Monday, November 8, 2010

DEPSOS DAN UNICEF DIRIKAN PUSAT PERLINDUNGAN ANAK DI BANTUL SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN SOSIAL DALAM UPAYA MENGURANGI KESENJANGAN DAN KONFLIK SOSIAL

 


DEPSOS DAN UNICEF DIRIKAN
 PUSAT PERLINDUNGAN ANAK DI BANTUL SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN SOSIAL DALAM UPAYA MENGURANGI KESENJANGAN  DAN KONFLIK SOSIAL



Departemen Sosial bekerjasama dengan Unicef mendirikan Pusat Perlindungan Anak (Children Centre) di Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Klaten. Kerjasama ditujukan perlindungan anak terhadap derita psikososial anak-anak korban bencana.

Direktur Pelayanan Sosial Anak, Depsos, Dra. Sri Rahayu, SH, MH,  mengemukakan hal itu kepada pers usai acara Forum Partisipasi Anak Korban Gempa dalam rangka Hari Anti Narkoba Internasional, di Lapangan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI); Bantul, DIY, Minggu (25/6). Sri Rahayu mengatakan, dengan akibat gempa yang lalu, pihaknya ingin membagkitkan semangat mereka agar tidak kelihatan bersedih dan sebagainya. Oleh karena itu, pihaknya ingin menumbuhkan semangat mereka untuk bangkit bersama, karena ingin melihat bahwa anak-anak korban gempa tersebut  mendapatkan hak-hak yang melekat pada dirinya sebagai anak, yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak partisipasi, dan hak perlindungan. 

Kehadiran Children Centre tersebut sangat disyukuri oleh masyarakat, karena selain menjadi tempat alternatif utama bermain dan beraktivitas anak-anak, Children Centre juga telah mengisi ruang kosong perhatian orang tua yang berkurang karena aktivitas membangun rumah. Menyadari akan keterbatasan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, Depsos kemudian meng-inisiasi terbentuknya forum koordinasi antar lembaga Perlindungan Anak agar aktivitas perlindungan anak menyentuh setiap anak korban bencana yang tersebar di beberapa kecamatan dan desa. Sampai sekarang sekitar 50 lembaga baik dalam maupun luar negeri yang peduli terhadap program perlindungan anak sudah ikut bergabung dalam forum koordinasi tersebut, ujarnya. Sri Rahayu menyampaikan, Forum Partisipasi Anak pada 25 Juni 2006 ini adalah bentuk perluasan dari program yang telah dilaksanakan selama ini. Ada 500 anak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, yang berasal dari Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Klaten.

Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk dan meningkatkan semangat untuk hidup dan tumbuh kembang dengan baik, dan menggalang rasa kebersamaan antar anak-anak untuk bangkit dari keterpurukan akibat gempa tersebut. Selain itu, perubahan psikis-sosial anak paska gempa harus dipandang sebagai reaksi normal anak terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Oleh karena itu melalui berbagai aktivitas yang digerakkan melalui Children Centre, anak-anak korban gempa dapat segera bangkit dari rasa duka ke suasana ceria menyongsong masa depannya yang lebih sejahtera. Sri Rahayu mengharapkan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pembawa pesan kebangkitan anak-anak di tengah masyarakat korban gempa. Sementara mengenai hari anak nasional akan digelar pada 23 Juli 2006.  Acara Forum Partisipasi Anak Korban Gempa tersebut dibuka secara resmi  oleh Wagub DIY Paku Alam IX yang antara lain menyampaikan, hari ini bersamaan dengan Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional, diharapkan orang tua dari anak-anak ini, didampingi oleh pengasuh dari Depsos, dapat memberikan penjelasan kepada anak-anak semua, bahwa narkoba sangat berbahaya bagi kehidupan, khususnya anak-anak, agar cita-citanya jangan sampai berhenti ditengah jalan hanya gara-gara narkoba.



Anak-Anak Merupakan Tumpuan Bangsa Indonesia Di Masa Depan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kemajemukan yang tinggi dibandingkan dengan bangsa lainnya di dunia, hal ini dikarenakan wilayah yang luas dengan beratus-ratus suku bangsa dengan beragam kebudayaanya. Anugerah ini merupakan nikmat yang tak ternilai harganya, maka dengan keadaan ini faktor sosial adakalanya memiliki peranan yang penting dalam menjaga stabilisasi ini.

