Riset Kualitatif Metode riset kualitatif dikembangkan di ilmu sosial yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari fenomena sosial dan budaya. Menurut John Ross (1999), pendekatan kualitatif didasarkan atas pendekatan menyeluruh yang bersifat 'holistic' dan memiliki ancangan sebagai berikut: Penjelasan terdahulu juga menyimpulkan bahwa riset kualitatif mempunyai ciri subyektif, induktif, kurang dapat digeneralisasi, dan ungkapannya mempergunakan kata (words). Proses penalaran yang dilakukan dalam penelitian kualitatif terkait dengan proses 'putting pieces together' untuk mendapatkan 'entity' (whole). Proses penelitian kualitatif menghasilkan arti (meaning) atau hipotesis, tatapi karena persepsi setiap individu tidak sama, arti atau hipotesis yang dihasilkannya tidak bersifat tunggal (unique). Proses penalaran tersebut barangkali akan dapat lebih dimengerti dengan memahami pengembangan konsep 'gestalt'. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang jika diterapkan untuk manusia berarti figur atau bangun (rangka), dan jika diterapkan untuk obyek berarti bentuk. Konsep gestalt dekat hubungannya dengan pendekatan holistik serta proposisi yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang suatu fenomena seyogyanya diorganisasi dalam suatu klaster (cluster) ide yang saling terkait yang disebut gestalt. Teori adalah suatu bentuk gestalt. Meskipun demikian, salah satu kelemahan dari proses penalaran ini adalah bahwa sekali kita memahami suatu fenomena melalui interpretasi suatu teori tertentu, sulit bagi kita untuk melihat fenomena tersebut diluar arti yang diberikan oleh teori tersebut. Oleh karena itu, selain memberikan arti, suatu teori pada dasarnya juga membatasi arti dari suatu fenomena. Dalam upaya untuk lebih memahami metode kualitatif, C. George Boeree (1999) menyebutkan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan pemahamanya adalah mengetahui mengapa orang tidak dapat mempergunakan metode kuantitatif. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: Secara umum, Boree mengatakan bahwa esensi dari metode kualitatif adalah bahwa metode metode ini berupaya menangkap makna kehidupan dari kehidupan itu sendiri. Terdapat banyak contoh metode riset kualitatif. Tetapi makalah ini akan mencoba memaparkan empat jenis metode kualitatif yang populer dipakai di kalangan ilmiah, yaitu fenomenologi, etnografi, riset tindakan (action research), dan grounded theory. Fenomenologi Fenomenologi adalah suatu gerakan abad 20 yang berupaya untuk menjelaskan struktur pengalaman yang muncul dengan sendirinya tanpa didasarkan atas teori, deduksi, atau asumsi dari disiplin lain (misalnya ilmu alam). Fenomenologi membiarkan suatu fenomena menampakan dirinya secara utuh. Fenomenologi memandang individu sebagai bagian intergral dari lingkungan. Fokus riset fenomenologi adalah pengalaman individu yang berkaitan dengan suatu fenomena dan bagaimana individu tersebut menginterpretasikan pengalamannya. Ahli fenomenologi sependapat bahwa realita tidaklah tungal (unique) dan setiap individu mempunyai realitanya sendiri-sendiri. Hal ini menjadi isu sentral pada waktu proses pengambilan data. Menurut Munhall (1989): kebenaran adalah interpretasi suatu fenomena; semakin banyak individu menyepakati interpretasi tersebut fenomena akan bersifat semakin faktual, meskipun demikian, fenomena tersebut tetap bersifat temporer dan kultural. Pertanyaan umum yang dicari jawabannya adalah: apa yang dimaksud dengan pengalaman hidup seseorang? Dan satu-satunya sumber informasi yang dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan ini adalah orang atau individu tersebut. Pemahaman perilaku atau pengalaman manusia menghendaki bahwa individu menginterpretasikan tindakan atau pengalamannya dan kemudian peneliti harus berupaya untuk menginterpretasikan penjelasan yang diberikan oleh orang atau individu tersebut. Etnografi Riset