Pemecahan Konfilk
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
1.1. Definisi Konflik
Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi ( organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyatan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Sebagai contoh dua pihak setuju pada tujuan tetapi tidak setuju dengan cara pencapaian tujuan tersebut. Manajemen konflik berate bahwa para manajer harus berusaha menemukan cara untuk mengimbangkan konflik dan kooperasi.
Adapun perubahan pandangan tentang konflik yaitu sikap terhadap konflik dalam organisasi telah berubah dari waktu ke waktu. Stephen P. Robbins telah menelusuri perkembangan ini, dengan penekanan pada perbedaan antara pandangan tradisional tentang konflik dengan pandangan baru, yang disebut pandangan interaksionis.
Perbedaan pandangan lama dan pandangan baru tentang konflik :
Ø Pandangan lama
1. Konflik dapat dihindarkan
2. Konflik disebabkan oleh kesalahan-kesalahan manajemen dalam perancangan dan pengolahan organisasi atau pengacau
3. Konflik mengganggu organisasi dan menghalangi pelaksaan optimal
4. Tugas manajemen adalah menghilangkan konflik
5. Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan penghapusan konflik
Ø Pandangan baru
1. Konflik tidak dapat dihindari
2. Konflik timbul karena banyak sebab, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan yang tidak dapat dihindarkan, perbedaan dalam persepsi dan nilai-nilai pribadi dan sebagainya.
3. Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksaan kegiatan organisasi dalam berbagai derajat
4. Tugas manajemen adalah mengelola tingkat konflik dan penyelesaiannya
5. Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat.
Dan dapat kita simpulkan bahwa konflik dan fungsional ataupun berperan salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola. Segi fungsional konflik antara lain:
- Manajer menentukan cara penggunaan dana yang lebih baik
- Lebih mempersatukan para anggota organisasi
- Manajer mungkin menemukan cara perbaikan prestasi organisasi
- Mendatangkan kehidupan baru didalam hal tujuan serta nilai organisasi
- Penggantian manajer yang lebih cakap, bersemangat dan bergagasan baru.
Perubahan-perubahan organisasi terlalu lambat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan baru, dan kelangsungan hidup organisasi terancam. Dilain pihak, bila tingkat konflik terlalu tinggi, kekacauan dan perpecahan juga bias membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
1.2. Jenis-jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
- Konflik dalam diri individu
Yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu dihadapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
- Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
- Konflik antara individu dan kelompok
Yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
- Konflik antar kelompok dalam oraganisasi yang sama
Karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok
- Konflik antar organisasi
Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu Negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
1.3. Metode-metode Pengelolaan Konflik
Ada tiga bentuk manajemen konflik :
- Metode Stimulasi Konflik
Metode ini meliputi :
ü Pemasukan atau penempatan orang luar kedalam kelompok
ü Penyusunan kembali organisasi
ü Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
ü Pemilihan manajer-manajer yang tepat
ü Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
- Metode Pengurangan Konflik
Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada stimulasi konflik. Metode pengurangan konflik menekankan terjadinya antagonisme yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi, metode ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik.
- Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
a) Dominasi dan Penekanan
Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
ü Kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan otokratik
ü Penenangan (smooting) merupakan cara yang lebih diplomatis
ü Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
ü Aturan mayoritas (majority rule) mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
b) Kompromi
Melalui kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi meliputi pemisahan (separation) dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan ; arbitrasi (perwasitan) dimana pihak ketiga ( biasanya manajer) diminta memberikan pendapat ; kembali keperaturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik ; dan penyuapan ( bribing), dimana salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik.
c) Pemecahan masalah integrative
Dengan metode ini, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah.
Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integrative yaitu :
1) Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari kemenangan sesuatu pihak.
2) Konfrontasi, dimana pihak-pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesain, suatu penyelesaian konflik yang rasional sering dapat diketemukan.
3) Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi ( superordinate goals) dapat juga menjadi metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.
1. Pembuatan keputusan kelompok
Banyak manajer merasa bahwa keputusan-keputusan yang dibuat kelompok seperti panitia, lebih efektif karena mereka memksimumkan pengetahuan yang lain. Para manajer lainnya sangat keras menghindari keterlibatan kelompok, karena mereka merasa bahwa hal itu lambat, tidak praktis dan sering menghasilkan keputusan-keputusan yang kurang berbobot. Karekteristik-karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah sebaiknya pembuatan keputusan kelompok digunakan atau tidak.
2. Karakteristik-karakteristik berbagai situasi keputusan
Perihal keterlibatan para bawahan dalam pembuatan keputusan telah dipelajari oleh beberapa teoritisi dan konsultan. Dua peneliti, Vroom dan Yetton, telah mengembangkan suatu “pendekatan pohon keputusan” (decisions tree approach) untuk mengidentifikasi gaya keputusan “optimum” tertentu yang sesuai dengan situasi tertentu. Ada 7 karakteristik-karakteristik pokok suatu situasi keputusan yang dikemukakan oleh Vroom dan Yetton. Dengan kata lain, variabel-variabel 7 kunci tersebut akan menentukan apakah sebaiknya manajer melibatkan para bawahan dalam proses pembuatan keputusan atau membuat keputusan sendiri tanpa masukan-masukan mereka.
3. Berbagai gaya pembuatan keputusan
Unsur kedua dalam pohon keputusan Vroom-Yetton adalah “gaya” pembuatan keputusan manajemen. Berbagai gaya adalah mungkin, tetapi lima gaya mereka adalah yang paling umum. Bila unsur tersebut dikombinasikan, maka dapat ditentukan penggunaan gaya pembuatan keputusan yang sesuai dengan strategi keputusan tertentu. Model keputusan ini memberikan pedoman kepada para manajer, kapan pendekatan otoriter atau partisipasif seharusnya digunakan dan seberapa besar keterlibatan para bawahan yang diinginkan.
1.8 Metoda-metoda Kuantitatif dalam Pembuatan Keputusan
Operasi berbagai organisasi telah menjadi semakin kompleks dan mahal. Karena itu, menjadi semakain sulit dan penting bagi para manajer untuk membuat rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang efektif. Manajer tidak dapat hanya menggantungkan pada intuisinya saja dalam perencanaan dan pembuatan keputusan, tetapi mereka memerlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Berbagai teknik dan peralatan kuantitatif dalam pembuatan keputusan telah dikembangkan lebih dari 40 tahun yang lalu, dan dikenal sebagai teknik-teknik “management science” dan “operations research”. Pada umumnya, kedua istilah itu digunakan berganti-ganti dengan pengertian sama.
Riset operasi bermaksud untuk menggambarkan, memahami dan memperkirakan atau meramal perilaku berbagai sistem yang kompleks dari kehidupan manusia dan peralatan. Tujuan riset operasi adalah untuk menyediakan informasi akurat sebagai dasar pembuatan keputusan. Adapun ciri-ciri riset operasi adalah:
1. terpusat pada pembuatan keputusan;
2. penggunaan metoda ilmiah;
3. penggunaan model matematik;
4. efektifitas ekonomis;
5. bergantung pada komputer;
6. pendekatan tim;
7. orientasi sistem.
Tahap-tahap pendekatan riset operasi untuk pemecahan masalah ada lima tahap, yaitu:
1. diagnosa masalah;
2. perumusan masalah;
3. pembuatan model;
4. analisis model;
5. implementasi penemuan.
No comments:
Write komentarSilahkan isi komentar Anda disini