Dengan banyaknya suku di tanah air, otomatis memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda, baik dalam bidang ekonomi, usia dan pekerjaan. Salah satu yang disoroti dalam hal ini adalah usia, semakin muda usia seseorang atau anggota masyarakat maka semakin rawan pula konflik yang ditimbulkannya, anak-anak sebagai manusia yang memiliki usia yang relatif muda adakalanya menjadi objek dalam konflik sosial baik itu yang dilatarbelakangi ekonomi, keluarga mapun suku. Peranan anak sangat penting bagi keberlangsungan suatu komunitas dalam arti sempit dan bagi bangsa Indonesia dalam arti luas. Maju mundurnya suatu bangsa di masa yang akan datang ditentukan oleh keadaan dan kondisi anak-anak sekarang ini, maka hal ini patut kita pertanyakan anak-anak perlunya atau seyogyanya mendapatkan perlindungan dari pemerintah maupun masyarakat.  Masa depan suatu bangsa akan terlihat apabila kualitas anak-anak saat ini, salah satu yang menjadi indikator keadaan anak yang baik dan kondusif yaitu memiliki perlindungan dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah, mendapatkan pendidikan yang layak dengan tidak membebani pola pikiran mereka, artinya kita mendukung segala yang menjadi bakat dan minat si anak.  Melarang atau menjauhkan meraka dari perbuatan yang menyimpang, salah satunya ialah mencegah anak terjerumus dalam pergaulan bebas yang identik dengan narkoba, kenakalan remaja mapun pergaulan bebas.

Adakalanya anak menjadi bahan eksploitasi kaum dewasa  dalam bidang ekonomi yaitu dengan menjadikan anak-anak sebagai tenaga kerja kasar dengan perlakuan yang tidak manusiawi dan dihargai upah yang rendah.  Maka hal ini sepatutnya dijadikan dasar dalam menggerakan kesadaran akan kepentingan anak dalam mencapai cita-cita bangsa yang ingin kita capai melalui pembangunan di berbagai bidang secara menyeluruh dan merata.  Berbagai kasus kesenjangan sosial yang kini merebak di masyarakat, antara anak orang kaya dengan anak orang miskin, adanya kelas-kelas  di sekolah-sekolah yang khusus bagi orang yang berduit dengan anak yang penghasilan orang tuanya pas-pasan. Memberikan jurang pemisah sosial yang cukup tajam, tidak sedikit hal ini memberikan ruang bagi terciptanya kesenjangan sosial antara anak yang memiliki status kaya dengan anak dari keluarga yang pas-pasan, implikasi ini dapat menyebabkan kecemburuan sosial dan dendam sosial dimasa yang akan datang dan akhirnya terjadilah konflik keluarga dan status golongan, yang dilaterbelakangi oleh kemampuan ekonomi orang tua.  

Jangan heran jika adanya sikap arogan dari sejumlah komunitas kepada sejumlah komunitas lainnya yang dilatar belakangi oleh kemampuan ekonomi.  Terjadinya konflik yang lebih besar mungkin tidak dapat dipungkiri sebagai pemicunya adalah paktor ekonomi.  Kita ambil kasus dalam tragedi Semanggi dan Trisakti adanya kelompok yang memanfaatkan ini sebagai alasan untuk mengutarakan kekesalannya kepada pemerintaha karena adanya kesenjangan sosial di bidang ekonomi antara penduduk pribumi dengan penduduk pendatang, khususnya kaum keturunan Tionghoa. Anak-anak pribumi ditanamkan jiwa dendam oleh orang tuanya terhadap kaum Tionghoa sebagai kaum penguasa ekonomi dari zaman kolonial Belanda dan harus diambil alih oleh mereka kaum pribumi.

Kasus kerusuhan Sampit di Kalimantan Barat, yaitu pengusiran dan penjarahan besar-besaran yang dilakukan oleh penduduk pribumi sebagai ungkapan kecemburuan sosial kepada kaum pendatang yang berasal dari Jawa Timur khususnya dari daerah Madura, mereka bersikeras bahwa kedatangan mereka merupakan sebagai ancaman bagi keberadaan mereka di tanah sendiri, baik dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Maka dengan kekerasan tersebut mengupayakan agar kaum pendatang tersebut agar keluar dari daerah mereka. Maka jelas dalam kasus ini memberikan tamparan bagi kita sebagai bangsa yang memiliki kemajemuka kebudayaan yang rentan akan konflik sosial.      

