Wednesday, March 17, 2010

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MINANG

 



ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA
DAN BAHASA MINANG

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia mempelajari dan menggunakan bahasa daerah dalam interaksi kehidupan masyarakat. Ucapan dan cara penyampaian ide-ide dipengaruhi kebiasaan yang lazim digunakan oleh masyarakat itu. Bahasa daerah tetap dipelihara oleh negara sebagai bagian kebudayaan yang hidup.

Pada umumnya menganggap bahasa Indonesia mudah karena setiap hari disekitar kita , kita mendengar orang menggunakannya setiap hari pula kita membaca karangan-karangan dalam surat kabar , majalah , buku dan yang tertulis dalam bahasa Indonesia . Jadi, telinga kita telah terlalu biasa mendengarnya dan mata kita sudah terlalu kerap melihatnya dalam bentuk tulisan . Oleh karena itulah , kebanyakan diantara kita mengganggap bahwa bahasa Indonesia itu mudah .

Bahasa indonesia itu adalah bahasa kedua . Bahasa pertama kita adalah bahasa ibu kita yaitu bahsa daerah , seperti bahasa Jawa , Sunda , Aceh , Batak , Minangkabau , Bali dan masih banyak lagi yang lain yang tidak disebutkan disini satu persatu. Dalam realitanya bahasa daerah sangat berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bahasa Indonesia yang kita gunakan . Oleh karena itu saya tertarik menganalisis bahasa daerah dengan judul Analisis Kontransktif Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Minang sebagai syarat memenuhi tugas akhir semester satu .
Kosakata dalam sebuah bahasa adalah rekaman nilai – nilai budaya dari pemilik bahasa yang bersangkutan. Dalam hal ini adalah bahasa Minangkabau . Kosakata bahasa Minangkabau ialah rekaman dari nilai – nilai budaya Minang itu sendiri, dan bahasa Minang merupakan warisan dari leluhur yang harus dipergunakan dalam komunikasi sehari – hari khususnya orang minang , Sumatera Barat . Dalam bahasa Minang, memiliki tekanan pada kata yang bersifat morfemis .

Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang tergolong dalam keluarga Bahasa Austronesia yang dituturkan oleh masyarakat di Pulau Sumatera, Republik Indonesia khususnya di bahagian Sumatera Barat .
Dalam kajian bahasa secara diakronik dinyatakan bahwa bahasa-bahasa yang kita kenal pada masa ini merupakan suatu fosil artinya merupakan hasil peninggalan masa purba karena setiap kata memiliki sejarahnya sendiri. Kosa kata yang digunakan oleh penutur bahasa pada saat ini merupakan cerminan (refleksi) bentuk masa silam karena setiap perkataan itu selalu diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Para ahli bahasa memprediksikan bahwa dalam waktu 1000 tahun, terdapat sekitar 20% terjadinya perubahan atau kepupusan kosa kata suatu bahasa. Dari sekian banyak kosa kata yang berubah atau pupus tersebut terdapat kosa kata yang jarang berubah karena frekuensi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi sehingga kosa kata tersebut relatif kalis (kebal) terhadap perubahan. Kosa kata tersebut meliputi: nama-nama tubuh badan, bilangan (numeral), alam sekitar yang umum dan lain sebagainya.

Analisis Mengenai Bahasa Minangkabau
Para ahli bahasa menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai salah satu kelompok Bahasa “Melayu Proto”. Namun demikian Bahasa Minangkabau menempati kedudukan yang unik sebagaimana dinyatakan oleh Robert Blust (1988:02), salah seorang ahli bahasa yang meneliti dan melakukan rekonstruksi cabang-cabang Bahasa Melayu Induk. Beliau meragukan pengelompokkan bahasa Minangkabau dalam kelompok “Proto Malay” karena bahasa Minangkabau bersama dengan bahasa Kerinci memiliki karakteristik bunyi yang berbeda (divergent phonological characteristics) apabila dibandingkan dengan bahasa yang tergabung dalam kelompok Proto Malay lainnya.

Bahasa yang tergabung dalan Proto Malay ini seperti bahasa Malaysia dan bahasa Melayu yang digunakan di Kedah, Pahang, Patani, Terengganu, Urak Luwoi dan Tioman. Sementara di Indonesia, anggota bahasa Proto Malay termasuk bahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah yang banyak digunakan sebagai “lingua franca” di berbagai pelabuhan laut penting Asia Tenggara sebelum kedatangan Bangsa Portugis pada abad ke-16 seperti: Bahasa Banjar, Serawak, Melayu Brunei, Melayu Jakarta, Melayu Kupang, Melayu Makasar, Melayu Menado dan Melayu Ambon.

