Esay Kumpulan Cerpen
Tong Gendut
Oleh Veronica Widyastuti
Buku ini merupakan kumpulan – kumpulan cerpen untuk anak – anak yang isi ceritanya itu sangat menarik dan membuat para pembaca ingin terus mengulang membacanya dan ceritanya itu mudah di ingat dan menarik, sehingga anak – anak muali manyukai atau minat membaca setan bahasannya yang ringgan. Dalam cerita ini banyak pengalaman – pengalaman di kehidupan sehari –hari yang dapat diambil.
Kak Veronica ini melewatkan masa kanak – kanaknya di Yogyakarta, telah tujuh tahun lamanya menjadi penulis tetap di Majalah Bobo dan Majalah Kreatif, dari kecil kak Veronica senang sekali membaca, terutama buku – buku cerita.
Selain Majalah Bobo yang memposisikan dirinya sebagai cerpenis yang hanya mempublikasikan cerita-ceritanya dari kak Veronika yang relatif telah matang memulai karirnya sejak tahun 2004 sampai sekarang, terdapat majalah dan artikel cerita anak seperti Kreatif, Kompas Anak, Mombi, dan Familia.. Konon, setiap minggu redaktur budaya artikel dan majalah yang disebut terakhir menerima 120 cerpen.
Bahkan, bagi Cerpenis berusia muda dan belum lama menulis artikel cerita anak, situasi tujuh tahun terakhir ini juga terlihat jauh lebih menyenangkan. Majalah-majalah atau artikel yang mempublikasikan puisi pun relatif lebih banyak.
Nah dari kegemarannya itu kak Veronica mulai tertarik untuk menulis cerita. Dari situ kak Veronica mencoba mengirimkan karya – karyanya ke sejumlah media, dan beberapa artikel dan cerita anak telah dimuat di Majalah – majalah, diantaranya Majalah Bobo, Kreatif, Kompas Anak, Mombi, dan Familia.
Dari buku terbitannya yang ke 56 ini mengupas kisah anak –anak yang jahil atau suka usil, suka mencela, persahabatan, penyayang, penyabar atau murah senyum, pekerja keras. Dari kumpulan cerpen ini mengajarkan kepada anak – anak untuk tidak boleh mencela, usil kepada temannya, suka meledek teman, orang seperti itu biasannya kena batunnya atau senjata makan tuan.
Sejumlah cerpen dari ceritannya yang lucu – lucu kak Veronica edisi ke 56, seperti “ detektif Kacau “, Guling Pocong “, “Pisang Lompat Tali “, “Rambut Elektrik “, “Senyum Ferdinand “, “Tong Gendut”, dan masih banyak lagi. Telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari anak – anak, bahkan anak remaja pun masih menyukai cerpen atau artikel anak, tetapi mereka tidak tahu bahwa cerita – cerita yang sekarang banyak tersebar salah satunya dari kak Veronica.
Cerpen yang di tulis kak Veronica di kemas semenarik mungkin dengan gambar yang lucu sesuai dengan ceritannya. Ada salah satu cerpen yang memberikan sebuah pengalaman kepada pembaca, seperti cerpen “ suatu malam ketika Jalu, Deva dan Devi sedang bermain, lama-lama Jalu merasa bosan akhirnya Jalu pergi ke kamar, otak usil Jalu mulai bekerja. Jalu memandang sekeliling kamar. Matanya tertumbuk pada sebuah guling di atas tempat tidurnya. Jalu tersenyum, lalu membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil sprei putih. Dengan cekatan dibungkusnya guling itu setan sprei putih, lalu diikat di kedua ujungnya. “Mereka pasti akan ketakutan melihat guling pocong ini,” pikir Jalu.
Akhirnya Jalu pun kena batunya sendiri, pada saat mati lampu, Jalu hendak mengambil lilin di kamarnya, tiba-tiba Jalu menjerit ketakutan.
Bagi anak – anak jangan suka jahil yah, nanti kalian bisa seperti Jalu yang terperangkap di sarang yang di buat sendiri, hal seperti ini tidak boleh ditiru.
Dari bahasanya yang mudah dicerna dan ceritannya mudah di ingat, sehingga banyak anak mulai minat membaca dari salah satu cerpenis kak Veronica. Hal seperti ini akan menciptakan anak – anak yang gemar membaca cerita, dan membiasakannya membaca buku –buku cerita, sampai kelak dewasa anak itu sudah terbiasa membaca, sehingga membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan.
Ini ada cerita yang mengungkap tentang anak yang suka usil terhadap temannya, “siswa kelas empat yang usil ini bernama Arga, pada saat pelajaran bahasa Indonesia, Arga membacakan sebuah pantun sambil tersenyum-senyum.