SEKOLAH DAN PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA MENEKAN KONFLIK SOSIAL YANG DISEBABKAN OLEH KESENJANGAN SOSIAL
Anak-anak merupakan tumpuan bangsa ini, maka di masa yang akan datang, dengan menerapkan kewajiban kepada warga negaranya  untuk bersekolah dapat menekan secara signifikan kesenjangan sosial yang dilatarbelakangi oleh kemampuan ekonomi, adanya sekolah-sekolah negeri yang terjangkau olah berbagai kalangan keluarga memungkinkan anak-anaknya ikut serta dalam sekolah tersebut, karena dengan sekolah maka terhimpunlah berbagai status keluarga yang ditampung dalam satu wadah baik itu anak dari keluarga kaya, menengah maupun miskin mendapatkan perlakuan yang sama di sekolah.

Sekolah memberikan pendidikan yang standar sesuai dengan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah, maka dengan adanya sekolah pola pikir anak dapat berkembang dengan tidak adanya pengakuan asal usul atau latar belakang keluarga karena sekolah merupakan kesetaraan dalam mencerdasarkan anak bangsa.  

PENDEKATAN KONFLIK
1.1. Definisi Konflik
Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi ( organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyatan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Sebagai contoh dua pihak setuju pada tujuan tetapi tidak setuju dengan cara pencapaian tujuan tersebut. Manajemen konflik berate bahwa para manajer harus berusaha menemukan cara untuk mengimbangkan konflik dan kooperasi.
Adapun perubahan pandangan tentang konflik yaitu sikap terhadap konflik dalam organisasi telah berubah dari waktu ke waktu. Stephen P. Robbins telah menelusuri perkembangan ini, dengan penekanan pada perbedaan antara pandangan tradisional tentang konflik dengan pandangan baru, yang disebut pandangan interaksionis.
Perbedaan pandangan lama dan pandangan baru tentang konflik :
Ø  Pandangan lama
1.       Konflik dapat dihindarkan
2.       Konflik disebabkan oleh kesalahan-kesalahan manajemen dalam perancangan dan pengolahan organisasi atau pengacau
3.       Konflik mengganggu organisasi dan menghalangi pelaksaan optimal
4.       Tugas manajemen adalah menghilangkan konflik
5.       Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan penghapusan konflik
Ø  Pandangan baru
1.       Konflik tidak dapat dihindari
2.       Konflik timbul karena banyak sebab, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan yang tidak dapat dihindarkan, perbedaan dalam persepsi dan nilai-nilai pribadi dan sebagainya.
3.       Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksaan kegiatan organisasi dalam berbagai derajat
4.       Tugas manajemen adalah mengelola tingkat konflik dan penyelesaiannya
5.       Pelaksanaan kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat.
Dan dapat kita simpulkan bahwa konflik dan fungsional ataupun berperan salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola. Segi fungsional konflik antara lain:
  1. Manajer menentukan cara penggunaan dana yang lebih baik
  2. Lebih mempersatukan para anggota organisasi
  3. Manajer mungkin menemukan cara perbaikan prestasi organisasi
  4. Mendatangkan kehidupan baru didalam hal tujuan serta nilai organisasi
  5. Penggantian manajer yang lebih cakap, bersemangat dan bergagasan baru.
Perubahan-perubahan organisasi terlalu lambat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan baru, dan kelangsungan hidup organisasi terancam. Dilain pihak, bila tingkat konflik terlalu tinggi, kekacauan dan perpecahan juga bias membahayakan kelangsungan hidup organisasi.

1.2. Jenis-jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
  1. Konflik dalam diri individu
Yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu dihadapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
  1. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
  1. Konflik antara individu dan kelompok
Yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
  1. Konflik antar kelompok dalam oraganisasi yang sama
Karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok
  1. Konflik antar organisasi
Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu Negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
1.3. Metode-metode Pengelolaan Konflik
Ada tiga bentuk manajemen konflik :
  1. Metode Stimulasi Konflik
Metode ini meliputi :
ü  Pemasukan atau penempatan orang luar kedalam kelompok
ü  Penyusunan kembali organisasi
ü  Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
ü  Pemilihan manajer-manajer yang tepat
ü  Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
  1. Metode Pengurangan Konflik
Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan konflik daripada stimulasi konflik. Metode pengurangan konflik menekankan terjadinya antagonisme yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi, metode ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik.
  1. Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
a)      Dominasi dan Penekanan
Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
ü  Kekerasan (forcing), yang bersifat penekanan otokratik
ü  Penenangan (smooting) merupakan cara yang lebih diplomatis
ü  Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
ü  Aturan mayoritas (majority rule) mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.