etnografi berasal dari disiplin antropologi sosial dan budaya dimana peneliti (ethnographer) diharuskan untuk berada ( terjun) dilapangan selama periode waktu yang biasanya tidak sebentar. Peneliti berusaha menyatu dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Riset etnografi dapat didefinisikan secara luas (misalnya meneliti masyarakat indonesia, jawa barat, bandung, dsb.) yang disebut sebagai makro-etnografi. Alternatifnya, etnografi dapat juga diterapkan untuk fokus yang lebih sempit (perilaku akuntan di PT Telkom) yang disebut sebagai mikro-etnografi. Asumsi yang mendasari etnografi adalah bahwa setiap kelompok manusia pada akhirnya akan membentuk suatu budaya yang mempengaruhi cara pandang anggota-anggota kelompok terhadap dunia nyata serta mempengaruhi cara mereka dalam menstruktur pengalaman mereka. Sasaran dari etnografi adalah adalah belajar dari (dan bukannya melakukan studi terhadap) anggota-anggota suatu kelompok budaya – untuk memahami suatu cara pandang mereka. Peneliti etnografi seringkali berhubungan dengan perspektif emic dan etic. Perspektif emic merujuk pada cara pandang pada anggota kelompok budaya terhadap dunia nyata – suatu cara pandang dari dalam (insider view). Sebaliknya, budaya anggota kelompok tersebut. Oleh karena itu, riset ini mempunyai tahapan emic yang terkait dengan studi perilaku dari dalam latar budaya (insiders) dan tahapan etic yang terkait dengan studi perilaku dari luar budaya serta mempelajari persamaan dan perbedaan antar budaya. Tahapan riset etnografi mencakup: Data biasanay dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara (interview). Peneliti dapat bertindak sebagai peserta (participant) ataupun sekedar sebagai pengamat (observer) dalam proses studi. Tahapan analisis biasanya melibatkan proses identifikasi arti yang merupakan atribut dari obyek atau peristiwa yang dihasilkan oleh interaksi anggota kelompok budaya. Action Research Action Research (riset tindakan) didefinisikan oleh Rapoport (1970, hal.499) sebagai: Action Research aims to contribute both to the practical concern of people in an immediate problematic situation and to the goals of social science by join collaboration within a mutually acceptable ethical framwork. Beberapa orang beranggapan bahwa Action Research tidak dapat dimasukkan sebagai riset kuantitatif maupun kualitatif. Mereka beranggapan bahwa action research lebih merupakan alat keimbang riset. Menurut pandangan Cormack (1991 p. 155) action research "is away of doing research and working on solving a problem at the same time". Pendekatan metode ini dapat dilakukan dengan misalnya mencari suatu ukuran dasar (base line measures) dengan mempergunakan kuesioner, observasi atau metode riset lainnya sebagai penaksiran permasalahan. Langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran dan memutuskan kebijakan atau tindakan yang diperlukan umtuk pencapaian perubahan yang dikehendaki. Sewaktu rencana perubahan ditrepakan, kemajuan yang terjadi terus dimonitor dengan, kalau perlu, mengubah rencana tindakan. Sewaktu perubahan yang dikehendaki telah tercapai, dibuat 'assassment' akhir serta kesimpulannya. Tahapan dalam Action Research adalah sebagai berikut: diseminasi laporan studi untuk khalayak yang lebih luas. Grounded Theory Grounded Theory adalah suatu metode riset yang berupaya mengembangkan teori yang tersembunyi dibalik data dimana data ini dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Menurut Martin dan Turner (1986), Grunded Theory adalah: "an inductive , theory discovery methodology that allows the researcher to develop a theoretical account of of the general features of a topic while simultaneously grounding the account in empirical observations of data". Perbedaan utama antara Grounded Theory dan metode lainnya adalah kekhasan pendekatannya dalam pengembangan teori – grounded theory menyarankan bahwa harus terdapat