“Jalan ke hutan melihat salak
Ada pula pohon-pohon tua
Ayam jantan terbahak-bahak
Lihat Inka giginya dua.”
“Huahahaha…” Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak. Inka Cuma cemberut sebel melihat Arga. Karena Arga sering usil, akhirnya dia terjatuh akibat mencela dan mentertawakan temannya yang berjalan.
Menurut saya cerita pendek, merupakan salah satu genre sastra di samping puisi dan novel. Dilihat dari segi pertumbuhan (produktivitas) dan perkembangannya, secara umum karya-karya sastra Indonesia memperlihatkan fenomena yang sangat luar biasa. Banyak muncul karya-karya yang menawarkan kemungkinan baru baik dari segi eksplorasi bahasa, penjelajahan tema dan keberanian bereksperimentasi, serta tumbuhnya sastrawan-sastrawan muda potensial yang penuh wawasan estetik dan gagasan kreatif.
Ini adalah salah satu contoh cerpen“Ssst….Bu Indati datang,” kata Cahyo. Langsung saja anak-anak kelas IX SMP Sambo Indah beranjak duduk ke tempatnya masing-masing. “Selamat pagi, Anak-anak!” sapa Bu Isti dengan ramah. “Selamat pagi, Buuuuuu!” anak-anak menjawab dengan kompak. “Anak-anak, kemarin Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semua sudah mengerjakan?”
“Sudah Bu.” “Arga, kamu sudah membuat pantun?” “Sudah dong Bu.” “Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.”
Dengan wajah nakalnya, Arga membacakan pantunnya sambil tersenyumsenyum. “Jalan ke hutan melihat salak. Ada pula pohon-pohon tua. Ayam jantan terbahak-bahak lihat Inka giginya dua.” “Huahaha….” Kontan saja anak-anak sekelas tertawa terbahak-bahak. Hanya satu orang yang tidak tertawa. Inka cuma cemberut sebel sambil melihat Arga. “Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya,” tegur Bu Isti. “Kekurangan orang lain itu bukan untuk ditertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.” “Iya Bu,” jawab Arga sambil masih tersenyum-senyum.
Anak membaca cerpen juga perlu awasan dari orang tuanya, sehingga anak masih bias dibimbing dan diarahkan sehingga dengan mudahnya anak memahami mana yang dapat di ambil contaoh nya mana yang tidak boleh.
Karena setiap anak cenderung mempunyai sifat yang meniru dengan hal yang sudah ada, apa yang dia lihat, baca, dengan mudah nya ditiru, tanpa memikirkannya atau anak belum tahu mana yang benar dan salah. Jalan satu-satunya untuk membuat anak tertarik membaca ialah dengan cara memberikan cerpen atau dongeng-dengeng dengan gambar yang menaraik.
Tapi kenyataan di atas terus-menerus berbanding terbalik; antara pertumbuhan dan perkembangan yang penuh gairah, dengan tidak adanya respons setimpal dari pihak-pihak yang diharapkan. Dari segi pembaca, ia masih membutuhkan mediator yang secara terus-menerus harus berupaya memberi kepercayaan dan keyakinan tentang betapa pentingnya kesusastraan untuk kepentingan bangsa.
Pada era 70-an, hingga sekarang memasuki abad ke 21; pertumbuhan cerita pendek semakin kokoh dan diperhitungkan keberadaannya. Pada era ini pulalah, cerita pendek Indonesia menunjukkan fenomena yang sangat spesifik. Nyaris seluruh media di Indonesia, dari mulai koran, tabloid, majalah, serta jurnal, menyisipkan cerita pendek sebagai bagian yang cukup penting -- hal yang tidak terjadi di negara lain. Tentu, produktivitas (kuantitas) penulisan cerita pendek yang begitu melimpah-ruah ini, akan menjadi bumerang dari segi kualitas.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari, anak-anak dengan mudah memeahami apa yang tertera di cerpen dari Veronica Widyastuti ini. Menurut saya cerpen ini termasuk cerpen anak-anak, yang didalamnya menyampaikan pesan moral kepada anak-anak, agar anak –anak tidak salah jalur, atau menyontek hal yang buruk gara-gara membaca sebuah cerpen. Dari cerpen ini juga kak Veronica member banyak pengalaman – pengalaman yang luar biasa bagi anak.
Cerpen ini memberikan daya terik tersendiri untuk anak-anak, anak-anak yang membacanya pasti terhibur. Selalu ingin membaca. Bacalah buku baccan yang menunjang ilmu pengetahuan dengan berbagai macam pengalaman, dan bersifat meyenangkan bagi pembaca.
No comments:
Post a Comment
Silahkan isi komentar Anda disini