Monday, January 31, 2011

ANGKA PENGANGGURAN DI KABUPATEN LEBAK

 


ANGKA PENGANGGURAN DI KABUPATEN LEBAK

oleh
Endi Sutrisna
072645


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hingga saat ini, masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan ekonomi yang juga tidak kunjung selesai setelah sangat terpuruk di akhir abad dua puluh yang lalu. Permasalahan lain, berkaitan dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri, misalnya dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum begitu bagus. Jika pun penganggur berkualifikasi pendidikan tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas. Bukan rahasia lagi, banyak mereka yang bekerja pada posisi yang sebetulnya bisa diisi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau menengah. Keadaan seperti ini memunculkan fenomena mismatch, yaitu angkatan kerja yang bekerja pada posisi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.
            Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
Masalah kependidikan yang serius dihadapi oleh kota berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Membidik masalah yang terakhir, dengan tidak bermaksud mengecilkan arti ketiga masalah lainnya, memiliki greget yang lain. Kekurangtersediaan lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam perspektif masyarakat.
Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan, adalah teraihnya lapangan kerja yang diaharpkan. Atau setidak-tidaknya, setelah lulus dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai "gengsi" yang lebih tinggi di banding sektor informal.
 Dengan demikian, keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja, secara linear berpotensi menggugat eksistensi dan urgensi pendidikan dalam perspektif masyarakat. Masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Kabupaten Lebak yang notabene masih dalam kategori Kabupaten berkembang di Provinsi Banten.
           
1.2. Rumusan Masalah
Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang masalah dapat membuat rumusan masalah yaitu :
1. Apa pengertian dari Pengangguran
2. Apa yang menjadi masalah pengangguran di Kabupaten Lebak
3. Bagaimana keadaan pengangguran di Kabupaten Lebak
4. Apa dampak dari pengangguran bagi Kabupaten Lebak
5. Sajian data pengangguran di Kabupaten Lebak

1.3. Tujuan Penulisan
Dapat di ketahui tujuan penulis makalah ini.
1. Untuk mengetahui pengertian
2. Untuk mengetahui apa penyebab masalah pengangguran di Kabupaten Lebak
3. Untuk mengetahui keadaan pengangguran di Kabupaten Lebak
4. Untuk mengetahui akibat yang timbul dari pengangguran
5. Untuk mengetahui data-data tentang pengangguran di Kabupaten Lebak
6. Mencari solusi dari menganai pengangguran di Kabupaten Lebak           
BAB II
POTRET PENGANGGURAN
DI KABUPATEN LEBAK

2.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran, Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja. Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%. (http://www.organisasi.org)

2.2. Macam-Macam Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam.

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai
pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaanpadahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.

2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.
Contoh:
Pada sebuah kantor terdapat 10 tenaga administrasi yang menangani pekerjaan yang ada. Padahal dengan jumlah tenaga 6 orang saja semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Akibatnya para pegawai tersebut bekerja tidak optimal dan bagi kantor tentu merupakan suatu pemborosan.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment)
     Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dala seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
     Bisakah Anda memberi contoh lain mengenai jenis pengangguran di atas? Coba sebutkan lalu cocokkan ciri-ciri pengangguran tadi dengan contoh yang Anda sebutkan. Apabila digambarkan dengan bagan, maka jenis pengangguran ini akan nampak sebagai berikut:

1. Pengangguran Friksional (Transisional).
    Pengangguran ini timbul karena perpindahan orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda.
     Contoh:
- Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, untuk  sementara menganggur.
     - Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari pekerjaan yang baru yang lebih baik
2. Pengangguran Struktural
    Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian yang menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain. Contoh: Suatu daerah yang tadinya agraris (pertanian) menjadi daerah industri, maka tenaga bidang pertanian akan menganggur.

3. Pengangguran Siklikal atau Siklus atau Konjungtural
    Pengangguran ini terjadi karena adanya gelombang konjungtur, yaitu adanya resesi atau kemunduran dalam kegiatan ekonomi. Contoh: Di suatu perusahaan ketika sedang maju butuh tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya ketika usahanya merugi terus maka akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau pemecatan.

4. Pengangguran Musiman (Seasonal)
     Pengangguran musiman terjadi karena adanya perubahan musim. Contoh: pada musim panen, para petani bekerja dengan giat, sementara sebelumnya banyak menganggur.

