerah lebih memaksimalkan untuk menambah pendapatan, mungkin bisa menambah dengan pendapatan non daerah atau mendapatkan hibah dari kota lain atau daerah pusat. 



 


DAFTAR PUSTAKA

  1. http://.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang
  2. http://www.tangerangkota.go.id
  3. http://alegdp5.multiply.com/tag/profil%20kota


No comments:
Write komentar

E-learning

Produk Rekomendasi