interaksi yang menerus (continues interplay) antara proses pengumpulan data dan analisis. Grounded Theory yang secara teknik bersifat induktif dikembangkan secara ilmiah oleh Glaser dan Strauss (1967). Pengembangan awalnya adalah dalam bidang sosiologi. Istilah Grounded mengacu pada kondisi bahwa teori yang dikembangkan dan riset tersembunyi. (Grounded) atau berakar pada data dari mana teori tersebut diturunkan. Tahapan riset grounded theory terjadi secara simultan. Peneliti mengamati, mengumpulkan data, mengorganisasi data serta membentuk teori dari data pada waktu yang bersamaan, salah satu teknik metodologi yang penting dalam riset Grounded Theory adalah proses komparasi konstan (tetap) dimana setiap data dibandingkan dengan semua data lainnya secara satu persatu. Data dapat dikumpulkan melalui wawancara, observasi, pencatatan, atau kombinasi dari cara-cara tersebut. Pengumpulan data biasanya menghasilkan catatn tulisan tangan, ketikan, video, wawancara audio-tape yang jumlahnya banyak dan mengandung berbagai data yang tumpang tindih yang perlu diseleksi (sortir) dan analisis. Prosesnya biasanya diawali dengan pengkodean (coding) serta pengkategorian data. Hasil dari suatu riset Grounded Theory adalah suatu teori yang menjelaskan fenomena yang sedang distudi. Laporan riset mamaparkan teori yang ditunjang dengan contoh-contoh dari data. Laporan studi biasanya berupa diskusi naratif dari proses dan temuan studi. Penutup Metode ilmiah adalah upaya dimana peneliti mampu membuat pernyataan konklusif dari hasil studinya dengan bias yang minimum. Subyektivitas peneliti akan menjadi unsur penghambat dihasilkannya kesimpulan-kesimpulan riset yang tidak bias. Metode riset ilmiah pada umumnya berupa pengujian hipotesis untuk menguji fenomena kausal (sebab akibat). Hipotesis yang telah teruji berkali-kali dan lolos akan menjadi teori atau hukum. Sedangkan hipotesis yang hanya berupa hasil observasi atau logika (common sense) tidak akan memiliki validitas ilmiah. Riset obyekif adalah suatu proses sistematik, formal, dan obyektif dimana dipergunakan data numerik untuk memperoleh informasi mengenai dunia nyata. Ciri dari riset kuantitatif adalah obyektif, deduktif, dapat digeneralisasi dan mempergunakan angka-angka. Jenis-jenis utama riset kuantitatif adalah deskriptif, eksperimental, dan kuasi-eksperimental. Studo korelasional acap kali juga dikategorikan kedalam riset kuantitatif meskipun hal ini masih diperdebatkan keabsahannya. Riset kualitatif, meskipun sistematis seperti riset kuantitatif, lebih bersifat subyektif, induktif, kurang dapat digeneralisasi, dan mempergunakan kata-kata (narasi) ketimbang angka. Arah analisisnya lebih bergerak dari konkrit ke abstrak. Dibandingkan dari riset kuantitatif, riset kualitatif lebih baru, masih dalam taraf perkembangan sehinmgga teknik-teknik dan strategi-strategi baru masih terus bermunculan. Proses koleksi data terjadi bersamaan dengan proses analisis data. Beberapa contoh riset kualitatif adalah fenomenologi, etnografi, action research, dan grounded theory. Referensi Chenitz, W.C. & Swanson, J.M., 1986, From Practice to Grounded Theory, Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Connell et al., 2001 Constraint, Compromises and Choice: Comparing Three Qualitative Cooper, D.R. and Schlinder , C.W., 2001, Business Research Method, 7th ed., McGraw Hill. Patton, M.Q., 1990, Qualitative Evaluation and Research Method, 2nd edition, Sage Publications, Inc. Sekaran, Uma, 2000, Research Method for Business, A skill Building Approach, 3rd edition, John Wiley & Sons. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF Aspek M. Kuantitatif M. Kualitatif Nilai kebenaran Penerapan Konsistensi Netralitas Validitas Internal Validitas Eksternal (Generalisasi) Realibilitas Objectivitas Kredibilitas (Credibility) Fittingness Transferability Auditability Dependability Confirmability (DPT dibenarkan) Kuantitatif Kualitatif Latar Belakang Masalah Nomotesis Ideografis Rumusan Masalah Mantap Emergent Tujuan Menguji Teori Mendapatkan Hubungan Antar Variabel Tomistic Mengembangkan Teori Mencari Makna (Verstehen) Wholistic Generelisasi Teori Yang Digunakan Mantap Khusus Sementara Hipotesis Mantap Sementara Penyusunan Teori Logika Deduktif Logika Induktif Waktu Penelitian Cepat/Terbatas Lama/Bebas Sampel Banyak Tetap Umumnya Acak Representatif Sedikit Snowball Purposive Tidak Terpresentatif Teknik Pengumpulan Data Umumnya Angket Wawancara Berstruktur Observasi Partisipasi Tidak Berstruktur Instrumen Penelitian Angket, Wawancara, Dokumentasi, Observasi Peneliti Sendiri Analisis Data Statistik Deduktif Setelah Data Terkumpul Non Statistik Induktif Terus Menerus Hubungan Dengan Responden Kurang Intim Hubungan Peneliti Responden Jangka Pendek Intim Setara Jangka Panjang Usulan Desain Mantap Projektif Langkahnya Jelas Emergent Retrospektif Bebas
Research Studies, The Qualitative Report, Volume 6, Number 4, December.
Thursday, June 3, 2010
Riset Kualitatif
onboard
10:09 PM
Tidak terdapat suatu realita tunggal.
Realita (ditarik) berdasarkan atas persepsi yang untuk setiap orang akan berbeda dan berubah seiring dengan perubahan waktu.
Apa yang kita ketahui pada umumnya hanya berlaku untuk situasi atau konteks yang dipelajari.
Pemberian perlakuan (treatment) adalah mungkin untuk binatang ataupun obyek, tetapi jika perlakuan tersebut diberikan kepada manusia akan menimbulkan retensi atau reaksi penolakan, misalnya karena alasan etis.
Terlalu percaya pada pengukuran (kuantitatif) dapat menyesatkan sebagai contoh, hal-hal yang sifatnya emosional seperti rasa sayang, marah, sedih, bingung adalah sulit untuk dikuantifisir.
Kontrol juga dapat menjadi permasalahan untuk diterapkannya metode kuantitatif. Senbagai contoh, untuk mendapatkan gambaran kausalitas antara dua variabel, variabel lain harus dijaga konstan yang hal ini sering kali tidak mungkin.
Metodologi penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh sebab itu, penelitiannya disebut kualitatif. Istilah lainnya ialah The Postpositivistic, Etnogarfic, Phenomenological, Subjektive, Case Studi, Qualitative, and Humanistic.
Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (Versetehen). Metode ini berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perpektif peneliti.
Responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (Purposive) smapai data dikumpulkan dianggap memuaskan.
Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi.
Langkah-langkah penelitian kualitatif:
Studi pendahuluan
Pembuatan pradesain penelitian
Seminar pradesain
Memasuki lapangan (tempat, pelaku, kegiatan)
Pengumpulan data (ruang, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian/peristiwa, waktu, tujuan, perasaan/emosi)
Analisis data (data apa yang perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang erlu dijawab, metode apa yang digunakan untuk mendapatkan informasi baru, kesalahan apa yang perlu diperbaiki). Analisis data meliputi langkah: reduksi data (memilih hal pokok sesuai fokus penelitian), display, data (menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik), pengambilan keputusan dan vreifikasi.
Perbedaan istilah kuantitatif & kualitatif
Kredibilitas: Kesesuaian antar konsep peneliti dengan konsep responden. Agar kredibilitas terpenuhi maka haruslah: waktu cukup lama, pengamatan continue, mengadakan triangulasi, mendiskusikan, menganalisis kasus negatif, menggunakan alat bantu (seperti Tape Recorder, Tustel, Video), menggunakan member check.
Transferabilitas: Apabila hasil penelitian kualitatif dapat digunakan/diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Dependabilitas: Apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulang pihak lain.
Perbedaan penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write komentarSilahkan isi komentar Anda disini