5. Pengangguran Teknologi
     Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan alat–alat teknologi yang semakin modern. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang yang berprofesi sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka mereka tidak bekerja lagi.

6. Pengangguran Politis
    Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara langsung atau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank-bank permasalah sehingga menimbulkan PHK.

Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

2.3. Tingkat Pengangguran
1. Tingkat Pengangguran Menurut Umur
Tingkat pengangguran yang dimaksud pada tulisan ini adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment rate. Ukuran ini merupakan salah satu tolok ukur ketenagakerjaan yang banyak digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh penawaran tenaga kerja, serta bagaimana permintaan akan kesempatan kerja. Diperoleh dengan cara menghitung jumlah absolut angkatan kerja yang menganggur, baik mereka yang baru lulus sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja dikalikan seratus. Jika tingkat pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja.memperlihatkan pola tingkat pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34 tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pension tapi masih mencari pekerjaan.

2.Tingkat Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan lebih menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran di pedesaan lebih rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama. Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja. Baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan, tingkat pengangguran yang paling tinggi adalah pada jenjang SLTA.
Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa dekade terakhir Hal ini dapat dibuktikan dengan mengkaji ulang beberapa tulisan yang membahas mengenai pengangguran seperti Effendi (1993) yang memakai data SUPAS 1985, pembahasan yang berasal dari data sensus penduduk 1990 serna Sakernas 1996 oleh Tjiptoherijanto dan Soemitro (1998), serta analisis Setiawan (2002) terhadap angkatan kerja dan pengangguran, yang didasarkan pada data ketenagakerjaan hasil Sakernas 2001.

2.4 Profil Kabupaten Lebak
Sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Banten, Kabupaten Lebak dengan luas Wilayah 304.472 Ha, sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Banten. Berkaitan dengan Hari Jadi Kabupaten Lebak yang jatuh pada tanggal 2 Desember 1828.

2.4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Lebak terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara         : Kabupaten Serang dan Tangerang
Sebelah Selatan      : Samudera Indonesia
Sebelah Barat         : Kabupaten Pandeglang
Sebelah Timur        : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Cibeber dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Kalanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



2.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi
            Secara terminologis, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan suatu perekonomian dalam tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mengingat kondisi perekonomian pasca krisis global yang memicu kondisi perekonomian baik perekonomian lokal, regional, nasional maupun internasional, Pemerintah Kabupaten Lebak berupaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara mapan (steady economic growth).
         Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 berada pada kondisi yang fluktuatif akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis global pada pertengahan tahun 2008. Akan tetapi, Pemerintah Kabupaten Lebak masih mampu mempertahankan perekonomian di Kabupaten Lebak secara positif. Secara lebih lengkap perkembangan LPE Kabupaten Lebak periode Tahun 2004 - 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak
Tahun 2004-2008 (%)

 No.
Lapangan Usaha
2004
2005
2006
2007*
2008**
1
Pertanian
3,79
3,37
0,25
4,41
3,77
2
Pertambangan dan Penggalian
7,42
7,43
1,13
10,60
2,72
3
Industri Pengolahan
4,85
4,81
5,00
4,33
2,23
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
10,17
10,90
15,27
3,93
2,62
5
Bangunan dan Kontruksi
1,73
5,62
6,27
13,55
2,51
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,96
3,54
3,31
5,21
4,54
7
Pengangkutan dan Komunikasi
6,16
6,17
9,54
5,50
4,78
8
Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
1,55
1,63
2,80
3,61
7,60
9
Jasa-jasa
2,98
3,09
6,70
3,22
6,79
LPE Kabupaten
4,06
3,74
3,15
4,90
4,06
Sumber      :  PDRB Kabupaten Lebak 2003-2008 (BPS Kab. Lebak)
          *  :  Angka sementara
        ** : Angka sangat sementara
Laju pertumbuhan pada tahun 2008 paling tinggi dari lapangan usaha sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,60%, sedangkan yang terendah dari lapangan usaha sektor industry pengolahan sebesar 2,23%.
Tabel
Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak
Tahun 2009-2014 (%)

