ETIKA BERBAGAI RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa Berdasarkan Penuturnya
1. Ragam Daerah/Dialek
Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakain bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dengan bahasa Indonesia yang diapakai di daerah lain, misalnya orang bertempat tinggal tinggal di Medan nadanya lebih keras, dan orang yang tinggal di Bandung nada bahasa Indonesianya lebih lembut.
Perbedaan yang tampak jelas terdapat pada pelafalan atau logat juga turun naiknya nada, panjang pendeknya bunyi bahasa, akan membentuk aksen yang berbeda. Perbedaan logat bahasa Indonesia anatara daerah yang satu dengan daerah yang lain biasanya diterima selama bahasa itu dapat dipahami dan tidak mengganggu kelancaran berkomunikasi.
2. Ragam Pendidikan
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa yang tidak berpendidikan.
Contoh: pelafalan kata pilem, komplek, seharusnya film, kompleks.
3. Ragam Resmi Dan Ragam Tidak Resmi
Ragam bahasa dipengaryuhi oleh sikap penutur terhadap lawan tutur (bahasa lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca ( bahasa tulis).
Sikap itu resmi dan tidak resmi (akrab, santai, dll) jika ada jarak antar penutur dan lawan tutur atau penulis dengan pembaca, akan digunakan bahasa ragam resmi atau bahasa baik.
Semakin formal jarak penutur dengan lawan tutur akan semakin resmi bahasa yang digunakan, tergantung pada penggunaan diksi dan penerapan kaidah tata bahasa.
Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan Yang Dibicarakan
Jika penilaian bahasa dilihat dari pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Dalam kehidupan seharai-hari ditemui di lingkungan masayarakat yang bermacam-macam, yang akan menimbulkan pemakaian ragam yang berbeda-beda. Perbedaan itu tampak dalam pemakaian sejumlah kata atau ungkapan khusus yang digunakan dalam lingkungan atau bidang tertentu.
Contoh:
Hukum : Perdata, banding, sidang.
Ekonomi : Saham, investasi, keuntungan.
Agama : Solat, gaji, berdoa.
Pertanian : Pupuk, tanam, panen.
Ragam Bahasa Baku Dan Tidak Baku
Pada dasarnya ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan itu masing-,masing dapat dibedakan atas ragam baku dan ragam tidak baku. Jadi ada ragam tulis baku dan ragam lisan tidak baku.
Bahasa baku adalah ragam yang dekembangkan dan diakui oleh sebagian besar masayarakat pemakai bahasa sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangkan rujukan normal bahasa basa dalam penggunaannya. Sedangkan ragam bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang tidak dikembangkan dan tidak ditandai kaidah bahasa. Ciri-ciri ragam baku:
1. kemantapan dinamis
yang dimaksud kemnatapan dinamis adalah bahasa yang mantap sesuai dengan kaidah yang berlaku tetapi tidak kaku. Dibidang kosakata dan peristilahan bahasa itu dinamis dan selalu bertambah mengikuti perkembangan jaman.
2. cendikia
ragam bahasa baku bersifat cendikia karena dipakai pada situasi-situasi resmi. Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan penalaran yang jelas dan tertutur, hal ini terwujud dalam susunan kalimat, paragraf, ataupun satuan bahasa yang lebih besar.
3. seragam
pada hakikatnya proses pembakuan bahsa adalah proses penyeragaman bahasa, dalam hal ini kata-kata yang seragam kalu memang diperlukan. Disini yang diseragamkan adalah kaidahnya bukan ragam bahasanya.
Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakain bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dengan bahasa Indonesia yang diapakai di daerah lain, misalnya orang bertempat tinggal tinggal di Medan nadanya lebih keras, dan orang yang tinggal di Bandung nada bahasa Indonesianya lebih lembut.
Perbedaan yang tampak jelas terdapat pada pelafalan atau logat juga turun naiknya nada, panjang pendeknya bunyi bahasa, akan membentuk aksen yang berbeda. Perbedaan logat bahasa Indonesia anatara daerah yang satu dengan daerah yang lain biasanya diterima selama bahasa itu dapat dipahami dan tidak mengganggu kelancaran berkomunikasi.
2. Ragam Pendidikan
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa yang tidak berpendidikan.
Contoh: pelafalan kata pilem, komplek, seharusnya film, kompleks.
3. Ragam Resmi Dan Ragam Tidak Resmi
Ragam bahasa dipengaryuhi oleh sikap penutur terhadap lawan tutur (bahasa lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca ( bahasa tulis).
Sikap itu resmi dan tidak resmi (akrab, santai, dll) jika ada jarak antar penutur dan lawan tutur atau penulis dengan pembaca, akan digunakan bahasa ragam resmi atau bahasa baik.
Semakin formal jarak penutur dengan lawan tutur akan semakin resmi bahasa yang digunakan, tergantung pada penggunaan diksi dan penerapan kaidah tata bahasa.
Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan Yang Dibicarakan
Jika penilaian bahasa dilihat dari pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Dalam kehidupan seharai-hari ditemui di lingkungan masayarakat yang bermacam-macam, yang akan menimbulkan pemakaian ragam yang berbeda-beda. Perbedaan itu tampak dalam pemakaian sejumlah kata atau ungkapan khusus yang digunakan dalam lingkungan atau bidang tertentu.
Contoh:
Hukum : Perdata, banding, sidang.
Ekonomi : Saham, investasi, keuntungan.
Agama : Solat, gaji, berdoa.
Pertanian : Pupuk, tanam, panen.
Ragam Bahasa Baku Dan Tidak Baku
Pada dasarnya ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan itu masing-,masing dapat dibedakan atas ragam baku dan ragam tidak baku. Jadi ada ragam tulis baku dan ragam lisan tidak baku.
Bahasa baku adalah ragam yang dekembangkan dan diakui oleh sebagian besar masayarakat pemakai bahasa sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangkan rujukan normal bahasa basa dalam penggunaannya. Sedangkan ragam bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang tidak dikembangkan dan tidak ditandai kaidah bahasa. Ciri-ciri ragam baku:
1. kemantapan dinamis
yang dimaksud kemnatapan dinamis adalah bahasa yang mantap sesuai dengan kaidah yang berlaku tetapi tidak kaku. Dibidang kosakata dan peristilahan bahasa itu dinamis dan selalu bertambah mengikuti perkembangan jaman.
2. cendikia
ragam bahasa baku bersifat cendikia karena dipakai pada situasi-situasi resmi. Disamping itu, ragam bahasa baku dapat dengan tepat memberikan penalaran yang jelas dan tertutur, hal ini terwujud dalam susunan kalimat, paragraf, ataupun satuan bahasa yang lebih besar.
3. seragam
pada hakikatnya proses pembakuan bahsa adalah proses penyeragaman bahasa, dalam hal ini kata-kata yang seragam kalu memang diperlukan. Disini yang diseragamkan adalah kaidahnya bukan ragam bahasanya.
No comments:
Write komentarSilahkan isi komentar Anda disini