b)      Kompromi
Melalui kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bentuk-bentuk kompromi meliputi pemisahan (separation) dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka mencapai persetujuan ; arbitrasi (perwasitan) dimana pihak ketiga ( biasanya manajer) diminta memberikan pendapat ; kembali keperaturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik ; dan penyuapan ( bribing), dimana salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik.
c)       Pemecahan masalah integrative
Dengan metode ini, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah.
Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integrative yaitu :
1)      Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari kemenangan sesuatu pihak.
2)      Konfrontasi, dimana pihak-pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesain, suatu penyelesaian konflik yang rasional sering dapat diketemukan.
3)      Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi ( superordinate goals) dapat juga menjadi metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.



1. Pembuatan keputusan kelompok
        Banyak manajer merasa bahwa keputusan-keputusan yang dibuat kelompok seperti panitia, lebih efektif karena mereka memksimumkan pengetahuan yang lain. Para manajer lainnya sangat keras menghindari keterlibatan kelompok, karena mereka merasa bahwa hal itu lambat, tidak praktis dan sering menghasilkan keputusan-keputusan yang kurang berbobot. Karekteristik-karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah sebaiknya pembuatan keputusan kelompok digunakan atau tidak.

2. Karakteristik-karakteristik berbagai situasi keputusan
        Perihal keterlibatan para bawahan dalam pembuatan keputusan telah dipelajari oleh beberapa teoritisi dan konsultan. Dua peneliti, Vroom dan Yetton, telah mengembangkan suatu “pendekatan pohon keputusan” (decisions tree approach) untuk mengidentifikasi gaya keputusan “optimum” tertentu yang sesuai dengan situasi tertentu. Ada 7 karakteristik-karakteristik pokok suatu situasi keputusan yang dikemukakan oleh Vroom dan Yetton. Dengan kata lain, variabel-variabel 7 kunci tersebut akan menentukan apakah sebaiknya manajer melibatkan para bawahan dalam proses pembuatan keputusan atau membuat keputusan sendiri tanpa masukan-masukan mereka.

3. Berbagai gaya pembuatan keputusan
        Unsur kedua dalam pohon keputusan Vroom-Yetton adalah “gaya” pembuatan keputusan manajemen. Berbagai gaya adalah mungkin, tetapi lima gaya mereka adalah yang paling umum. Bila unsur tersebut dikombinasikan, maka dapat ditentukan penggunaan gaya pembuatan keputusan yang sesuai dengan strategi keputusan tertentu. Model keputusan ini memberikan pedoman kepada para manajer, kapan pendekatan otoriter atau partisipasif seharusnya digunakan dan seberapa besar keterlibatan para bawahan yang diinginkan.

1.8     Metoda-metoda Kuantitatif dalam Pembuatan Keputusan
Operasi berbagai organisasi telah menjadi semakin kompleks dan mahal. Karena itu, menjadi semakain sulit dan penting bagi para manajer untuk membuat rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang efektif. Manajer tidak dapat hanya menggantungkan pada intuisinya saja dalam perencanaan dan pembuatan keputusan, tetapi mereka memerlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Berbagai teknik dan peralatan kuantitatif dalam pembuatan keputusan telah dikembangkan lebih dari 40 tahun yang lalu, dan dikenal sebagai teknik-teknik “management science” dan “operations research”. Pada umumnya, kedua istilah itu digunakan berganti-ganti dengan pengertian sama.
Riset operasi bermaksud untuk menggambarkan, memahami dan memperkirakan atau meramal perilaku berbagai sistem yang kompleks dari kehidupan manusia dan peralatan. Tujuan riset operasi adalah untuk menyediakan informasi akurat sebagai dasar pembuatan keputusan. Adapun ciri-ciri riset operasi adalah:
1. terpusat pada pembuatan keputusan;
2. penggunaan metoda ilmiah;
3. penggunaan model matematik;
4. efektifitas ekonomis;
5. bergantung pada komputer;
6. pendekatan tim;
7. orientasi sistem.

No comments:
Write komentar

Silahkan isi komentar Anda disini

E-learning

Produk Rekomendasi