No.
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1
Pertanian
3,52
4,09
4,31
4,53
4,69
4,96
2
Pertambangan dan Penggalian
0,94
1,09
1,16
1,21
1,26
1,33
3
Industri Pengolahan
2,00
2,33
2,45
2,58
2,67
2,82
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5,40
6,27
6,61
6,95
7,19
7,61
5
Bangunan dan Kontruksi
2,25
2,62
2,76
2,90
3,00
3,18
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,08
4,73
5,00
5,25
5,43
5,75
7
Pengangkutan dan Komunikasi
3,66
4,25
4,46
4,71
4,88
5,16
8
Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
1,44
1,67
1,76
1,85
1,92
2,03
9
Jasa-jasa
6,08
7,06
7,45
7,82
8,10
8,57
LPE Kabupaten
3,26
3,79
4,00
4,20
4,35
4,60
Sumber      :  Bappeda Kab. Lebak
Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014 ditentukan melalui asumsi dasar produktivitas perekonomian daerah. Transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2009-2014  didominasi oleh sektor tersier kemudian disusul sector primer dan sector sekunder. Hal ini terjadi sebagai akibat perpindahan tenaga kerja dari sektor primer ke sector tersier secara natural.
2.6. Tenaga Kerja
          Permasalahan ketenagakerjaan sampai saat ini senantiasa menjadi salah satu isu utama pembangunan, baik pada skala nasional, regional maupun lokal. Diperkirakan permasalahan ketenagakerjaan ini masih akan diwarnai oleh masalah-masalah yang bersifat konvensional dan kontemporer seperti masalah angkatan kerja, pengangguran dan pemutusan hubungan kerja.

Tabel
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No.
Tahun
Petani
Buruh Tani
Nelayan/
Perikan-an
Buruh Nelayan
PNS
Industri
Perdaga-ngan
Lainnya
Jumlah
1
2004
NR
NR
NR
NR
NR
NR
NR
NR
NR
2
2005
198.355
89.405
NR
NR
13.547
20.178
37.265
33.401

3
2006
195.354
110.008
8.781
2.762
16.015
20.177
37.667
73.925
464.699
4
2007
186.634
101.379
6.695
1.236
13.617
21.614
39.058
78.002
448.235
Sumber : BPS Kab. Lebak
 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2008 tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007, hanya mengalami perubahan komposisi antara Tenaga Kerja Indonesia perempuan dan laki-lakinya.  Tenaga Kerja Indonesia lebih didominasi oleh tenaga kerja perempuan dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya, hal ini dapat terlihat dari tabel berikut:



Tabel
Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No.
Tahun
TKI
Jumlah
Laki-laki
Perempuan

1.
2004
NR
NR
NR
2.
2005
1.236
2.784
4.020
3.
2006
1.946
3.197
5.143
4.
2007
2.370
3.262
5.632
5.
2008
2.389
3.243
5.632
.

2.7. Kondisis Pengangguran Banten dan Lebak

Akibat krisis global yang tak kunjung usai, 656.560 orang dari 9,2 juta jiwa penduduk di Provinsi Banten tercatat sebagai pengangguran.
Apalagi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat sejak Agustus 2007 hingga Agustus 2008 jumlah pengangguran di Provinsi Banten bertambah menjadi 23.798 orang.
Struktur ketenagakerjaan di Banten pada bulan Agustus 2008 mengalami perubahan yang cukup berarti. Pada bulan Agustus 2008, peningkatan jumlah penduduk yang ingin memasuki dunia kerja bertambah cukup signifikan, tercatat jumlah angkatan kerja telah mencapai 4.325.455 orang atau naik sebesar 309.032 orang dibanding keadaan Agustus 2007. 
Penambahan jumlah penduduk pada Angkatan Kerja yang cukup berarti ini, mendorong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2008 menjadi sebesar 64,8 persen atau terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan TPAK pada Agustus 2007 yang sebesar menjadi 61,6 persen (lihat Tabel 1).
Jika dirinci menurut Kabupaten/Kota, maka terlihat  bahwa pada Agustus 2008 tingkat pengangguran Kabupaten Lebak sebesar   10,7 persen.


