HUBUNGAN TEORY KEYNESIAN
TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL
Sutrisna Wijaya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
A. KONSEP TEORY KEYNESIAN
Keynesianisme, atau ekonomi Keynesian atau Teori Keynesian, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes[1]. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat mempengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan untuk tidak menambah peredaran uang di masyarakat untuk menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.
B. MEKANISME TEORI KEYNES
Ø Semakin besar pendapatan nasional semakin besar volume pekerja yang dihasilkan, demikian sebaliknya.
Ø Volume pekerja tergantung pada permintaan efektif,
Ø Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan.
Ø Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat
Ø Permintaan efektif terdiri dari penmintaan konsumsi dan investasi
Ø Teori ini hanya berlaku pada ekonomi kapitalis demokratis yang telah maju
Syarat pokok dalam kemajuan ekonomi
Ø Kemampuan mengendalikan penduduk;
Ø Kebulatan tekat menghindari perang dan perselisihan sipil;
Ø Kemauan untuk mempercayai ilmu pengetahuan dan mempedomani hal-hal yang sesuai dengan ilmu pengetahuan;
Ø Tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produk dan konsumsi
Asumsi yang dipakainya Keynes
Ø Didasarkan adanya pengangguran siklis yang terjadi selama depresi:
Ø Pengangguran ini disebabkan oleh menurunnya permintaan efektif
Ø Pengangguran ini dapat dihilangkan dengan menaikkan permintaan efektif
Ø Analisis merupakan analisis periode jangka pendek
Ø Didasarkan pada perekonomian tertutup, tetapi negara terbelakang bukanlah perekonomian tertutup, karena perdagangan luar negeri memainkan peranan yang dominan.
Ø Adanya penawaran lebih faktor komplemen, faktor tenaga kerja dan sumber perlengkapan lainnya dalam perekonomian
Peralatan yang dipakai Keynes
Ø Permintaan efektif. Pengangguran merupakan akibat dari kurangnya permintaan efektif dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi
Ø Kecenderungan mengkonsumsi
Ø Kecenderungan menabung. Ia menyorot tabungan sebagai sifat sosial yang buruk, karena menabung menyebabkan berkurangnya permintaan agregat.
Ø Kecenderungan marginal modal
Ø Suku bunga. Suku bunga merupakan faktor penentu kedua investasi
Ø Multiplier. Konsep ini didasarkan pada asumsi:
a) pengangguran terpaksa;
b) kurva penawaran output yang tidak elastis;
c) kapasitas lebih pada industri barang konsumsi;
d) penawaran modal kerja bersifat elastis
Ø Langkah-langkah kebijaksanaan
C. KOMPONEN TEORY YANG TERKAIT TEORY KEYNESIAN
A. Inflasi dalam Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga ecara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan roses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Penyebab dari Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik
Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).
Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Mengukur Inflasi dalam Ekonomi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
B. Devaluasi dalam Ekonomi
Devaluasi adalah menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
Devaluasi adalah menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
D. KESIMPULAN DAN PERBANDINGAN
Ajaran-ajaran Keynes pernah secara sangat berhasil mengatasi persoalan-persoalan ekonomi selama kurang lebih tiga dekade. Tetapi dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi tahun 60-an dan 70-an teori-teori Keynesian nampaknya lumpuh total. Ini tidak berarti bahwa teori-teori yang dikembangkan Keynes menjadi langsung tidak relevan dan dapat diabaikan begitu saja. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa keadaan dan masalah ekonomi yang dihadapi tahun 60-an dan 70-an berbeda dengan keadaan masalah ekonomi yang sangat menonjol adalah masalah depresi, yaitu suatu keadaan di mana kegiatan ekonomi sangat merosot, diiringi oleh deflasi dan tingkat pengangguran yang sangat tinggi.
Dalam situasi di mana tingkat produksi rendah dan angka pengangguran tinggi,kebijaksanaan fiskal dengan peningkatan pengeluaran pemerintah diakui sangat ampuh. Sedang pada tahun 60-an dan 70-an masalah yang dihadapi justru keadaan sebaliknya, yaitu memanasnya kegiatan perekonomian disebabkan semakin meluasnya perdagangan internasional, diiringi tingginya laju inflasi. Pada waktu perekonomian memanas, dan produksi sudah mencapai tingkat di masa sumber daya dimanfaatkan secara penuh, maka kebijaksanaan fiskal yang bersifat ekspansif hanya akan mengundang inflasi, sedang dampak terhadap output kecil atau bahkan nihil.