Dari rajah tersebut, Robert Blust menempatkan Bahasa Minangkabau sebagai bahasa yang memiliki ciri-ciri kebahasaan yang unik yang lebih tua umurnya dibandingkan dengan Bahasa Indonesia maupun bahasa yang sekerabat dengannya seperti Melayu Medan , Melayu Jakarta . Sementara itu, apabila dibandingkan dengan Bahasa daerah lainnya bahasa Minangkabau relatif lebih muda karena ketiga bahasa tersebut merupakan cabang atau turunan langsung bahasa Proto Malay.

Wilayah Pemakaian Bahasa Minangkabau di Sumatera Barat
Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau yang jumlah penuturnya sekitar 6 juta orang (Gerard Moussay, 1981: 9). Separuh dari jumlah penutur tersebut tinggal di Propinsi Sumatera Barat sedangkan selebihnya tinggal di kawasan lain di luar propinsi tersebut. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang suka merantau sehingga wilayah penggunaan bahasa Minangkabau jauh melangkaui batas-batas provinsi.

Secara tradisional, wilayah Minangkabau membentang sampai Sungai Kampar di sebelah Timur, dan masuk jauh ke pedalaman di sepanjang Sungai Inderagiri dan Sungai Batang Hari di sebelah Tenggara. Di sebelah Selatan, negeri itu membentang hingga Kerinci dan Bengkulu. Bahasa Minangkabau digunakan sampai Padang Sidempuan, tempat bermulanya wilayah Bahasa Batak ke arah Utara. Di sebelah Timur sampai Bangkinang dan Kuantan yang berbatasan dengan Bahasa Melayu Riau. Gunung Kerinci dan Gunung Seblat merupakan batas dengan wilayah Kerinci dan Bahasa Rejang Lebong.

Peran dan Kedudukan Bahasa Minangkabau Yang dimaksud dengan peran (fungsi) bahasa di dalam hubungan ini adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa dimaksud dalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Demikian batasan yang terdapat dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1977:12).
Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa Minangkabau berfungsi sebagai bahasa penggantar di Sekolah Dasar bagi anak-anak di daerah Sumbar terutama pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Di samping itu, bahasa Minang juga berfungsi sebagai alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah. Dalam upacara-upacara adat, kesenian, Suku Minang menggunakan Bahasa Minang sebagai alat pengembangan kebudayaan.

Analisa Hubungan Kekerabatan Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia Untuk melakukan kajian terhadap hubungan Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia, penulis akan mengawali dengan membandingkan kosa kata yang relatif mudah terhadap perubahan yang dikenal dengan kosa kata Swadesh berdasarkan Kamus Bahasa Proto Austronesia Purba yang disusun oleh Otto Dempwolff (1937). Kosa kata tersebut meliputi: nama-nama tubuh badan, bilangan (numeral), alam sekitar yang umum dan lain sebagainya.

Kata Bilangan Sederhana
Bahasa Minangkabau    Bahasa Indonesia
  • ciek                         satu
  • duo                         Dua
  • tigo                         tiga
  • ampek                    empat
  • tujuah                      tujuh
  • lapan                     delepan
  • sambilan                 sembilan
  • sapuluah                 sepuluh

Dari contoh kata bilangan di atas dapat dilihat perubahan fonologis antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:
Kata bilangan ”satu” dalam bahasa Minangkabau adalah “ciek” sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan “satu”. Sedangkan kata bilangan “empat” dalam bahasa Minangkabau adalah “ampek” sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut “empat”.

Dalam Bahasa Minangkabau fonem /a/ direalisasi sebagai sebuah vokal tengah, rendah. Seperti halnya vokal yang lain, fonem /a/ hanya dapat muncul pada posisi tengah dan akhir. Pada posisi awal, fonem itu selalu didahului oleh hentakan anak tekak, meskipun dalam ejaan tidak ditulis. Seperti dalam contoh kata “ampek” yang dapat ditranskripsikan secara fonologis seperti: ampe .