Data sementara yang masuk ke Disnakertrans hingga akhir Desember 2008, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan di Provinsi Banten mencapai angka 13.152 orang.
Dimana data pemutusan hubungan kerja (PHK) itu tersebar di Kabupaten Lebak 47 orang, Kabupaten Pandeglang 220, Kabupaten Serang 65 orang, Kota Cilegon 105 orang, Kab Tangerang 12.715. Sedangkan Jumlah pegawai yang dirumahkan mencapai 1.535 orang
Menurut sumber dari  Kepala Seksi Kependudukan (BPS) Provinsi Banten, peningkatan pengangguran ini terlihat dari laporan-laporan yang masuk ke Provinsi Banten dari perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten/Kota yang tersebar di Provinsi Banten, dan akhir tahun 2008, sudah di angka 13 ribu lebih. (Berita8.com).

2.8. Penyebab Pengangguran Kabupaten Lebak
Penyebab banyaknya pengangguran adalah kurangnya perusahaan swasta di kabupaten Lebak. Sehingga para lulusan-lulusan sekolah ataupun universitas yang memiliki bekal kemampuan di bidangnya masing-masing, kebingungan untuk mencari lahan pekerjaan karena Lebak sangat minim akan investor, sehingga sangat jarang sekali pabrik-pabrik ataupun perusahaan swasta yang berjalan di Kabupaten, di tambah infrastruktur seperti jalan masih menjadi salah satu penyebab kurang tertariknya investor untuk berbisnis di Kabupaten lebak.
Selain problematika kurangnya investor, Pememerintah kabupaten (pemkab) Lebak pun belum memiliki lembaga pelatihan keterampilan. adahal, dari lembaga-lembaga pelatihan itu, masyarakat akan semakin terampil. Bahkan, bakal tidak mungkin mereka akan menciptakan peluang kerja bagi dirinya.
Salah satu upaya yang dikembangkan untuk mengurangi pengagguran di kabupten Lebak, pemkab Lebak sedang mengembangkan sebuah program penanaman Singkong yang di harapkan dapat memecah persoalan terkait pengangguran di kabupaten Lebak.

2.9. Kondsi dan Angka Pengangguran Kabupaten Lebak
Dari data yang dimiliki Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kabupaten Lebak tahun 2008, ada sekitar 129.059 warga Lebak yang menganggur di usia produktif. Kepala Seksi (Kasi) Penempatan Kerja Dalam Negeri Dinsosnaker Kabupaten Lebak Sudiono mengatakan, rata-rata usia pengangguran yang tercatat di kantor Dinsosnaker berkisar antara 17 hingga 35 tahun. “Bila kita lihat dari tingkat pendidikannya, jumlah pengangguran yang paling tinggi yakni yang memiliki ijazah SMA atau sederajat,” kata Sudiono, akhir pekan kemarin. Namun, ada juga pengangguran yang memiliki derajat pendidikan S1 atau S2, dan angkanya mencapai 885 orang. (banten8.com).
.

            Pada tabel tersebut diatas tingkat pengagguran terbuka Kabupaten Lebak, maka terlihat  bahwa pada Agustus 2008 tingkat pengangguran Kabupaten Lebak sebesar   10,7 persen.
Jumlah pelamar yang mendatangi Dinsosnaker per hari rata-rata 10 hingga 15 orang per hari. Tapi jika ada pembukaan PNS, jumlahnya membludak, tingginya angka pengangguran menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga harus dicarikan solusi dengan melakukan upaya nyata atau program yang mengarah pada penyerapan tenaga kerja.

2.10. Solusi Pengangguran Kabupaten Lebak
Perlu ditangani serius penarikan investasi  asing dan dalam negeri serta nonfasilitas di Kabupaten Lebak, Banten, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 474.846 orang. Selama ini keberadaan investor tentu sangat membantu pemerintah daerah dalam  mengurangi pengangguran. pemerintah daerah  harus terus mendorong para investor mau menanamkan modalnya di Kabupaten Lebak, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan juga kesejahteraan masyarakat.
         Saat ini, jumlah pengangguran usia produktif cukup tinggi dan bisa menjadi beban sosial. Oleh karena itu, untuk menarik minat para investor, pemerintah daerah bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat dan Provinsi Banten. Selain itu, pihaknya juga kerapkali melakukan promosi melalui pameran pembangunan nasional di Jakarta. Dengan kerja sama selama lima tahun, pihaknya bisa menggaet 26 perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lebak. Modal asing  sangat penting, seperti rencana  pendirian pabrik asing dari Australia membuka pabrik semen dengan bendera PT Boral Indonesia di Kecamatan Bayah dipastikan industri itu menyerap tenaga kerja hingga puluhan ribu orang.
Prospek investasi di Kabupaten Lebak ke depan cukup bagus karena memiliki potensi pertambangan, agroindustri, pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Stretgi untuk menggaet investor asing yaitu dengan mempermudah dan mempercepat proses perizinan pendirian usaha dan investasi modal.