Dengan demikian dapat dikatan bahwa kelemahan dan keterbatasan teori-teori Keynesian bukan terletak pada ketidak konsistenan antara logika dan teori yang dikembangkannya, melainkan karena berbedanya masalah yang dihadapi. Apa yang sudah dikembangkan Keynes untuk menghadapi persoalan yang terjadi tahun 30-an terang tidak cocok dengan permasalahan yang dihadapi tahun 70-an. Hendaknya ini jadi pelajaran bagi kita untuk tidak percaya bulat-bulat pada teori yang dikembangkan ole pakar di suatu waktu, terutama dalam menghadapi lingkungan keadaan yang berubah-ubah.
Sebagai catatan, walau perbedaan antara kubu Keynesian dengan kubu monetaris di luar negeri (seperti Amerika Serikat) cukup seru, tetapi di Indonesia kurang begitu diperhatikan. Masalahnya, pada tahun 70-an tersebut perekonomian Indonesia tidak mengalami stagflasi seperti yang dialami negara-negara Barat waktu itu. Bahkan sebaliknya, naiknya harga-harga minyak justru merupakan rahmat bagi Indonesia.
Kaum monetaris, terutama Friedman, sangat berjasa dalam menekankan arti penting laju pertumbuhan uang terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi. Di lihat dari upayanya tersebut ia dapat dianggap sangat berhasil. Sebab, sebagaimana diucapkan oleh pakar ekonomi makro Franco Modigliani : We are all monetarists now, dalam artian bahwa hampir semua pakar ekonomi masa sekarang percaya akan arti penting laju pertumbuhan stok uang dalam perekonomian.
Secara keseluruhan harus diakui bahwa pengaruh pandang Friedman dalam kebijaksanaan ekonomi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari diadopsinya kebijaksanaan moneter baru oleh pemerintah Amerika Serikat (the Fed?s) tahun 1979. Friedman sangat anti dengan peran pemerintah yang kelewat besar dalam perekonomian. Jika penerimaan pemerintah terlalu besar maka otomatis pengeluarannya juga harus besar, padahal banyak program-program pemerintah dinilai tidak efektif dalam mencapai sasaran.Pengaruh pandangan Friedman di atas dapat dilihat dari program pemotongan pajak yang dilakukan pemerintahan Reagan tahun 1981.
Pengaruh pandangan Friedman juga dirasakan di Indonesia, terlihat dari kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, yang pada intinya mengurangi cengkeraman pemerintahan yang kelewat besar dalam perekonomian Indonesia. Begitu juga dalam menghadapi inflasi tahun1993 dan tahun1994, pemerintah juga terlihat berusaha mati-matian menekan laju inflasi di bawah dua gigit, sebab para pakar ekonomi di Indonesia, dan juga kaum praktisi, telah mengetahui dampaknegatif yang sangat besar dari keadaan inflasi, yang secara sangat vokal disuarakan oleh Milton Friedman dari kubu monetaris.
REFERENSI
Abdullah, Taufik (ed.). Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta:
LP3ES, 1979.
Azis, Iwan J. Perkembangan Ilmu Ekonomi melaliu Lahirnya Beberapa Teori dan
Peranan Pendekatan Kuantitatif. Makalah disampaikan pada konres ISEI ke-10
di Bali, 7-9 September 1987.
[1] Keynes (diucapkan Keenz) adalah seorang putera ekonom penganut aliran klasik bernama Neville Keynes. Ibunya, seorang lulusan Universitas Cambridge menjadi wali kota Cambridge. John Maynard Keynes adalah mahasiswa brilian dalam matematika, ilmu politik dan filsafat.
Keynes hidup dalam dua masa yang berat dalam hal hubungan antar negara dan perekonomian dunia. Ia hidup dalam masa perang dunia I (1914-1918), resesi ekonomi eropa (1920-1921), depresi Amerika (1929-1939), dan terakhir di masa perang dunia ke II (1943-1945).
No comments:
Write komentarSilahkan isi komentar Anda disini