Ternyata perubahan bunyi tidak langsung berakhir melainkan mengalami proses perubahan dimana antar bunyi a dan p terjadi asimilasi menjadi am sehingga terbentuk kata “ampek”.
Pola perubahan yang sama dengan contoh kata “empat” juga berlaku pada contoh kata bilangan “enam” dalam bahasa Minangkabau dimana kata “anam” berubah menjadi “enam” dalam bahasa Indonesia . Terlihat bahwa bunyi vocal /a/ pada awal kata dalam Bahasa Minangkabau berubah menjadi vocal /e/ dalam Bahasa Indonesia. Gambaran perubahan dari bahasa Minangkabau kepada bahasa Indonesia sebagaimana berikut ini :
Kata bilangan “sepuluh” dalam bahasa Minangkabau adalah “sapuluah” sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan “sepuluh”.
Kata bilangan “sepuluh” dalam bahasa Minangkabau merupakan salah satu contoh berlakunya luncuran vokalis karena kelima bunyi vokal yang terdapat dalam bahasa Minangkabau terkadang memperlihatkan suatu luncuran, apabila terletak di muka konsonan tertentu.
Dalam contoh kosa kata “sapuluah” ini, bunyi luncuran vokalis /e:/ terjadi setelah fonem vokalis /l u/ dimuka fonem konsonantis /h/ sehingga kata tersebut dapat ditranskripsikan menjadi /sapulue:h/. Berbeda dengan bahasa Minangkabau, bahasa Indonesia tidak mengekalkan penggunaan bunyi luncuran vokalis karena dalam Bahasa Indonesia hanya mengenal penggunaan diftong kontras.

Anggota Tubuh Badan
Bahasa Minangkabau    Bahasa Indonesia
  • kapalo                     kepala
  • lihia                          leher
  • abuak                    rambut
  • pipi                           pipi
  • dai                          dahi
  • kaniang                 kening
  • daguak                    dagu
  • mato                       mata
  • talingo                    telinga
  • jangek/kulik              kulit
  • dado                       dada
  • pungguang            punggung
  • bau                          bahu
  • sunguik                   kumis
  • iduang                    hidung
  • lidah                        lidah
  • ati                             hati
 
Membandingkan kosa kata anggota tubuh badan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia ditemukan bahwa terdapat beberapa kosa kata yang persis sama secara fonologis yaitu: kepala, dahi, mata, telinga, kulit, dada dan lidah. Umumnya anggota panca indera (deria) tidak terjadi perubahan berarti antara kedua bahasa tersebut kecuali hidung. Hal ini membuktikan bahwa panca indera merupakan angota tubuh badan yang paling tinggi frekuensi pengunaannya.
Sementara itu anggota tubuh badan lainnya seperti: leher, rambut, pipi, kening, dagu, punggung, bahu, kumis dan lain sebagainya terdapat perbedaan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia baik secara fonologis maupun morfologis.

Keadaan Alam Sekitar
Bahasa Minangkabau    Bahasa Indonesia
  • bulan                       bulan
  • matoari                  matahari
  • aia                            air
  • ujan                         hujan
  • pasia                       pasir
  • batu                        batu
  • asok                        asap
  • langik                      langit
  • abu                         debu
  • tanah                      tanah
  • awan                      awan
  • api                            api
  • luluak                    lumpur
  • gabak                 mendung
  • patuih                      petir
  • danau                     danau
  • gunuang                gunung
  • sungai                     sungai

Kesimpulan
Dari analisis mengenai bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia terlihat kedua bahasa memiliki banyak persamaan-persamaan baik dari segi fonologi maupun dari segi leksikalnya. Dengan demikian dapat diyakini bahwa bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia merupakan dua bahasa yang sekerabat bahkan memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal tersebut didukung pula dengan beberapa kesamaan bahasa .
Selain dari itu, dengan membandingkan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berkerabat dekat ditemukan pula ciri-ciri perubahan bahasa Minangkabau menjadi bahasa Indonesia. Perubahan bahasa itu antara lain adalah bunyi vokal /a/ dalam bahasa Minangkabau berubah menjadi vocal /e/ dalam Bahasa Indonesia .


DAFTAR PUSTAKA
  • Arifin , E. Zaenal . 2008 . Cermat Berbahasa Indonesia (Bahasa Melayu Diangkat menjadi Bahasa Indonesia)  . Jakarta : Akademika Pressindo .
  • Surhelan dan Odien R. 2004 . Ihwal Ilmu Bahasa Dan Cakupannya Pengantar Memahami Linguistik . _Serang Banten : FKIP Untirta Press.
  • Taringan, Hendri Guntur. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa Bandung.
  • Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
  • Badudu, J.S. 1986. Inilah bahasa indonesia yang benar II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
  • Rahman, Abdul .1996. Kiat Belajar Logat Minangkabau, Bukittinggi: CV Pustaka Indonesia.





No comments:
Write komentar

Silahkan isi komentar Anda disini

E-learning

Produk Rekomendasi