2.11. Tindakan Lanjut Dan Kondisi Edial Perekonomiam Daerah Lebak
Jumlah pengangguran di Kabupaten Lebak, Banten, di tahun 2008 bertambah sebanyak 3.558 orang, sehingga tahun 2009 menjadi 19.988 orang dari jumlah tersebut bahwa sebagain besar penganguran tersebut adalah orang-orang yang berada dalam masa produktif. Meningkatnya jumlah pengangguran itu karena terbatasnya lapangan kerja baru, juga lesunya perekonomian nasional akibat dampak krisis global. Kemungkinan pengangguran semakin bertambah menyusul penutupan perusahaan di daerah Tangerang dan Jakarta akibat krisis global itu.
           Oleh karena itu, pemerintah daerah bisa menyediakan lahan pekerjaan agar mereka bisa bekerja untuk memiliki penghasilan dan untuk mengurangi pengangguran di Lebak akan menggulirkan program menanam singkong. Yang hasilnya akan ditampung oleh perusahaan mitra pemerintah daerah.






Kebijakan-kebijakan menanggulangi pengangguran yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Lebak
1.  Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
2.  Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus, secara teknis dan rinci.
4.  Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
5.  Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan daerah (khususnya daerah-daerah yang belum tergali potensinya( Baduy,)) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
6. Melakukan program sinergi antar BUMD atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama.
7. Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
8.  Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
9.  Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
10. Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Kabupaten Lebak mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai daerah wisata dengan kondisi pantai yang landai dan indah dengan nilai sejarah yang menarik.
11. Menggalakan Program PNPM dengan menggulirkan ekonomi produktif melalui pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) yang dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di tingkat kecamatan. 
12. Menggalakan Program PUAP, yang digalakan kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan) akan mingkatkan prdukitas hasil pertanian dan akan menyerap tenaga kerja dibidang pertanian..  PUAP merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaaan (PNPM-MP) yang dilaksanakan Departemen Pertanian. Program ini salah satu upaya menciptakan lapangan pekerjaan juga mengurangi angka kemiskinan.




































BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Jumlah pengangguran di Kabupaten Lebak, Banten, di tahun 2008 bertambah sebanyak 3.558 orang, sehingga tahun 2009 menjadi 19.988 orang dari jumlah tersebut bahwa sebagain besar penganguran tersebut adalah orang-orang yang berada dalam masa produktif. Meningkatnya jumlah pengangguran itu karena terbatasnya lapangan kerja baru, juga lesunya perekonomian nasional akibat dampak krisis global. oleh karena itu, pemerintah harus bisa menyediakan lahan pekerjaan agar mereka bisa bekerja untuk memiliki penghasilan dan untuk mengurangi pengangguran di Lebak. Perlunya kebijakan dan penanganan yang serius menanggulangi kebijakan  melalui progam-program yang secara langsung melibatkan masyarakat pengagguran, program tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan PNPM Mandiri, Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan daerah, menciptakan sinergitas BUMD dan BUMS di daerah, memaksimalkan program PUAP, dan menciptakan iklim yang kondusif untuk menrik investor nasional dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di Kabupaen Lebak  dengan didukung proses perizinan yang baik dan cepat.

3.2  Saran
Pengangguran merupakan permasalahan yang bukan hanya tanggungjwab pemerintah daerah, tetapi merupakan tanggungjawab kita bersama. Peran serta masyarakat sendiri harus kuat, hendaknya masyarakat meningkatkan kreatifitas, pendidikan, ketrampilan dan kesadaran akan hukum dan iklim ekonomi, dan bagi pemerintah daerah Kab. Lebak perlunya menciptakan perlindungan ekonomi bagi UKM, menjamin jaminan sosial bagi pengangguran dan menyediakan keamanan demi terciptanya iklim ekonomi yang kondusif dan pada akhirnya menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Lebak sehingga angka pengangguran dapat dikurangi dengan kerjasama 3 aspek tersebut.  

No comments:
Write komentar

Silahkan isi komentar Anda disini

E-learning

Produk Rekomendasi